Menjelajah Singapura Bagai Lokal
Far East Hospitality memperkenalkan cara baru menikmati Singapura, yaitu dengan serangkaian pengalaman yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Singapura identik dengan gaya hidup modern yang serba cepat, namun di balik gedung-gedung pencakar langitnya dan masyarakatnya yang serba hidup tergesa, banyak hal yang berakar dari tradisi, seperti budaya Peranakan yang khas dan berawal dari para imigran asal Tiongkok yang mendarat di Semenanjung Malaya dan kemudian beradaptasi dengan masyarakat Melayu, yang ketika itu telah lebih dulu mendapatkan pengaruh Eropa dari kolonialisasi, serta India dan Arab dari perdagangan.
Keunikan Masyarakat Peranakan
Masyarakat Peranakan terkenal akan koleksi resepnya yang kreatif dan imajinatif dengan penggunaan bumbu rumit. Jauh sebelum Singapura menjadi salah satu kota termodern di dunia, banyak warung makanan tradisional di seantero kota, di mana hal initerlihat dari keberadaan shophouse, terutama di daerah Katong, yang sampai hari ini masih dapat dinikmati karena bangunannya terawat dan sengaja dicat dengan warna mentereng sehingga menarik perhatian. Dibangun sekitar 1920-an, deretan shophouse (rumah yang juga dijadikan tempat berniaga) khas warga Peranakan kini menjadi atraksi tersendiri.
Budaya Peranakan paling menyenangkan dinikmati melalui makanan. Mulailah dengan mencicipi Nyonya Popiah dari toko Glory Catering yang ternama, kemudian lanjutkan ke arah Armenian Street untuk menjelajahi Museum Peranakan yang menampilkan artefak dan sejarah Peranakan terlengkap di dunia, termasuk informasi mengenai pernikahan ala Peranakan, sistem kepercayaan yang menjadi pedoman hidup mereka, serta cara hidup sehari-hari.
Little India dan Kampong Glam
Setelah mengenal budaya Peranakan, lanjutkan penjelajahan di kawasan Little India yang semarak berhiaskan warna-warni mencolok yang hadir dalam bentuk kain, bunga, rempah, dan aneka perhiasan bersepuh emas, selain aromanya pun khas karena di mana-mana tercium dupa yang dibakar. Selagi berada di Little India, mampirlah di Little India Arcade atau kumpulan shophouse dari tahun 1920-an yang kini difungsikan sebagai restoran dan toko-toko yang menawarkan berbagai barang kreatif, termasuk toko buku bertema India dan toko permen yang bercita rasa India.
Setelah Little India, tentu saja penjelajahan tak lengkap tanpa dilanjutkan ke Kampong Glam, sebuah kawasan Melayu yang berkembang pesat berkat kehadiran beragam kafe, restoran, dan pusat belanja ternama. Dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari kawasan Little India, banyak spot menawan untuk berfoto di sekitar Kampong Glam, tepatnya di Haji Lane, Bugis Street, dan Bussorah Street.
“Kami ingin para wisatawan ikut menikmati gaya hidup masyarakat Singapura yang sebenarnya,” ujar Arthur Kiong, CEO Far East Hospitality. “Masyarakat Singapura jarang diasosiasikan dengan budaya klasik, meski kami sangat dekat dengan tradisi yang kami warisi dari nenek moyang. Sejak lama kami hidup berdampingan dengan orang-orang dari latar budaya dan etnik yang beragam. Oleh karena itu, kami ingin memperkenalkan lagi sisi unik Singapura agar wisatawan dapat menikmati kota ini dengan sudut pandang baru.”
Untuk melengkapi liburan dengan nuansa lokal, Villa Hotel Bugis dan Village Hotel Katong yang termasuk dalam grup Far East Hospitality merancang khusus kamar-kamar kedua hotel tersebut untuk mencerminkan karakteristik daerah sekitarnya. Para tamu yang menginap di kedua hotel tersebut juga akan menerima booklet yang memuat sederetan atraksi unik dan beragam tempat makan yang dapat dicicipi di sekitar hotel. Far East Hospitality sendiri mengelola lebih dari 10 hotel yang mencakup lebih dari 14.000 kamar di Australia, Denmark, Jerman, Hungaria, Malaysia, Selandia Baru, dan Singapura.