TOP

5 Destinasi di Sulawesi Tengah Untuk Liburan Tahun ini

Provinsi Sulawesi Tengah mungkin provinsi yang memiliki paling banyak atraksi wisata di tempat-tempat yang tersebar sehingga kadang tidak dapat dikunjungi dalam satu perjalanan, kecuali memiliki waktu yang tidak terbatas. Keterbatasan akses pun juga menjadi pertimbangan tersendiri. Selain Kepulauan Togian, berikut destinasi sekitarnya yang layak membuat provinsi ini  diagendakan sebagai destinasi berlibur di tahun ini:

 

  • Teluk Donggala

Pantai Tanjung Karang di Teluk Donggala, sekitar 30 menit berkendara dari Palu atau sekitar 40 kilometer, adalah tempat favorit bagi warga ibu kota Sulawesi Tengah ini untuk melewatkan akhir pekan. Pantainya yang berair tenang merupakan kolam renang bagi seluruh keluarga. Di sepanjang tepi pantai ini juga terdapat deretan warung yang menjajakan ikan bakar dengan sambal colo-colo, nasi kuning khas Palu yang disiram kuah, dan kaledo, sup kaki sapi khas Palu. Di pantai ini juga terdapat satu-satunya dive resort di Palu, yaitu Prince John Dive Resort, yang melayani perjalanan menyelam di sekitar Teluk Donggala. Bila pernah membaca buku “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” karya Buya Hamka atau “Tetralogi Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer, keduanya menyebutkan bahwa Donggala merupakan tempat singgah para pelaut Nusantara maupun mancanegara. Sebagai bekas kota pelabuhan yang ramai, Donggala sempat menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-18. Donggala juga memiliki sarung tenun bernama Buya Sabe atau Sarung Tenun Donggala yang berpusat di Desa Limboro.

 

  • Danau Lindu

Dikelilingi punggung pegunungan, tempat ini dapat diakses dari Palu hingga gerbang Taman Nasional Lore Lindu yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Palu, kemudian naik ojek karena medannya tidak dapat dilalui mobil. Berupa jalan tanah sempit yang naik-turun bukit selama kurang lebih tiga jam, untuk menikmati keindahan danau ini secara optimal disarankan untuk menginap di salah satu bungalow di tepi danau yang disewakan. Merupakan danau terbesar kedelapan di Sulawesi, Danau Lindu yang tenang ini dikelilingi oleh empat desa, yaitu Puroo, Langko, Tomado, dan Anca. Terbentuk dari aktivitas tektonik, danau yang terletak pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut ini konon dalamnya lebih dari 200 meter sehingga dinobatkan sebagai danau kedua terdalam di Sulawesi Tengah setelah Danau Poso.

 

  • Tentena

Tentena adalah kota kecil yang damai dan berada di sekitar Danau Poso yang indah. Merupakan pintu gerbang menuju Lembah Bada, kota yang masih jarang dikunjungi wisatawan domestik – karena rata-rata yang ke sini adalah turis adal Eropa – setiap tahun, biasanya di akhir Agustus, menggelar Festival Danau Poso yang merupakan salah satu festival terpenting di Sulawesi. Merupakan perayaan budaya setempat, festival ini dimeriahkan oleh tarian, lagu, dan olahraga tradisional. Kota kecil yang tenang dan berhawa sejuk ini memiliki sejumlah akomodasi di sekeliling danau, selain Pusat Informasi Turisnya siap memberikan informasi akan berbagai obyek wisata di sekitar Tentena, seperti air terjun, gua, pantai, dan tentu saja, penyewan kendaraan offroad untuk menuju Lembah Bada.

 

  • Lembah Bada

Tak seorang pun tahu asal-usul patung-patung megalitik yang berserakan di Lembah Bada, Sulawesi Tengah. Masyarakat setempat pun hanya tahu kalau patung-patung itu sudah ada di sana sejak mereka dan para tetua lahir. Para ahli memprediksikan patung-patung ini berasal dari milenium pertama, namun karena belum diteliti secara mendalam, asal usulnya masih simpang-siur. Dan inilah yang membuat Lembah Bada semakin misterius. Siapa pun yang ingin ke Lembah Bada harus membekali diri dengan selera humor, semangat petualangan dan kondisi fisik yang prima, berhubung kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak terduga selama perjalanan. Minimnya informasi tentang Lembah Bada membuat pejalan harus mengalokasikan waktu yang fleksibel. Dari Palu, perjalanan dilanjutkan 10 jam naik mobil ke Tentena via Poso. Setelah menginap semalam di Tentena sambil mencari informasi menuju Lembah Bada, ternyata diwajibkan menggunakan jip selama empat hingga lima jam menuju medan jalan yang sempit dan rusak menuju lembah terpencil di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Setelah melewati pemandangan hutan yang lebat dan sungai yang meliuk, memang sulit dipercaya bahwa di tengah lembah subur nan hijau terpampang terdapat patung-patung megalitik seperti yang ada di Pulau Paskah, Chili. Patung megalitik terbesar di Lembah Bada ini dinamai Palindo yang berarti Sang Penghibur. Setinggi  4,5 meter  di tengah padang rumput pada tubuhnya terpahat detil penis di antara kedua kakinya ,  menandakan patung ini adalah laki-laki. Konon para tetua di Desa Sepe percaya bahwa Patung Palindo adalah representasi dari pendahulu mereka, yaitu suku Tosaloge.

 

  • Luwuk

Luwuk terletak di ujung peninsula dari provinsi Sulawesi Tengah dan merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Banggai. Diapit oleh pantai berair tenang dan perbukitan, kota ini memang hanya merupakan kota transit, terutama bagi para penyelam akan menyelam di Kepulauan Banggai, selain Pulau Tikus dan Tanjung Api. Banggai memiliki spesies ikan cardinal endemik bernama latin Pterapogon kauderni.  Kota ini sendiri multikultur karena banyak dihuni oleh berbagai suku, seperti  Bugis, Padang dan Tionghoa, selain suku asli Ta yang berbahasa campuran bahasa Indonesia dengan dialek Bugis. Luwuk dapat diakses dengan melalui jalan darat dari Palu melalui jalur Poso, Tentena, Morowali, dan Pagimana. Lewat udara, Luwuk juga dapat diakses dari Makassar, Palu, dan Manado. Tempat wisata paling terkenal di kota ini adalah Kilo Lima, kawasan pantai yang dikelilingi warung yang menjual makanan setempat, seperti  pisang goreng dengan sambal dan saraba atau susu hangat dengan rasa jahe yang kuat. Karena merupakan kota pantai, Luwuk pun terkenal akan rumah makan seafood-nya.