TOP

Si Renta Praha

Di kota tua yang penuh kontras dan sempat penuh gejolak inilah Mozart pernah terinspirasi menuliskan beberapa simfoninya dan Kafka menuliskan novel-novel misterinya.

Setelah empat jam naik kereta dari Berlin, pukul 19:00 saya tiba di Stasiun Praha Hlavní Nádraží. Walau belum terlalu malam, suasana saat itu agak mencekam karena tampak beberapa orang mabuk dengan botol bir yang masih menempel di tangan. Sesekali supir taksi dengan agresif menawarkan jasanya, namun saya lebih memilih naik metro dan mengombinasikannya dengan berjalan kaki.

 

Kesan Pertama
Parting (perpisahan), tulis Emily Dickinson, is all we know of heaven, and all we need of hell dan ternyata kedatangan di suatu tempat yang asing pun sama halnya. Tiba di sebuah kota baru tak melulu terasa surga karena dapat menjejakkan kaki di tempat yang indah atau terkenal, namun seseorang juga harus bersiap menghadapi kemalangan tak terduga.
Melangkah keluar stasiun, saya baru ingat kalau belum menukar euro ke koruna, sehingga harus segera mencari money changer. Setelah berkeliling beberapa saat, saya tidak menemukan satu money changer pun, sementara malam semakin larut. Sempat bertanya di loket informasi stasiun, namun petugasnya tidak ramah dan kurang mengerti bahasa Inggris. Tanpa koruna, saya tidak dapat menuju hotel karena jaraknya terlalu  jauh untuk dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Tak sekadar menunjukkan arahnya, sang suami yang baik hati itu pun mengantar saya ke stasiun metro terdekat, lalu memberitahu cara naik metro dan membeli tiketnya (saya disarankan membeli Metro Tourist Pass). Tiba di hotel yang telah saya reservasi melalui Internet, ternyata kamar saya keburu diberikan kepada tamu lain. Untungnya pihak hotel mengakui kesalahan mereka dan mengantar saya ke hotel lain yang setaraf. Malam itu saya menginap di hotel dekat dengan stasiun, sehingga bila ada hikmah dari kejadian tidak mengenakkan tadi, saya dimudahkan untuk mengunjungi sejumlah destinasi wisata di Praha, termasuk Old Town (Staré Město) yang keesokan harinya saya susuri.

3

Setelah sarapan, saya naik metro dan berhenti di Stasiun Náměstí Republiky, akses terdekat ke kota tua. Keluar dari stasiun, saya disambut hamparan bangunan art nouveau yang megah. Yang paling menarik perhatian adalah Municipal House, salah satu bangunan bersejarah yang paling sering dipotret di Praha dengan kubah yang mengusam dimakan usia berhiaskan patung-patung perunggu dan kuningan karya seniman setempat. Sempat dihuni keluarga kerajaan Bohemia, bangunan ini kini beralih fungsi menjadi gedung konser, selain terdapat pub di ruang bawah tanah yang dindingnya berhiaskan lukisan menawan.

Setelah beberapa menit berjalan, Gereja Tyn Church yang bergaya gotik dan tampak sedikit angker mulai terlihat menyeruak dari antara rumah-rumah beratap merah bata. Saya mempercepat langkah hingga tiba di ujung jalan, dan napas pun seketika tertahan ketika melihat deretan bangunan menawan yang menghiasi Old Town Square. Berbeda dengan lorong-lorong sempit yang sebelumnya saya lewati, turis lebih padat di daerah ini dengan pusat kerumunan berada di depan Astronomical Clock.

 

Jam Astronomi Tertua
Jam astronomi tertua di dunia yang masih berfungsi ini didesain oleh pembuat jam bernama Mikuláš of Kadaň dan profesor matematika dan astronomi di Charles University bernama Jan Šindel. Beroperasi sejak 1410, jam ini terlihat  rumit karena terdiri rincian astronomi yang menunjukkan posisi matahari, bulan, zodiak, dengan patung 12 rasul Kristus dan empat karakter yang merepresentasikan Kematian, Kesombongan, Keserakahan, dan Kesenangan. Kematian diwakili patung tengkorak, Kesombongan oleh  orang menatap cermin, Keserakahan oleh pria menjinjing tas emas, dan Kesenangan oleh orang bersorban.
Selain memadati area di sekitar Astronomical Clock, banyak juga pengunjung yang duduk-duduk di kafe al fresco-nya untuk menyantap makanan khas Ceko, seperti svíčková (sirloin yang disajikan bersama saus krim) dan bramboraky (panekuk kentang), sambil mengagumi bangunan-bangunan di sekitarnya, seperti arsitektur rococo pada Kinský Palace, gotik pada Tyn Church, dan barok pada St. Nicholas Church. Banyak buku panduan mewanti-wanti untuk tidak makan di tempat-tempat turis karena harganya jauh lebih mahal. Namun dengan latar yang memukau, tak ada salahnya menikmati makanan dan minuman yang lebih mahal beberapa puluh koruna.
4
Walau penuh gejolak, tak heran, banyak yang menobatkan Praha sebagai salah satu kota tercantik di dunia. Gambar-gambar di berbagai kartu pos tak dapat menandingi kecantikan yang saya saksikan sepanjang hari itu di Kota Tua.
Teks: Maria Fransiska Merinda
Artikel lengkap bisa dibaca di majalah Panorama edisi Mei-Juni 2016