TOP

Tambah Wawasan dengan Keliling Kilang Anggur

Dalam perjalanan dari (atau ke) Ubud untuk kembali ke berbagai hotel di selatan Bali, kendaraan akan melewati Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra di Gianyar, tempat Sababay Winery berada. Sempatkan mampir ke sini untuk keliling pabrik anggur dan menambah wawasan tentang industri minuman anggur lokal yang akan menambah kesan perjalanan Anda ke Bali.

Pabrik anggur milik warga Indonesia ini awalnya berdiri tanpa direncanakan karena sang pemilik, Mulyati Gozali, yang tidak memiliki pengetahuan dan minat tentang anggur awalnya hanya ingin membantu petani anggur di Buleleng yang mulai gulung tikar karena tengkulak menghargai panen mereka dengan sangat murah, yaitu Rp 500 per kilogram. Sementara harga anggur di pasaran ketika itu, yaitu di 2009, adalah Rp 10.000 per kilogram.

Mulai dari Nol

Petani yang ketika itu menanam anggur hitam jenis Alphonse Lavallée kemudian hasil panennya dibeli oleh Mulyati dengan harga pantas, yaitu Rp 7.500 per kilogram. Dari situ ia mulai terpikir untuk mengolah anggur tersebut menjadi minuman anggur karena Bali yang selalu ramai dikunjungi wisatawan akan menjadi pasar yang potensial bagi minuman anggur. Mulailah ia mengembangkan sistem perkebunan korporasi, membangun irigasi, dan membina para petani dengan menggandeng insinyur-insinyur ahli rekayasa pertanian dari Institut Pertanian Bogor dan Institut Teknik Bandung agar Sababay bisa rutin mendapatkan pasokan anggur untuk diproduksi menjadi minuman, selagi mempersiapkan para pakar wine untuk mengakali supaya anggur lokal dari petani yang sebenarnya untuk dikonsumsi tersebut dapat diolah menjadi minuman anggur yang berkualitas.

Hal ini tentu merupakan tantangan yang besar karena untuk membuat wine dibutuhkan jenis anggur yang berbeda dari yang ditanam para petani di utara Bali. Perlahan, petani yang tadinya berniat pensiun menanam anggur justru semakin giat karena memperoleh jaminan penghasilan yang memadai. Bahkan jumlahnya terus bertambah, dari dulu hanya 18, kini Sababay telah bermitra dengan sekitar 180 petani anggur. Perkebunan binaan Sababay pun kini mencapai 65 hektar yang tersebar di tiga tempat di Buleleng dengan per tahunnya kebun-kebun anggur tersebut mampu menghasilkan dua kali panen, yaitu antara Mei hingga September yang bergantian setiap kebun.

Pada 2013, barulah riset Sababay membuahkan hasil, sehinggga perusahaan ini kemudian meluncurkan beberapa produk wine pertamanya ke pasaran. Setelah menggandeng sommelier Yohan Handoyo pada 2014 dan winemaker Nicolas Delacressionnere asal Bordeaux, Sababay kemudian memasuki era baru dalam industri wine di Indonesia, di mana Sababay berhasil menanam anggur hijau Muscat dari Prancis dan menambahkan sedikit anggur jenis anggur Cabernet Sauvignon ke dalam produknya untuk kualitas yang lebih baik. Dalam waktu singkat setelah peluncuran produk pertamanya, Sababay telah meraih setidaknya 47 penghargaan internasional, di antaranya dari Austria Wine Challenge dan Decanter Asia Wine Awards.  

Dari Produksi hingga Strategi

Sekelumit kisah heroik itu akan mengawali kunjungan ke kilang anggur Sababay yang belum lama menawarkan winery tour dengan jadwal reguler Senin hingga Jumat pukul 15:00 hingga 16:30. Rombongan dengan maksimal 120 orang per kunjungan pun dapat dilayani di luar jadwal reguler pada Senin hingga Jumat antara pukul 10:00 hingga 16:30.

Tak hanya menambah wawasan tentang trik menanam anggur di tempat tropis, namun pengunjung juga dapat mengetahui alur produksi minuman anggur beserta pengetahun dasar tentang anggur dan etika menikmatinya dalam sesi wine tasting. Setelah menonton video pendek tentang sejarah Sababay Winery, pengunjung akan diajak area pabrik yang terdiri dari barel-barel aluminium raksasa. Setelah anggur dicuci dan dihancurkan, airnya dialirkan ke barel-barel raksasa yang dilengkapi pendingin suhu tersebut untuk difermentasi selama kurang lebih dua minggu.

Kemudian minuman anggur akan memasuki proses aging untuk menambah kompleksitas rasa dan aroma, di mana hasil fermentasinya ditambahkan potongan kayu ek. Bila di negara-negara penghasil anggur lain biasanya proses ageng dilakukan di tong kayu, namun di Sababay untuk menjaga  Setiap jenis anggur membutuhkan proses aging berbeda-beda. Anggur putih dan rose biasanya disimpan di barel selama dua bulan sebelum disaring dan dibotolkan, sedangkan anggur merah antara enam dan delapan bulan.

Bila wine tasting biasanya didampingi kudapan berupa keju, biskuit, dan roti dengan beragam kondimen, Sababay Winery menggelar wine tasting-nya dengan beragam jajan pasar Bali. Yohan Handoyo selaku COO Sababay Industry memang mengarahkan strategi pemasaran produk-produk Sababay untuk dapat dinikmati dengan aneka hidangan Indonesia karena ia ingin masyarakat Indonesia lebih dekat dengan gaya hidup minum wine.

Karena harga wine di Indonesia mahal berkat pajak yang tinggi, biasanya orang hanya minum wine di saat-saat istimewa. Dengan harga produk-produk Sababay yang terjangkau, maka diharapkan wine dapat dinikmati lebih sering dan makanan pendampingnya pun tak perlu melulu hidangan Barat, namun juga dapat dipadukan dengan aneka masakan Indonesia. Di akhir kunjungan keliling kilang anggur, pengunjung juga dapat mampir ke toko untuk membeli wine dan beragam aksesoris untuk minum wine.

Private event keliling pabrik anggur dan wine tasting bagi rombongan di function room Sababay Winery dapat dinikmati seharga Rp 300.000 per orang. Event juga dapat digelar di kebun dan rumah joglo yang ada di kompleks pabrik anggur ini. Menangani rombongan bukan hal yang baru bagi Sababay Winery karena pada 2013 pun kilang anggur ini menerima kedatangan para delegasi APEC ketika perhelatan penting tersebut digelar di Bali. Setiap peserta akan dapat mencicipi dua gelas produk Sababay seri Velvet. Sementara untuk tur perorangan seharga Rp 180.000 dan tidak ada jumlah minimum peserta, namun harus mengikuti jadwal reguler. Untuk reservasi dan keterangan lebih lanjut, email visit@sababaywinery.com.