TOP

Kehilangan Kata-kata di Lombok Timur

Mungkin sudah tertanam di DNA manusia untuk selalu berusaha menemukan tempattempat baru: yang orang belum banyak kunjungi, yang namanya masih membuat siapa pun menyerngitkan dahi. Jika tempat seperti itu yang Anda cari, lupakan Gili dan bertolaklah ke kawasan timur Lombok!

Pagi itu hujan mengguyur keberangkatan kami dari Jakarta ke Lombok, tepatnya ke Lombok Timur yang masih sepi dari pengagungan. Ditemani Moto Z sebagai teman perjalanan yang memiliki fitur dengan berbagai pilihan Mods sebagai aksesori yang dapat menjawab berbagai kebutuhan para pejalan masa kini, yang membuat kami menjatuhkan pilihan pada Lombok Timur adalah pantai-pantai tersembunyi dan gili-gilinya yang sepi. Karena masih belum tersentuh pariwisata, tentu saja alam bawah lautnya masih terjaga. Tidak seperti di Gili Air-Meno-Trawangan yang sudah mulai rusak akibat dampak pariwisata massal.

Bermula di Beloam
Begitu mendarat, mobil sewaan segera meluncur menuju Jeeva Beloam Beach Camp di Tanjung Ringgit, Jerowaru, Lombok Timur. Keterpencilan tempat ini mungkin sempat dipertanyakan para investor jaringan resor bintang lima itu, namun kini justru keterpencilannya itulah yang menjadikan daya jual. Perjalanan dari bandara ke Beloam memakan waktu sekitar dua jam dengan naik mobil berfitur fourwheel drive sehingga dapat melaju tanpa halangan di medan offroad, berhubung kondisi jalan menuju Beloam, yaitu sekitar 10 kilometer terakhir, masih tanpa aspal dan melewati ladang jagung.

“Untuk menuju surga, kita harus melewati neraka,” kelakar Jonny, sopir sekaligus pemandu dari Jeeva Beloam yang mengantar kami, yang langsung disambut dengan tawa.

Setelah terguncang-guncang di mobil selama beberapa saat, mobil berhenti dan di tepi pantai terhampar deretan cottage berbentuk segitiga yang menyerupai tenda yang dikelilingi perbukitan – pantas saja namanya menggunakan embel-embel “camp”! Hanya memiliki 11 cottage, dengan beberapa bangunan lain sebagai Reception, restoran, spa, dan ruang baca yang dilengkapi beragam bacaan yang dapat dipinjam untuk melewatkan waktu.

Tanpa dilengkapi Internet maupun perangkat televisi, Jeeva Beloam memang bukan untuk semua orang, melainkan hanya mereka yang dapat menghargai nikmatnya berada di tengah alam dan segala kemewahannya. Karena jauh dari mana-mana pulalah, menginap di sini juga termasuk makan pagi, siang, dan malam. Dek di depan Restoran Dermaga dilengkapi sofa-sofa panjang dan sekitar pukul 17:00 biasanya dipadati para tamu untuk menunggu matahari terbenam sambil minum teh dan mengudap kue-kue. Yang berjiwa petualang dapat trekking ke bukit di dekat resor, yang dapat ditempuh dengan 10 menit berjalan kaki, untuk menikmati pemandangan senja berlatar Jeeva Beloam yang dikelilingi pantai dan hutan yang eksotis.

Walau jauh dari mana-mana, malam hari ternyata tidak membosankan. Ditemani deburan ombak dan suara jangkrik serta lengkingan monyet, kami memanfaatkan Moto Z dengan Instashare Projector untuk menonton film kesukaan dan melihat-melihat kembali video serta foto-foto perjalanan yang telah seharian tadi dihasilkan. Tampilannya yang besar membuat video dan foto tampak jelas dan nyata. Selain proyektor, JBL SoundBoost juga dapat diubah menjadi speaker berkualitas untuk memainkan lagu-lagu kesukaan yang dapat menghidupkan suasana, berhubung Moto Z menggandeng JBL yang terkenal dengan kualitas suaranya yang jernih.

* Baca selengkapnya di majalah Panorama edisi Maret – April 2017.
Teks: August Ryan