TOP

5 Kuil Terbaik di Luang Prabang

Sebagai salah satu destinasi eksotis di kawasan Asia Tenggara, kota Luang Prabang di Laos kental dengan suasana santai dan damai yang dipancarkan melalui jajaran kuil Budha. Di kota yang dilindungi UNESCO ini sebagai salah satu Situs Warisan Dunia, menjadi rumah bagi ribuan calon biksu yang siap meneruskan ajaran Buddha dan terus menjalankan ritual-ritual sakral di tiap kuil.

Berikut lima kuil terbaik di Luang Prabang yang patut dikunjungi.

1. Ho Pha Bang

Kuil kerajaan yang berada di dalam kawasan Royal Palace ini dibangun pada 1963 dan baru rampung pada 2006. Dengan desain dan arsitekturnya yang menarik, membuat sebagian pengunjung mengira kuil ini sudah berusian ratusan tahun. Di Ho Pha Bang terdapat patung Buddha Phra Bang setinggi 83 sentimeter yang merupakan patung Buddha yang paling dihormati di negara ini. Menurut legenda, patung pemberian Raja Angkor ini dibuat di Srilanka sekitar 2.000 tahun silam untuk dihadiahkan kepada Fa Ngum, raja pertama Kerajaan Lan Xang pada 1353. Patung ini sempat dirampas Kerajaan Siam saat menyerang Laos, namun akhirnya dikembalikan pada 1867. (Akses: Berada di Jalan Sisavangvong, di seberang Gunung Phou Si).

2. Wat Mai Suwannapuhumaham

Disebut juga Wat Mai, kuil ini didirikan pada 1780 oleh Raja Anurat dan merupakan kuil terbesar di Luang Prabang. Yang menarik dari kuil ini terlihat pada dindingnya yang dihiasi orname lacquer (teknik membuat sesuatu lebih mengilap) berwarna merah-hitam dan emas, sehingga kerap menjadi incaran pengunjung untuk memotretnya. Di Wat Mai kerap diadakan upacara patung Phra Bang Buddha yang sepanjang tahun berada di Ho Phang Bang. Hal ini berlangsung saat perayaan tahun baru Laos, patung akan dikembalikan ke Wat Mai yang merupakan tempat asalnya dan menjalani ritual sakral tersebut. (Akses: Berada di Jalan Sisavangvong, tiga menit jalan kaki dari Royal Palace).

3. Wat Xieng Thong

Disebut juga Kuil Kota Emas, Wat Xieng Thong dibangun oleh Raja Setthathirath pada 1559 dan berlokasi di titik pertemuan Sungai Mekong dan Sungai Nam Kham. Dulunya, pintu masuk kuil ini berada di seberang sungai karena Raja Setthathirath biasa ke kuil ini menggunakan kapal dari Royal Palace, karena saat itu sungai menjadi media utama dalam kegiatan transportasi. Untuk kurun waktu yang lama, kuil ini diberi kehormatan sebagai tempat untuk menobatkan raja-raja Laos yang diketahui juga menyimpan kitab suci Buddha, Tripitaka. Pada 2016, Wat Xieng Thong sempat dikunjungi mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. (Akses: Jalan Khem Kong, seberang Sungai Mekong).

4. Wat Aham

Sekitar abad 14, tepatnya di lokasi Wat Aham berdiri sekarang, terdapat sebuah kuil yang dibangun bagi Pu No dan Nha No, dua roh penjaga Luang Prabang. Semasa pemerintahan raja Phothisarath, kuil ini dihancurkan karena sang raja saat itu adalah penganut Buddha yang taat dan ingin menghentikan praktik penyembahan roh. Wat Aham kemudian dibangun kembali dan menjadi tempat untuk meditasi karena suasananya yang asri dan damai, tepat di sisi Sungai Nam Kham. Di masa lalu, Wat Aham merupakan kediaman dari Sangkhalat, patriarki Buddha tertinggi. (Akses: Jalan Phomathat, tepat di seberang Wat Wisunalat).

5. Wat Wisunalat

Merupakan kuil tertua di Luang Prabang, Wat Wisunalat dibangun pada 1512 dan menyimpan koleksi patung Buddha berusia ratusan tahun. Di masa-masa penyerangan Luang Prabang oleh kerajaan-kerajaan tetangga, Wat Wisunalat turut menjadi korban, di mana kuil ini dibakar dan sejumlah patung Buddha dicuri dan dihancurkan. Di kemudian hari, kuil ini dibangun kembali pada 1898 dan tetap berdiri hingga sekarang sebagai tempat ibadah dan hunian bagi para biksu. (Akses: Jalan Kingkitsarath, tepat di seberang Wat Aham).

Etika Mengunjungi Kuil dan Biara di Luang Prabang

-Jam kunjung kuil sebagian besar mulai dari pukul 08:00-17:00.

-Berpakaian yang sopan, tidak menunjukkan area bahu dan lutut selama mengunjungi kuil dan biara. Bawalah selendang atau kain penutup karena kuil tidak menyediakan jasa peminjaman sarung atau kain penutup.

-Sebagian kuil bebas untuk dimasuki, sebagian lagi dikenakan biaya masuk juga sumbangan sukarela.

-Saat mengitari kuil, pengunjung dilarang mengonsumsi minuman beralkohol ataupun merokok.

-Jangan memasuki aula peribadatan jika para biksu sedang melakukan kegiatan meditasi maupun prosesi keagamaan.

-Tidak semua hal harus dipotret atau direkam. Hargai privasi dan kekhusyukan para biksu yang sedang beribadah.