Menonton Australia di FSAI 2016
Setelah sempat absen selama empat tahun, Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) kembali digelar Kedutaan Besar Australia di Jakarta dari 29 hingga 31 Januari 2016. Bertempat di XXI Plaza Senayan Jakarta, festival tahun ini menayangkan empat film Australia terbaru dan mencuri perhatian, seperti The Dressmaker, Backtrack, Paper Planes dan Oddball, serta tiga film Indonesia yakni Killers, Grave Torture dan The Mirror Never Lies.
The Dressmaker menjadi salah satu film andalan festival yang baru saja mendapatkan banyak penghargaan pada Australian Academy of Cinema and Television Art Awards 2015, yang bisa dibilang Oscar-nya Australia untuk kategori Aktris Terbaik (Kate Winslet), Aktris Pendukung Terbaik (Judy Davis), Aktor Pendukung Terbaik (Hugo Weaving), dan Desain Kostum Terbaik (Marion Boyce, Margot Wilson).
Film berlatar kota fiksi Dungatar tahun 1950-an ini mengisahkan tentang kembalinya sosok perempuan bernama Tilly Dunnage ke kampung halamannya setelah menghilang 25 tahun untuk mencari tahu kebenaran akan jejak kelam masa lalu yang pernah ia alami. Menjadi seorang tukang jahit, Tilly membalaskan dendamnya dengan membuat desain pakaian yang modis dan mengubah penampilan masyarakat Dungatar menjadi seperti parade peragaan busana.
“Hadirnya FSAI menjadi ajang buat publik Indonesia untuk melihat Australia lewat sinema, baik itu cara bertutur dan juga budayanya,” ujar Paul Grigson, Duta Besar Australia untuk Indonesia, saat peluncuran festival di Cinemaxx, fX Sudirman Jakarta, Rabu (20/01/2016).
Paul menambahkan, selain faktor geografis yang berdekatan, Indonesia dan Australia diyakini memiliki selera humor yang tidak jauh berbeda. Di samping itu, keberagaman budaya serta karakter juga menjadi ciri khas yang membuatnya terasa familiar.
Berlangsung selama tiga hari berturut-turut, FSAI 2016 dibagi ke dalam tiga tema berbeda setiap harinya. Pada hari pertama, festival bertemakan Friday Fright Night! yang mengusung film horor dan petualangan dengan menayangkan Backtrack yang disutradarai Michael Petroni, Killers karya Mo Brothers dan Grave Torture karya Joko Anwar.
Pada hari kedua, FSAI 2016 mengangkat tema Saturday’s Secret dengan memutar film The Dressmaker karya Jocelyn Moorhouse dan The Mirror Never Lies karya Kamila Andini.
Hari terakhir festival menjadi lebih santai dengan tema Sunday Funday yang mengusung film bernuansa komedi dan petualangan. Di antaranya ada film Paper Planes karya Robert Connoly yang dibintangi Sam Worthington, dan Oddball karya Stuart McDonald yang mengisahkan tentang penyelamatan penguin yang dilakukan seekor anjing.
Sutradara Joko Anwar yang didapuk sebagai Duta FSAI 2016 mengatakan dirinya banyak terinspirasi dari film-film Australia, seperti Stricly Ballroom karya sutradara Baz Luhrman. Menurutnya, film Australia selalu berusaha menjadi tren dan menyuguhkan hal baru. “Seperti Mad Max: Fury Road karya George Miller yang dibuat ulang oleh Hollywood dan kembali mencuri perhatian,” ujarnya.
Selain Joko Anwar, Festival Sinema Australia Indonesia 2016 juga menunjuk aktris Marissa Anita sebagai Duta Festival. Keduanya berperan dalam mempromosikan potensi film Australia yang dapat menjadi inspirasi buat publik Indonesia dan juga para pembuat film.
Film-film di FSAI 2016 diputar gratis dan penonton dapat mengambil tiketnya langsung di XXI Plaza Senayan dengan mengirimkan email pendaftaran ke sinemaozid@gmail.com dari 20 Januari hingga 31 Januari 2016. Info lengkap mengenai detil festival dan jadwalnya juga dapat dilihat di situs www.indonesia.embassy.gov.au.