Lima, Destinasi bagi “Foodie”
Tak banyak yang tahu bahwa Lima, ibu kota Peru, merupakan kota pusat gastronomi di Amerika Selatan. Dengan kata lain, bagi warga Amerika Selatan dan sekitarnya, bila ingin berwisata kuliner, Lima adalah tujuan utama. Lima juga merupakan pintu gerbang untuk menuju atraksi wisata paling terkenal di Peru, yaitu Machu Picchu. Namun selama ini para wisatawan, khususnya dari Asia, hanya masuk ke Peru melalui Lima, kemudian langsung terbang ke Cusco tanpa melewatkan beberapa hari di ibu kota negara yang multikultur ini. Padahal bila mengaku sebagai foodie, Lima ternyata sangatlah inovatif untuk urusan makanan.
Tak heran pada 2012 the World Travel Awards, ajang “Piala Oscar” di industri travel, Peru terpilih sebagai destinasi berwisata kuliner terbaik di dunia selama lima tahun berturut-turut dan Lima setidaknya pernah masuk tiga kali dalam daftar San Pellegrino Top 50 yang mengkurasi berbagai restoran terbaik di seluruh dunia. Jarang ada lebih dari satu restoran di satu kota, kecuali New York, London, dan New Mexico, namun di Lima, tiga restorannya masuk dalam daftar World’s Best Restaurants, yaitu Central (berada di peringkat empat), Maido (di peringkat 13), dan Astrid y Gaston (di peringkat 30). Bila dibandingkan dengan New York, misalnya, bersantap di restoran ternama di Lima lebih terjangkau. Tasting menu di Central, Maido, dan Astrid y Gaston, misalnya, berkisar antara 100 hingga 125 dolar AS sementara di restoran-restoran di New York mulai dari 295 dolar AS.
“Yang merupakan metode tradisional bagi warga Peru ternyata merupakan cara memasak yang ultra-modern bagi masyarakat di seluruh dunia,” begitu ujar Ferran Adria, salah satu juru masak terbaik dunia asal Spanyol dan pemilik restoran legendaris El Bulli di Catalonia tentang budaya kuliner di Peru.
Senang Bereksperimen
Restoran-restoran di seantero Lima tak hanya senang menggarap konsep fusion yang merupakan cerminan masyarakatnya yang memang keturunan banyak suku dan ras, namun juga para juru masaknya senang bereksperimen dengan bahan-bahan setempat – dari hasil laut kawasan pesisir, tumbuhan eksotis dari Amazon, hingga bahan-bahan warisan kearifan lokal peninggalan Kekaisaran Inca dari Pegunungan Andes. Peru sendiri terkenal sebagai penghasil jagung, quiona, dan kentang. Negara ini memiliki setidaknya 2.000 jenis kentang yang 600 jenis di antaranya berasal dari kawasan Andes.
Salah satu bukti warga Peru begitu serius dengan dunia kuliner adalah dengan telah rutin diadakannya Mistura, festival makanan terbesar di Amerika Latin yang digelar di Lima dan setidaknya setiap tahun dihadiri 500.000 pengunjung. Acara ini dimeriahkan dengan kehadiran juru masak ternama dari seluruh dunia, digelarnya farmer’s market, inilah kesempatan emas, terutama bagi para wisatawan untuk mencicipi berbagai masakan dari seluruh wilayah Peru. Sedangkan bagi warga setempat, ajang ini selalu ditunggu-tunggu karena mereka dapat mengetahui tren kuliner yang sedang berkembang dan demonstrasi memasak dari banyak juru masak terkenal. Tahun lalu, ajang ini menghadirkan Chef Farah Quinn untuk memperkenalkan masakan Indonesia yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengan Peru.
Berkembangnya dunia kuliner di Peru, dengan terus bermunculannya berbagai restoran berkonsep unik, tak lepas dari berkembangnya kelas menengah, seiring dengan semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan kondisi ekonomi yang semakin stabil. Lima memang bukan kota yang orang akan jatuh cinta pada pandangan pertama, namun kekayaan kuliner di kota ini patut untuk ditelusuri. Coba saja berinteraksi dengan warga Lima. Mereka tak akan merekomendasikan tempat-tempat wisata untuk dikunjungi, melainkan, mereka akan bertanya makanan apa saja yang sudah dicoba dan dengan senang hati mereka akan merekomendasikan sederet tempat makan terbaik untuk dikunjungi.