TOP

10 Kota di Dunia yang Ditinggalkan Penduduknya

Kota mati tanpa penghuni bukanlah destinasi yang ingin dituju kebanyakan orang, namun segelintir pejalan dibuat penasaran, bahkan sengaja mengunjungi kota-kota unik ini untuk mencari pengalaman wisata yang berbeda. Inilah sejumlah kota di dunia yang ditinggalkan penghuninya namun sarat dengan cerita sejarah yang menarik.

1. Bodie, Amerika Serikat

Pada 1859, William S. Bodey (alias Waterman) menemukan emas dekat daerah yang disebut Bodie Bluff. Tak lama berselang, penambangan emas pun dibangun dekat situ, sekitar 1861 kota Bodie mulai berkembang dengan 20 penambangan di awal dan mencapai populasi hingga 10.000 orang pada 1880. Saking berkembangnya Bodie saat itu, apa saja dapat ditemukan di situ, mulai dari toko-toko terbaik, salon yang mencapai 65 gerai, tempat prostitusi, tempat-tempat untuk menikmati opium dan hiburan malam. Kejayaan Bodie tak bertahan lama, depresi, tingkat kriminal yang tinggi, penutupan sejumlah perusahaan tambang, kebakaran, menjadi sederet alasan kemunduran peradaban Bodie. Dituliskan bahwa ketika orang-orang meninggalkan Bodie, mereka hanya mengemas barang-barang penting yang diletakkan di gerobak atau truk, itulah mengapa masih banyak barang yang tersisa saat mengunjungi bangunan-bangunan di kota yang berada di Perbukitan Bodie, di sisi utara Pegunungan Sierra Nevada di California.

2. Pulau Hashima, Jepang

Prefektur Nagasaki di Jepang menyimpan sebuah kota mati yang sempat berjaya pada masanya, yaitu sekitar 1800-an hingga 1970-an. Namanya adalah Pulau Hashima yang dulu dipadati para pekerja penambangan batu bara di bawah laut, yang saat itu diperkirakan sekitar 5.000 pekerja yang tinggal di pulau yang disebut juga Gunkanjima (Battleship Island) karena bentuknya. Ketika stok batu bara mulai menipis dan mulai digantikan dengan minyak bumi, penambangan ditutup dan orang-orang mulai meninggalkan Hashima dan menjadi pulau yang terlupakan selama tiga dekade. Saat Perang Dunia II, pulau ini turut bersinggungan dengan sejarah kelam, saat Jepang mesti melakukan mobilisasi terhadap tahanan asal Korea dan Tiongkok yang dijadikan budak paksa. Diperkirakan sekitar 1.000 tahanan perang ini tewas di Hashima di periode 1930-an hingga masa setelah perang berakhir akibat kondisi kerja yang tidak aman, malnutrisi, dan kelelahan akibat eksploitasi tenaga. Diapresiasi sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 2015, Pulau Hashima dapat dikunjungi wisatawan jika sedang berada sekitar kota Nagasaki.

3. Kolmanskop, Namibia

Di media sosial kerap seliweran foto rumah-rumah tak bertuan yang dipenuhi tumpukan pasir, beberapa sudut terlihat artistik untuk dipotret. Inilah pemandangan ikonik dari Kolmanskop di padang pasir Namibia yang sempat memiliki populasi penduduk hingga 1.300 orang, bahkan dulunya kota ini merupakan salah kota yang makmur dan rumah sakitnya menjadi yang pertama memiliki alat X-ray di selatan Hemisphere. Kolmanskop dibangun oleh bangsa Jerman di awal 1900-an dan ramai ditempati penambang berlian. Menurut cerita, saat itu gampang sekali untuk menemukan berlian, tak jarang dapat ditemukan di bawah tumpukan pasir. Namun, seiring berjalannya waktu, batu-batu berharga ini habis dan penduduknya pindah dan sudah lebih dari 40 tahun kota ini tak berpenghuni, layaknya sebuah kota berhantu.

4. Varosha, Siprus

Sebelum Turki menginvasi Siprus pada 1974, Varosha adalah kawasan berlibur berlatar perairan Mediterania yang eksotis. Invasi membuat Varosha ditinggalkan penghuninya dan kini berada di bawah pengawasan Turkish Armed Force, tanpa mengizinkan pengunjung untuk memasukinya. Sebagai salah satu destinasi liburan, di Varosha berdiri hotel, restoran, dan atraksi wisata yang saat itu sanggup menarik selebriti dunia, seperti Elizabeth Taylor, Richard Burton, Raquel Welch, dan Brigitte Bardot yang datang untuk berlibur di sana. 

5. Balestrino, Italia

Berada di Provinsi Savona di kawasan Liguria, Balestrino yang berlokasi dekat Genoa, yang menampilkan suasana kota tua di atas bukit. Sayangnya, pemandangan kota antik ala Abad Pertengahan ini mesti ditinggalkan penduduknya pada 1953 akibat ketidakstabilan hidrogeologi yang membuat kota ini sering mengalami gempa bumi. Kota baru dibangun dengan nama yang sama, yang berada di bawah kota yang lama. Pengunjung tidak dapat memasuki Balestrino demi alasan keamanan, tapi masih dapat melihat-lihat Gereja St. George dan St. Andrew jika mengeksplor daerah sekitaran kota.

6. Humberstone, Chili

Kota bekas penambangan di Gurun Atacama, Chili awalnya dinamakan La Palma di akhir 1800-an, lantas dinamai insinyur asal Inggris, James Humberstone sekitar 1930-an. Ia terkait dengan Santa Laura Saltpeter Works – penyuplai nitrat untuk industri pupuk. Ditutupnya Santa Laura Saltpeter Works juga berimbas pada matinya kota Humberstone yang ikut terpuruk pada 1960. Saat itu Saltpetre sangat penting bagi Chili, terutama dibutuhkan saat berperang. Ketika Perang Dunia I pecah, Inggris memblokade ekspor Saltpetre ke Jerman dan sejak itu seakan tak ada yang membutuhkan nitrat dari Chili lagi. Humberstone merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO yang telah menjadi kota mati selama lebih dari setengah abad, walau begitu, bangunan-bangunannya masih tetap berdiri dan dapat diamati dari dekat.

7. Oradour-sur Glane, Prancis

Kisah suram melanda kota Oradour-sun Glance yang berada di sentra Prancis saat Perang Dunia II terjadi. Kota yang sudah nihil penduduk ini menyisakan reruntuhan di sebagian areanya, di mana pada 10 Juni 1944 642 penduduknya dibantai oleh pasukan militer Nazi dan hanya menyisakan enam orang yang selamat. Setelah perang, dibangunlah kota baru yang berada dekat dengan lokasi yang lama dan kota yang lama dijadikan sebagai daerah memorial atas instruksi Presiden Prancis, Charles de Gaulle. Selain mengunjungi kota yang membawa duka bagi Prancis ini, wisatawan dapat sekalian mengunjungi Centre de la mémoire d’Oradour, sebuah museum yang akan menunjukkan sejarah dan peristiwa berdarah yang terjadi beberapa dekade lalu.

8. Thames Town, Tiongkok

Jika dilihat, penampakan Thames Town mengingatkan desa-desa cantik di Inggris, tapi nyatanya kota ini berada di Tiongkok, tepatnya di Distrik Songjiang. Hanya berjarak 30 kilometer dari Shanghai, kota ini menjadi daerah suburban yang berkembang di awal 2000-an, yang bertujuan untuk merelokasi penduduk yang tersentralisasi di pusat kota. Sayangnya, industri properti di kota ini tidak mengalami kemajuan karena mahalnya rumah yang ditawarkan dan kini Thames Town malah menjadi daerah yang artistik bagi para fotografer.

9. Pripyat, Ukraina

Berada di sisi utara Ukraina, Pripyat merupakan tempat tinggal para pekerja Chernobyl Nuclear Power Plant di era 1970-an. Saat itu populasi penduduknya mencapai sekitar 49.000 orang dan harus melakukan evakuasi pada 1986 akibat reaktor nomor empat meledak dan disebut sebagai kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah yang menyebabkan isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet saat itu. Tersedia tur yang aman bagi pejalan untuk menyusuri kota ini, melihat bangunan yang masih tersisa yang ditinggalkan begitu saja oleh penghuninya.

10. Kitsault, Kanada

Kota tambang bisa dikatakan mudah untuk dibangun dan mudah pula untuk ditinggalkan, seperti Kitsault di British Columbia, Kanada yang dikembangkan sekitar 1970-an sebagai hunian bagi pekerja tambang gas alam. Dibutuhkan dana sebesar 43 juta dolar AS untuk membangun kota yang dilengkapi dengan sarana dan prasana terbaik, mulai dari jajaran rumah, apartemen, kolam renang, arena bermain seluncur es, perpustakaan, sekolah, rumah sakit, dan aneka ruang publik yang dibangun untuk menciptakan kota yang nyaman bagi pekerja tambang yang datang membawa keluarganya. Namun, hanya 18 bulan saja kota ini bertahan akibat perusahaan tambang gulung tikar dan Kitsault hanya tinggal kenangan.