TOP

Antalya, Kota Tepi Pantai dengan Jejak Peninggalan Romawi dan Yunani

Namanya populer di kalangan wisatawan Rusia yang kerap menghabiskan musim panas di berbagai resor pantai di sini. Pada 1970, Antalya mulai dikembangkan sebagai destinasi pariwisata andalan Turki. Dan benar saja, sejak itu Antalya dikunjungi jutaan turis setiap tahunnya. Mereka biasanya tinggal di resor yang berderet di tepi Pantai Lara atau sekitar kota tua, Kaleiçi. Apa yang membuat kota tepi pantai ini menarik?

Kaleiçi (Kota Tua)

Kawasan bersejarah ini sudah ada sejak sekitar 159 SM. Kaleiçi sendiri adalah sebutan kota tua dalam bahasa Turki, di mana di Antalya adalah kawasan yang terdiri jalan-jalan kecil dengan rumah-rumah dari zaman Ottoman. Di sini juga banyak terdapat peninggalan Romawi, Yunani, dan Seljuk, seperti tembok kota, Menara Hidirlik, Hadrian’s Gate, Clock Tower, Yivli Minaret yang merupakan simbol Antalya, serta beberapa masjid kuno.

Kaleiçi sendiri sebenarnya bagian dari Hadrian’s Gate, sebuah pintu gerbang yang dibangun Romawi untuk Kaisar Hadrian pada abad ke-2. Berjalan kaki dan menyesatkan diri di lorong-lorong sempit bagai maze di Kaleiçi yang menyimpan banyak kejutan. Bersiaplah untuk menemukan berbagai hal di luar ekspektasi, seperti lapak yang menjual bubuk teh dalam aneka rasa dan warna, bar di tepi pantai, hingga pembaca kartu tarot yang membuka praktik di kedai kopi tradisional dan pelabuhan eksotis dengan kapal-kapal yang siap menawarkan jasa berkeliling.

Air Terjun Duden

Terdapat dua Air Terjun Duden, yaitu Air Terjun Duden Atas dan Air Terjun Duden Bawah. Air Terjun Duden Atas adalah yang paling banyak dikunjungi karena lebih dekat dari pusat kota, yaitu sekitar 10 kilometer ke arah utara. Air terjun ini disebut juga Air Terjun Alexander, serta lokasinya dikelilingi pepohonan rindang, dengan tersedia bangku-bangku untuk bersantai sambil piknik.

Ketersediaan sejumlah tangga yang rapi di sepanjang trek membuat siapa pun dengan mudah berkunjung ke sini. Lain halnya dengan Air Terjun Duden Bawah yang berada dekat Pantai Karpuzkaldiran, di mana pengunjung dapat melihat tumpahan air dari ketinggian 40 meter. Lebih sulit diakses, suasana di sini pun tak kalah asri dengan keberadaan Taman Genelik di sampingnya.

Teater Aspendos

Yang membuat nama Antalya tersohor adalah Aspendos International Opera and Ballet Festival yang digelar setiap musim panas. Berbagai lakon balet dan opera ternama, seperti La Boheme, Carmen, Aida, hingga Swan Lake dan A Midsummer Night’s Dream telah dipentaskan di amfiteater eksotis ini. Penampil di ajang ini tak hanya grup tari dari Turki, namun juga dari mancanegara yang didatangkan oleh Turkish State Opera and Ballet sejak 1994.

Aspendos sendiri merupakan sebuah kota kuno yang terletak sekitar 40 kilometer dari Antalya. Terletak di tepi Sungai Eurymedon, Aspendos dibangun sekitar tahun 1.000 SM oleh Yunani dan pada tahun ke-5 SM, menjadi kota terpenting di wilayah Pamphylia. Teater Aspendos dapat menampung 7.000 penonton dan dibangun pada pemerintahan Marcus Aurelius oleh arsitek terkenal Yunani, Zenon.

Kota Kuno Phaselis

Merupakan kota pelabuhan penting di kawasan Lycia, Phaselis memiliki tiga pelabuhan yang terhubung dengan jalan-jalan utama kota yang dipenuhi deretan toko yang menjual aneka keperluan. Memiliki tiga agora (area bazaar) yang juga berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi warganya, di dekat pelabuhan terdapat reruntuhan pemandian Romawi yang terdiri ruang ganti, ruang air dingin, ruang air panas, dan sauna. Rumah pemandian memang sengaja dibangun tak jauh dari pelabuhan, agar para awak kapal dapat membersihkan diri sebelum memasuki kota dan tidak membawa wabah penyakit.

Gereja Santo Nicholas

Cikal bakal figur Santai Klaus ternyata bermula dari Demre, tepatnya melalui sosok Santo Nicholas, seorang tokoh Kristen Orthodox. Lahir di Patara dari keluarga kaya-raya, Santo Nicholas menetap di Myra dan sepeninggal orang tuanya di usia belia, Santo Nicholas menyumbangkan hartanya untuk membantu masyarakat. Akibat banjir, gereja tempatnya sering memberikan pelayanan sempat hancur, walau kemudian direstorasi Tzar Nicholas I pada 1862 dengan menambahkan menara dan mengubah desain bangunan menjadi bergaya Byrazantine. Di dalam gereja, pengunjung dapat menyusuri ruangan-ruangan dari batu dan mengunjungi makam sang Santo.