TOP

Dapat Dikunjungi WNI Saat Pandemi, Intip Sisi Lain Istanbul yang Jarang Diketahui (Bagian 1)

Turki telah dibuka kembali bagi turis dari semua negara dengan beberapa kebijakan yang tidak terlalu memberatkan. Tidak ada isolasi atau karantina wajib selama 14 hari bagi tiap tamu asing, hanya menyertakan hasil rapid test negatif Covid-19 saat kedatangan. Pelancong diharuskan mengenakan masker selama penerbangan, di bandara, dan saat berwisata, serta memiliki asuransi perjalanan yang mencakup Covid-19.

Bertolak ke Istanbul di tengah pandemi, wisatawan Indonesia dapat memanfaatkan layanan udara dari maskapai Turkish Airlines dan Qatar Airways. Bagi mereka yang baru pertama kali ke Istanbul, jangan lewatkan kunjungan ke Hagia Sophia, Blue Mosque, dan Topkapi Palace. Sedangkan pejalan yang sudah pernah mengunjungi Istanbul sebelumnya, kota yang sering disangka ibu kota Turki ini tawarkan destinasi menarik lainnya sebagai berikut.

  • Basilica Cistern

Pernah menonton film Inferno (2016) yang merupakan lanjutan kisah petualangan Robert Langdon? Di akhir film yang terinspirasi dari novel Dan Brown ini, Langdon mesti menghentikan bom bunuh diri yang mengambil lokasi di Basilica Cistern. Warga lokal menyebutnya Yerebatan Sarnici, yang berperan sebagai tempat penyimpanan air berukuran raksasa untuk istana raja Byzantium.

Yang membuat Basilica Cistern ini unik karena kehadiran 336 pilar marmer yang menyangga struktur bangunan. Bahkan, beberapa pilar dihiasi ukiran kepala medusa yang ikonik, di mana lantai bangunan akan selalu tergenang air dan dihuni ikan karper. Basilica Cistern berlokasi di pusat Sultanahmet (Istanbul Old City), yang dapat diakses dengan jalan kaki dari Sultanahmet Tram Station. Basilica Cistern buka dari pukul 09.00 hingga 18.30 (1 April-31 Oktober) dan hingga pukul 17.30 (saat musim dingin), dengan tiket masuk 30 lira.

  • Prince Islands

Prince Islands (Kızıl Adalar atau hanya Adalar) adalah rangkaian sembilan pulau di Laut Marmara, yang selama era Bizantium menjadi tempat pengasingan. Kini, eksistensinya berubah menjadi destinasi bagi turis lokal, dengan empat pulau yang terbuka untuk umum, yaitu Büyükada, Burgazada, Heybeliada, dan Kınalıada.

Büyükada adalah pulau terbesar dan favorit dikunjungi. Pejalan dapat menaiki feri dari Kabatas atau memilih kapal Mavi Marmara yang lebih cepat, sekitar 40 menit perjalanan. Tiba di Büyükada, sewalah sepeda yang mudah ditemukan di seantero kota (biaya sewa mulai 5 lira), lalu kitari pulau dan kunjungi rumah-rumah besar era Ottoman, seperti bekas rumah musim panas Leon Trotsky (revolusioner Marxis asal Rusia yang dibunuh agen suruhan Joseph Stalin, Panti Asuhan Ortodoks Yunani Prinkipo yang bersejarah, dan Splendid Palace Hotel yang berusia 100 tahun.

  • Jembatan Galata

Membentang dari Golden Horn di Karaköy hingga Istanbul Lama, Jembatan Galata berperan untuk menghubungkan Eropa dan Asia. Diketahui bahwa Sultan Beyazid II menugaskan Leonardo da Vinci untuk merancang jembatan ini pada 1503, hanya 50 tahun setelah kota direbut dari Bizantium. Seniman dan insinyur hebat merancang desainnya, sayangnya jembatan itu tidak pernah dibangun.

Jembatan Galata yang sekarang dibangun pada 1992, menggantikan jembatan ponton dari era 1912. Setiap hari, banyak pria lokal berbaris di sepanjang Jembatan Galata dan memancing. Pemandangan ikonik yang minta dibidik kamera ini juga menawarkan suasana sekitar yang menyenangkan. Pejalan dapat menemukan pasar ikan di bagian dasar jembatan, yang dihuni jajaran kios ikan yang menjual produk-produk segar yang baru ditangkap.