
Mengenal Diponegoro Lebih Dekat
Generasi kini mengenang Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan perjuangan awal abad 18 yang memimpin perlawanan Jawa terhadap Belanda dalam pertarungan yang dikenal sebagai Perang Diponegoro (1825-1830). Melalui pameran yang bertajuk Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, Dari Raden Saleh Hingga Kini, yang diselenggarakan Goethe Institut, Galeri Nasional Indonesia, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berupaya membangkitkan kisah luar biasa Diponegoro (1785-1855). Pameran ini digelar selama satu bulan dari 6 Februari hingga 8 Maret 2015 di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, yang dikurasi oleh Dr Werner Kraus, Jim Supangkat, dan Dr Peter Carey.
Bagian pertama pameran memusatkan perhatian pada karya seni Indonesia yang memiliki topik Diponegoro. Masih merupakan lanjutan dari pameran seni Raden Saleh, sorot utama bagian ini adalah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) karya Raden Saleh yang baru saja direstorasi oleh peneliti asal Jerman, Susanne Erhards dari GRUPPE Köln. Termasuk lukisan Harimau Minum (1863) dan Patroli Tentara Belanda (1871). Lukisan ini dilengkapi juga dengan sejumlah lukisan tentang Diponegoro, yang digambarkan dengan baik oleh seniman-seniman Indonesia ternama seperti Soedjono Abdullah, Harijadi, Sumodidjojo, Basoeki Abdullah, Sudjojono, dan Hendra Gunawan.
Bagian kedua adalah tempat di mana seniman kontemporer Indonesia dapat menuangkan interpretasinya akan Pangeran Diponegoro ke dalam berbagai bentuk karya seni. Seniman yang berpartisipasi di bagian ini adalah mereka yang karya-karyanya berhubungan dengan sejarah. Di antara nama-nama besar seniman kontemporer seperti Srihadi Soedarsono, Heri Dono, Nasirun, dan Entang Wiharso, terselip nama seniman muda berbakat, yaitu Eldwin Pradipta dan Maharani Mancanegara.
Sisi lain sosok Diponegoro diungkapkan di bagian ketiga yang berfokus pada barang-barang yang berhubungan dengan Diponegoro, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun publik, seperti foto, cukil kayu, kartu remi, poster politik, dan uang kertas. Termasuk jubah putih perang sabil Diponegoro yang asli dan artefak peninggalan pribadi lainnya, seperti tombak pusaka dan pelana kuda.
Selain guide yang memberikan penjelasan dari setiap karya seni yang dipamerkan, pameran ini juga menyediakan layanan khusus bagi pengunjung berupa audio virtual yang bisa diunduh di Apple App Store dan Google Play Store. Panduan audio ini akan memberikan informasi mengenai karya seni, obyek, artefak dan benda lainnya yang dipamerkan. Setelah pameran berakhir pun panduan audio ini masih dapat diunduh, sehingga bisa diakses banyak orang di seluruh Indonesia.