Masakan Rumah Suku Hakka
Pasar Santa di Jalan Cipaku, Jakarta Selatan, adalah salah satu pasar yang di revitalisasi oleh gerakan komunitas sehingga menarik minat anak muda berkunjung ke pasar tradisional. Usaha tersebut membuahkan hasil ketika kios-kios makanan mulai tertarik dan menyewa tempat di lantai dua Pasar Santa. Salah satu penyewa tersebut adalah Flo, yang membuka kedai di bagian belakang foodcourt Pasar Santa. Flo hanya menyajikan dua menu orisinal, yakni nasi yang dibakar dengan wadah tanah liat, kemudian disiram dengan kuah tofu yang kental dan disajikan dengan telur, irisan wortel, taburan jagung, sayuran, dan daging ayam atau sapi sesuai selera.
“Ini memang resep keluarga. Nama Claypot sendiri berasal dari wadah tanah liat yang dipakai untuk memasak nasi, sedangkan popo dalam dialek Ke (Hakka) artinya nenek,” Flo menerangkan asal-usul nama Claypot Popo. “Dari dulu saya tinggal dengan popo dan lebih sering diurus beliau dibandingkan orangtua sendiri,” tambahnya.
menurut Flo, menu yang disajikannya di Claypot Popo merupakan menu yang hampir setiap hari dimakannya bersama keluarga sejak kecil. Makan bersama menjadi tradisi yang penting dalam keluarga Hakka dan Flo ingin memperkenalkan tradisi keluarga ini kepada pecinta kuliner di Jakarta. Ketika memesan, pengunjung hanya perlu menyebut beef atau chicken. Pastikan untuk mengaduk dan mencampur rata agar rasanya menyatu dan menunggu sejenak sebelum menyantapnya agar tidak kepanasan. (Claypot Popo, Lantai Dua, Pasar Santa, Jalan Cipaku, Jakarta Selatan)