Hidangan Bali Hadir di The Sultan Hotel & Residence
Mencicipi sajian kuliner khas Bali yang kaya bumbu dan rempah kali ini tidak perlu sampai terbang ke Bali. Selama 10 hari, The Sultan Hotel & Residence Jakarta menggelar festival kuliner dan budaya Bali bertajuk “Balinese Food & Cultural Festival” yang berlangsung di Lagoon Cafe, dari 28 Mei hingga 6 Juni 2015.
Setelah sukses dengan gelaran Surabaya Food Festival, The Sultan Hotel & Residence Jakarta kembali memperkenalkan budaya khas daerah Indonesia kepada publik. Kali ini, Bali menjadi pilihannya dan mendatangkan tim kuliner langsung dari Ayodya Hotel & Resort Bali yang juga satu grup dengan The Sultan Hotel & Residence Jakarta di bawah manajemen Singgasana Hotels & Resort.
“Selama festival berlangsung, para tamu akan merasakan nuansa khas Bali, dari mulai dekorasi hingga menikmati sajian khas Bali sembari mendengar alunan musik tradisionalnya,” ujar I Nyoman Sarya, General Manager The Sultan Hotel & Residence Jakarta, saat pembukaan festival di Lagoon Cafe, pada hari Kamis (28/05/2015).
Tim kuliner yang digawangi chef Agus Sugiyanto mengatakan ada beberapa hidangan khas Bali yang akan disajikan selama festival berlangsung. Di antaranya ada Ayam Pelalah, Sate Lilit dan Bebek Betutu. Ketiga hidangan ini sudah tak asing lagi dan terkenal kelezatannya. Hidangan bebek dengan campuran rempah kencur dan kunyit bercita rasa pedas, hidangan sate berupa cincangan aneka daging yang dibakar dengan rempah khas Bali lalu dililit batang serai atau menu ayam yang disuwir dan dicampur bumbu Bali.
“Hidangan khas Bali juga tak lengkap jika tak ada rasa pedasnya, maka kami membawa beberapa jenis sambal yang patut diicipi, seperti sambal pelalah dan sambal matah,” ujarnya menambahkan.
Chef Agus juga menggelar demo masak singkat proses pembuatan Sate Lilit dan mengenalkan beberapa sajian khas Bali lainnya seperti lawar, acar dan nasi jagung. Menurutnya, untuk festival kali ini ada bahan dan bumbu yang dibawa langsung dari Bali.
Sajian kuliner ternama khas Bali tersebut dapat dinikmati di Lagoon Cafe dengan harga Rp 285.000,-++ per orang. Selain itu, tersedia juga beberapa minuman segar yang berasal dari Bali, seperti Es Tambring – minuman kelapa muda dan asam Jawa, serta Es Daluman – minuman campuran cincau hijau, mutiara merah, air kelapa dan santan dengan harga Rp 75.000,-++. Festival kuliner dan budaya Bali ini berlangsung hingga 6 Juni 2015.
Dalam kesempatan berlangsungnya Festival Kuliner dan Budaya Bali, Alvin Maulana, Sales Manager maskapai penerbangan Emirates mengumumkan rute penerbangan baru antara Bali dan Dubai yang resminya akan dimulai pada 3 Juni 2015. (Baca juga: Emirates Buka Rute Penerbangan Dubai-Bali)
Layanan penerbangan harian dari Bali ke Dubai dan Dubai ke Bali ini diluncurkan mengingat Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang populer dan ramai dikunjungi. Tahun 2014 tercatat ada 3,7 juta turis asing yang berkunjung ke Bali. Dibukanya rute penerbangan langsung dari Dubai ke Bali ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pariwisata Indonesia, dan menambah konektivitas Bali ke tingkat global.
Warisan Kuliner
Menikmati Bali bisa dirasakan di lidah. Lewat bumbunya yang khas atau sambal-sambal pedasnya yang membuat ketagihan. Dalam gelaran festival kuliner dan budaya Bali tahun ini, ada beberapa jenis makanan khas Bali yang disajikan di atas meja. Berikut di antaranya:
Bebek Betutu
Inilah salah satu menu khas Bali yang populer dan tiada duanya. Bebek betutu merupakan menu berupa daging bebek yang telah dibumbui dengan cara dipijat-pijat terlebih dahulu. Ini dilakukan supaya daging bebek menjadi empuk dan bumbunya meresap hingga ke tulang. Lalu dibungkus dengan daun pisang atau daun pinang, lalu dipanggang dalam api sekam. Selain bebek betutu, ada juga ayam betutu, beda keduanya hanya dari daging saja.
Srombotan
Sayuran khas Bali, yang tampil berupa lalapan sayur seperti kangkung, kacang panjang, dan kubis yang diberi bumbu kalas. Kalas sendiri adalah santan yang diberi kunyit tumbuk, lengkuas, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan sedikit kencur lalu dimasak kental. Kalas inilah yang menjadi ciri khas srombotan dan kemudian disajikan dengan bumbu kacang dan bumbu pedas.
Lawar
Berupa campuran sayur-sayuran yang direbus, kelapa yang dipanggang dan daging cincang yang dibumbui. Daging yang digunakan bisa daging sapi atau ayam. Festival kuliner Bali kali ini menghadirkan makanan halal, tanpa daging babi. Sementara sayurnya adalah buah nangka muda, pepaya muda, daun jarak dan kacang-kacangan.
Sate Lilit
Sate yang dibuat dari ikan yang dihaluskan lalu diberi tepung serta bumbu-bumbu khas Bali. Sate ini diilitkan pada batang serai. Untuk menu satu ini, Chef Agus dalam demonya memberi gambaran bagaimana sate lilit khas Bali dibuat. Ia memulai dengan fokus pada bumbu sebelum mencampurkannya dengan daging. Bumbu khas Bali inilah yang memadukan rasa pedas, wangi, manis, dan gurih yang khas.
Sambal Pedas
Orang Bali selalu makan dengan sambal pedas dan pilihannya pun ada banyak. Dari mulai sambal matah hingga pelalah. Kadar atau tingkat kepedasannya berbeda begitu juga kadang campuran bahannya. Sambal matah misalnya, dibuat dari cabai rawit merah dan ditambahi bawang merah,bawang putih, terasi, serai, garam dan buah jeruk nipis. Menikmati Bali mestilah dengan sambal pedasnya.
Tarian Tradisi
Tidak hanya warisan kuliner, Balinese Food & Cultural Festival juga menghadirkan beberapa tarian tradisi Bali sehingga pengunjung benar-benar merasakan Bali. Penampilan para penari lengkap dengan kostum tradisinya mengingatkan akan keramahan dan dinamisnya pulau dewata. Berikut tiga tarian yang dibawakan dalam festival.
Tari Pendet
Dibawakan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu dan undangan. Penari sangat ekspresif dengan lirikan matanya yang khas, lebih banyak memberi senyuman manis sebelum kemudian menabur bunga sebagai tanda penyambutan. Menurut ceritanya, tari ini dulunya melambangkan peyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring berjalan waktu menjadi tarian selamat datang dan tarian persembahan sebuah acara atau upacara.
Tari Tenun
Tarian ini membawa para pengunjung ke nuansa yang kental Bali sembari melihat aktivitas para putri Bali yang sedang menenun secara tradisional. Gerakan-gerakannya secara visual seolah memintal benang hingga menjadi kain bisa dilihat dari lentiknya jemari para penari. Sesuai namanya tari ini mengupas proses tenun secara tradisional mulai dari meintal benang, mengatur benang pada alat tenun lalu menenun.
Tari Cendrawasih
Dibawakan oleh dua penari remaja, tarian ini menggambarkan sekelompok burung Cendrawasih yang beterbangan menikmati alam bebas. Ritmenya riang dan kostum yang mirip burung Cendrawasih membuat gerak tari ini menjadi lebih enak dilihat.
Pameran Lukisan
Bekerjasama dengan Manacika Art Gallery, Balinese Food & Cultural Festival menghadirkan sejumlah karya seni berupa lukisan dan kerajinan tangan dari komunitas seniman muda Bali yang dipamerkan di lobi The Sultan Hotel & Residence Jakarta. Objek lukisan menggambarkan Bali, mulai dari lanskapnya yang indah, aktivitas masyarakatnya, hingga beberapa penari Bali lengkap dengan kostum tradisionalnya. Lukisan-lukisan yang kuat dari segi gambar dan berukuran besar ini memberi nilai tambah pada festival yang mampu membawa pengunjung pada nuansa Bali yang sebenarnya. *