World’s Best Festivals
Di edisi terbaru ini, kami menghadirkan 10 festival terbaik – terseru, terunik, dan teramai – di dunia yang dapat menjadi penyedap kisah perjalanan.
Januari
Snow & Ice Festival, Harbin, Tiongkok
Harbin bersalju selama enam bulan dengan temperatur musim dingin yang dapat meluncur ke minus 38 derajat Celsius. Agar musim dingin yang panjang itu agak sedikit berwarna dan masyarakat setempat agak bergairah melewati hari-hari di tengah cuaca ekstrem, 18 tahun lalu diadakan festival pahatan es. Setiap tahunnya, festival itu berhasil menarik 10 hingga 15 juta pengunjung dan tercatat 10.000 tenaga kerja terlibat dalam pengerjaan pahatan es, termasuk untuk mengangkut dan menyusun instalasi.
Maret
Holi, India
Disebut juga festival cinta atau festival warna, Holi adalah perayaan untuk menyambut musim semi, serta menjadi salah satu hari raya paling penting di India. Awal perayaan ini berkaitan dengan kisah cinta Krishna dan Radha. Ketika remaja, Krishna yang berkulit biru merasa tak yakin Radha akan menyukainya, sehingga ibunya kemudian meminta Radha untuk mewarnai wajahnya.
Juni
Inti Raymi, Cusco, Peru
Cusco, kota di tenggara Peru dekat lembah Urubamba di Pegunungan Andes, merupakan pusat Kekaisaran Inca. Setiap Juni hingga Juli, di kota ini diadakan ritual pengorbanan, di mana harinya ditetapkan berdasarkan titik balik matahari di musim dingin atau waktu terpendek matahari bersinar dalam satu hari (winter solstice). Para Inca percaya kalau peradaban mereka diturunkan langsung oleh Dewa Inti atau Dewa Matahari melalui putranya yang bernama Manco Capac, raja Inca pertama.
Juli
Yadnya Kasada, Gunung Bromo
Berkunjung ke Bromo pada tanggal 14 bulan Kasada dalam penanggalan Jawa, maka akan bertepatan dengan Yadnya Kasada. Ritual ini diawali dengan sembahyang di Pura Luhur Poten pada dini hari, kemudian dilanjutkan arak-arakan membawa hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan untuk dilemparkan ke dalam kawah sebagai persembahan dari suku Tengger kepada Gunung Bromo dan Sang Hyang Widhi.
Agustus
La Tomatina, Buñol, Spanyol
Setiap Rabu terakhir di bulan Agustus, puluhan ribu orang dari seluruh dunia meramaikan festival perang makanan terbesar di dunia ini, di mana lebih dari 100.000 kilogram tomat matang disediakan di jalan-jalan untuk digunakan perang. Perang tomat ini sendiri sudah berlangsung di Bunol sejak 1944, walau tak ada yang tahu pasti asal-usulnya. Ada teori yang menyebutkan kalau festival ini berasal dari perang makanan antarteman, namun ada pula yang mengatakan kalau pesta ini dimulai ketika warga melakukan protes politik dengan melemparkan tomat dan tradisi ini pun berlanjut.
* Baca selengkapnya di majalah Panorama edisi Mei – Juni 2017.
Teks: Melinda Yuliani & Arris Riehady