Aladin Hadir di Festival Sinema Prancis 2015
Kisah Aladin dengan jin, lampu ajaib dan karpet terbangnya sudah menjadi cerita yang menempel di ingatan. Namun bagaimana jika Aladin hidup di era modern dan digital? Inilah yang dihadirkan sutradara Prancis, Arthur Benzaquen dalam film komedi besutannya berjudul Petualangan Baru Aladdin (Les Nouvelles Aventure d’Aladin). Film penuh humor dan mengundang tawa ini menjadi satu di antara delapan film terbaru Prancis yang ditayangkan dalam gelaran Festival Sinema Prancis 2015.
Festival yang digelar Institut Prancis di Indonesia atau Institut Français d’Indonésie/IFI ini berlangsung dari 3 hingga 6 Desember 2015, di sembilan kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan Balikpapan.
“Tahun ini, Festival Sinema Pancis merayakan gelarannya yang ke-20 tahun dan menjadi momen untuk melihat perubahan menggembirakan dari sinema terkini Prancis,” ujar Marc Piton, Direktur IFI dalam jumpa pers di Auditorium IFI, Jalan M.H Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (25/11/2015).
Berlangsung selama empat hari, FSP dibagi dalam tiga program, yakni Panorama, Fokus dan Kompetisi Film Pendek. Dalam program Panorama, terdapat delapan film Prancis terbaru, antara lain Les Nouvelles Aventure d’Aladin, Le Petit Prince, Taj Mahal, Dheepan, La Famille Bélier, Pourquoi j’ai Pas Mange Mon Pére, La French, dan Le Père Noël.
Arnaud Miquel, Programmer Festival dan Koordinator Audio Visual IFI mengatakan film yang tayang di Panorama merupakan film terbaru yang mewakili wajah sinema Prancis saat ini yang bisa dilihat dari beragam genre, seperti komedi, laga, animasi hingga thriller.
“Sedikit gambaran, film Aladin menjadi box office di Prancis dengan jumlah penonton mencapai lima juta orang, sementara Dheepan merupakan film peraih penghargaan bergengsi Palme d’Or di Festival FIlm Cannes,” ujar Arnaud menambahkan.
Jika Panorama menayangkan film terbaru Prancis , program Fokus menayangkan lima film Indonesia terpilih yang merupakan kolaborasi sinematografi antara Prancis dan Indonesia. Kelima film tersebut yakni Sang Penari (sutradara Ifa Isfansyah), Laut Bercermin (Kamila Andini), Berbagi Suami (Nia Dinata), The Photograph (Nan Achnas) dan Garuda Power: The Spirit Within (Bastian Meiresonne).
Selain kedua program tersebut, FSP juga menggelar kompetisi film pendek yang menjadi batu loncatan bagi para sineas muda Indonesia. Ada delapan film yang lolos masuk tahap final dan diputar dalam program Kompetisi, yakni Bid & Run karya Gugun Ekalaya, Iblis Jalanan karya Salman Farizi, Iman karya Nurul Ibrahim, Return to Sender karya Vera Lestafa, Sandekala karya Amriy Ramadhan, Simbiosis karya Wiranata Tanjaya, Sleep Tight Maria karya Monica Vanessa Tedja dan Taste of Fences karya Sinung Winahyoko. Pemenang kompetisi diumumkan saat penutupan festival dan berhak atas hadiah perjalanan ke Prancis bersama Air France dan hadiah smartphone dari Wiko.
Duta Festival
Gelaran Festival Sinema Prancis 2015 memilih dua Duta Festival yang berasal dari dua generasi perfilman Indonesia, yakni Garin Nugroho dan Tara Basro. Menurut Arnaud, terpilihnya Garin dan Tara karena beranjak dari beberapa alasan, satu di antaranya yakni sama-sama punya talenta yang besar. Garin Nugroho kerap meraih penghargaan lewat film-filmnya, sementara Tara Basro diyakini sebagai aktris muda berbakat yang kebetulan baru saja memenangkan penghargaan bergengsi Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2015 sebagai Aktris Terbaik lewat aktingnya di film A Copy of My Mind.
Sebagai catatan, Garin Nugroho sudah menjadi penghubung industri film Indonesia dan Prancis sejak filmnya Daun di Atas Bantal terpilih untuk kategori Un Certain Regard di Festival Film Cannes 1998. Tahun ini, festival film yang dirintis oleh Garin, Jogja-Netpac Asian Film Festival berkolaborasi dengan FSP dalam memutar film-film Prancis dan sesi diskusi Promosi dan Strategi Festival di IFI Yogyakarta pada 4 Desember yang akan dihadiri oleh sejumlah pembicara, antara lain Isabella Glachant (perwakilan Unifrance), Kamila Andini (sutradara), Nan Achnas (sutradara dan produser), dan Christine Hakim (aktris dan pernah jadi juri Festival Film Cannes).
“Suatu kehormatan bisa menjadi Duta Festival Sinema Prancis tahun ini, karena menurut saya sinema Prancis berperan penting dalam industri film dunia, dan menjadi bagian dari sejarah sinema Prancis terutama di Indonesia adalah kebanggan tersendiri,” ujar Tara Basro.
Didapuk sebagai Duta Festival, Tara ingin menumbuhkan kesadaran pada publik bahwa film Prancis bisa jadi tontonan yang membuka mata dan menginspirasi, termasuk buat kreator film Indonesia yang ingin membuat karya terbaik dan berkualitas.
Festival Sinema Prancis 2015 berlangsung dari 3 hingga 6 Desember 2015. Pemutaran film program Panorama dikenakan tiket Rp 35.000, sedangkan untuk program Fokus dan Kompetisi Film Pendek tidak dipungut bayaran. Detil jadwal dan lokasi pemutaran film dapat diakses via www.festivalsinemaprancis.com, dan tiket bisa juga dipesan di IFI Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Balikpapan mulai tanggal 26 November 2015. *