TOP

Alasan Swiss Menjadi Negara Netral

Banyak orang yang tak tahu kalau Swiss sengaja memilih kebijakan netralitas, karena selama berabad-abad, mereka adalah negara tentara bayaran.

Di perbatasan Swiss, orang bebas lalu-lalang melintasinya, sehingga bahasa dan makanan yang ada di sini pun terpengaruh para pendatang. Jangan heran bila bertemu orang lokal yang lebih memilih berbahasa Jerman, atau menemukan risotto yang khas Italia namun berbahan merlot lokal. Menuju kota-kotanya pun bagai mengunjungi empat negara yang berbeda: Italia (di Ticino), Jerman (di Zurich), Prancis (di Jenewa), dan bekas provinsi Kekaisaran Romawi (Grisons).

Walau demikian, Swiss dulu terkenal dengan tentara bayarannya. Saat itu, negara ini sangat miskin karena tak punya akses langsung ke laut dan tanahnya pun tak cocok untuk bercocok tanam dalam skala besar, sehingga anak-anak mudanya kemudian menjadi tentara bayaran dan melayani pasukan asing (terutama pasukan raja-raja Prancis). Puncak kejayaan mereka adalah pada masa Renaisans ketika kemampuan mereka mendunia dan banyak dicari oleh penguasa asing. Jasa mereka kemudian mengalami kemunduran akibat kemajuan teknologi, dan isolasi militer Swiss kemudian mengakhiri aktivitas organisasi tentara bayaran di Swiss. Kini hanya Vatikan lah yang memakai jasa mereka dengan tugas utama menjaga keamanan gedung-gedung di Vatikan dan jalur masuk ke Vatikan, serta keselamatan Paus.

Karena terlalu banyak ikut perang dengan atau melawan berbagai pihak, selain wilayahnya yang relatif kecil dan lokasi geografisnya yang terjepit di antara Prancis, Jerman, Austria, dan Italia, wajar bila kemudian Swiss memilih untuk bersikap netral. Melalui Kongres Wina di tahun 1815, Swiss telah menandatangani perjanjiannya untuk tak terlibat dalam konflik internasional, selain mengembangkan wilayah (dengan memasukkan Valais, Neuchatel, dan Jenewa) untuk yang terakhir kalinya. Meski kenetralitasan ini sempat dipertanyakan dengan adanya peristiwa Grimm-Hoffmann pada tahun 1917, Swiss menegaskan kebijakan ini dengan bergabung bersama LBB pada 1920 dan Dewan Eropa pada 1963.

Dari Ski Hingga Situs Sejarah

Kebijakan antiperang Swiss di masa modern ini menjadi alasan utama pejalan dapat menikmati banyak situs sejarah di sini. Tak ada kawasan atau kota yang terkena bom, karena Swiss memang tak pernah diserang. Karena itulah tak heran bila seluruh kota tua Bern, ibu kota Swiss, yang dipenuhi dengan arcade bersejarah, bangunan kuno, air mancur, dan menara jam terkenal diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Chur, kota tertua di Swiss, memiliki reruntuhan Romawi yang masih terpelihara dengan baik. Sementara di Bellinzona, pengunjung dapat melihat kastil-kastil abad pertengahannya atau mengeksplor desa kuno di sekitarnya.

Memiliki trek sepanjang ribuan mil, Swiss juga merupakan surga bagi penyuka hiking. Mereka dapat berjalan dengan latar Matterhorn di Zermatt Lake Trail, menyusuri Lake Luzern melalui Swiss Path, maupun melihat hewan-hewan endemik, seperti ibex dan marmot, saat mengeksplor Taman Nasional Swiss di Graubunden. Badan Pariwisata Swiss bahkan menyediakan aplikasi gratis yang memberikan detail lengkap tentang 32 trek di Swiss tersebut.

Bila ingin bersantai dan menjauh dari keramaian kota, pergilah ke kota-kota mungil di Swiss, seperti Château-d’Oex yang merupakan tempat terbaik untuk menikmati balon udara dan aktivitas luar ruang lainnya; Wengen dan Murren yang menawarkan akses mudah ke puncak Bernese Oberland, serta Gandria di tepi Danau Lugano dengan gang-gang mungilnya yang cantik dan rumah makan yang menyajikan masakan Italia. Sementara yang ingin menuju puncak-puncak tertinggi di Swiss namun enggan mendaki, negara ini menawarkan banyak opsi transportasi, seperti cable car dan kereta funicular yang langsung membawa penumpangnya setinggi ribuan kaki ke sejumlah stasiun dan restoran di puncaknya. Anda bisa bersantap di Piz Gloria yang muncul dalam film On Her Majesty’s Secret Service (1969) sebagai markas musuh James Bond, menuju Sphinx Observatory, observatorium tertinggi di dunia, yang terletak di Jungfraujoch, atau naik kereta cog tercuram di dunia ke puncak  Mt. Pilatus dekat Luzern.

Cicipi pula cokelatnya, yang konon bila sudah pernah mencobanya, bakal susah untuk melupakannya. Di Swiss jugalah milk chocolate pertama kali diciptakan, dan pembuatan cokelat di sini tak hanya sekadar bisnis, melainkan seni. Selain mengikuti tur di pabrik Callier milik Nestle, bawa pulang cokelat tersebut untuk oleh-oleh. Beberapa toko favoritnya adalah Sprungli dan Teuscher di Zurich, Martel di Jenewa, dan Poyet di Vevey. Penyuka keju juga dapat menikmati fondue terbaik di Fribourg, di mana keju Gruyere dan Vacherin Fribourgeois dilelehkan bersama anggur putih, bawang putih, dan kirsch (cherry brandy), atau mencoba keju lokal, seperti Sbrinz di Central Switzerland, Emmental di Bern, dan Bundner Bergkase di Graubunden.

Dengan 46 perusahaan kereta, rel sepanjang lebih dari 5.000 kilometer, dan sistem transportasi yang jarang mengalami penundaan, naik kereta adalah cara terbaik untuk mengeksplor Swiss. Kebanyakan kereta menawarkan pemandangan yang bakal membuat Anda seketika ingin memotretnya, namun untuk yang benar-benar ingin mencari kereta khusus yang menspesialisasikan dirinya terhadap panorama indah di sepanjang perjalanan, cobalah naik Glacier Express atau Bernina Express yang memiliki panoramic window dan berjalan lebih lambat dari kereta biasa agar penumpangnya dapat menikmati suasana sekitar.

Bila ingin larut dalam kemeriahan festival dan tradisi lokal, tiap Sabtu mulai pertengahan Juli hingga Agustus digelar Marches Folkloriques di Vevey yang menampilkan folk music, pertunjukan alphorn, kerajinan tangan, dan wine tasting. Selama Foire de Martigny di Valais, pengunjung bisa menyaksikan gulat Swiss, atau kunjungi Appenzell di Minggu terakhir pada bulan April untuk melihat pemilihan terbuka di alun-alun kota.