
Garin Nugroho Pentaskan ‘Setan Jawa’
Merayakan 35 tahun berkarya di industri film, Garin Nugroho didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan karya berjudul ‘Setan Jawa’, sebuah film bisu yang mengangkat mitologi Jawa dan menyesuaikannya dalam film tari kontemporer yang terinspirasi oleh karya Friedrich Wilhelm Murnau, Nosferatu. Setan Jawa merupakan film bisu hitam putih pertama karya Garin Nugroho yang diiringi dengan orkestra musik gamelan secara live yang digarap oleh Rahayu Supanggah dan diputar perdana pada 3 dan 4 September 2016 di Gedung Teater Jakarta.
“Pertunjukan Setan Jawa mengangkat kisah mitologi Jawa yang merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang menyimpan nilai-nilai luhur serta ajaran moral yang berakar dari sejarah dan tradisi masyarakat. Diharapkan film ini mendapat banyak apresiasi dari masyarakat Indonesia dan juga masyarakat luar dan semakin banyak sineas muda yang terinspirasi dan menghasilkan film yang tak kalah hebatnya,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Cinta yang terlarang
Bercerita tentang kisah cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20. Setio, seorang pemuda dari desa miskin jatuh cinta dengan Asih, seorang putri bangsawan Jawa. Lamaran yang ditolak membuat Setio mencari keberuntungan melalui kesepakatan dengan iblis yang dikenal sebagai ‘Pesugihan Kandang Bubrah’ untuk mencari kekayaan dan nantinya dapat melamar Asih. Setio akhirnya menjadi kaya dan kawin dengan Asih, mereka hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah.
Asih kemudian mengetahui bahwa suaminya menjalani Pesugihan Kandang Bubrah. Asih yang sangat mencintai suaminya kemudian menemui setan pesugihan untuk meminta pengampunan pada setan agar suaminya pada saat kematiannya tidak menjadi tiang penyangga rumah.
“Setan Jawa dikisahkan dalam bingkai sejarah periode awal abad ke-20 sebagai konsep waktu yang menarik untuk dieksplorasi. Memungkinkan ekspresi film ini bergerak antara tradisi dan kontemporer dan dalam beragam silang disiplin dan budaya. Film ini menyatukan perspektif kontemporer dengan tari tradisi, musik, hingga fashion dalam ruang bebas intrepretasi,” ungkap Garin Nugroho, Produser dan Sutradara Setan Jawa.
Setan Jawa merupakan proyek kolaborasi antara Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah yang dipertemukan kembali setelah 10 tahun yang lalu berkolaborasi dalam proyek ‘Opera Jawa’. Rahayu Supanggah, seorang seniman musik yang telah dan masih memperkenalkan dan mempopulerkan musik gamelan Jawa ke masyarakat dunia selama lebih dari 40 tahun, menampilkan sebuah orkestra gamelan yang akan mengiringi film bisu hitam putih karya Garin, dibawakan secara langsung dengan 20 pengrawit (pemusik gamelan).
Film ini menampilkan Asmara Abigail (Asih), Heru Purwanto (Setio) dan Luluk Ari (Setan Jawa), Quin Dorothea (Setan Padi & Ibu Asih), Anggono Wibowo (Setan Byayakan), Pak Kodok (Setan Tua), Bambang Mbesur (Setan Kemayu), Danang Pamungkas (Badut laki-laki), Cahwati Sugiarto (Badut perempuan), Muhammad Fathan Irsyad (Setan Jawa Kecil) dan Rusini (Nenek).
Perilisan film Setan Jawa di Jakarta merupakan penampilan pertama sebelum diputar pada world premier di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne pada Februari 2017. Film ini merupakan film bisu hitam putih Indonesia dengan iringan musik gamelan ditampilkan secara langsung ketika pemutaran film.