
Hotel Baru Dekat Bandara Juanda
Swiss-Belhotel International meluncurkan properti bintang tiga terbarunya di Indonesia, Swiss-Belinn Airport Surabaya, pada 9 September 2017 lalu. Sesuai namanya, hotel ini berada strategis dekat bandara, selain juga dilengkapi berbagai fasilitas untuk mengakomodasi para tamunya.
Berada di Jalan Raya Juanda, hotel ini memiliki 120 kamar Deluxe, sembilan kamar Grand Deluxe, dan empat Suite yang dilengkapi bathtub. Memiliki luas yang beragam, yakni mulai dari 24 hingga 48 meter persegi, masing-masing kamar ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, termasuk akses Wi-Fi, brankas seukuran laptop, kulkas mini, dan televisi LED 40 inci dengan saluran kabel.
Swiss-Belinn Airport Surabaya juga memiliki BaReLo yang menyajikan berbagai makanan dan minuman sepanjang hari, selain juga area barbekyu yang luas dan layanan kamar 24 jam. Fasilitas lainnya adalah kolam renang, pusat kebugaran, jasa penatu, jasa pijat, serta area parkir dan layanan valet parking.
Berkeliling Surabaya
Selain tinggal dalam kenyamanan hotel, tamu juga dapat melewatkan waktu dengan mengeksplor ibu kota Jawa Timur ini. Layaknya kota metropolitan, Surabaya merupakan kota modern yang disesaki gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan mewah. Walau begitu, di sana-sini di seantero kota, gedung-gedung tua bersejarah tetap berdiri tegak, seakan mengingatkan akan julukannya sebagai Kota Pahlawan. Walau dikenal sebagai salah satu kota di Indonesia yang menyimpan kekayaan kuliner, namun banyak hal menarik yang bisa dinikmati di sini.
Sebut saja House of Sampoerna. Berlokasi di kawasan Kota Tua, kompleks bangunan megah bergaya kolonial yang didirikan pada 1862 ini sebelumnya digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola oleh Belanda, kemudian dibeli pada 1932 oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, dengan maksud untuk digunakan tempat produksi rokok pertama Sampoerna. Kini, di auditorium sentral situs bersejarah sekaligus sebuah museum ini berisi barang-barang antik milik keluarga Sampoerna, seperti mesin pemotong tembakau hingga mobil kuno, dan di bagian timurnya telah diubah menjadi ruangan untuk kafe, kios merchandise, dan galeri seni. Di lantai dua bangunan ini juga bisa melihat ratusan pelinting rokok legendaris Dji Sam Soe yang bekerja secara manual dengan kecepatan luar biasa.
Ada pula Rumah Batik Jawa Timur di Jalan Tambak Dukuh I yang menyimpan 2.000 lembar batik dari 17 kabupaten berbeda, yaitu Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Malang, Batu, Jombang, Kediri, Pacitan, Banyuwangi, Jember, dan Tulungagung. Dibuka atas inisiatif seorang pengrajin batik asal Pamekasan bernama Faiqah Ismail, Rumah Batik juga menawarkan kursus membatik.
Bila memiliki waktu lebih, kunjungi juga Monumen Kapal Selam. Sering disingkat Monkasel, kapal selam ini terbagi menjadi beberapa ruangan, antara lain ruang torpedo haluan yang dilengkapi empat peluncur torpedo, ruang tinggal perwira, ruang periskop yang juga Pusat Informasi Tempur, ruang anak buah kapal, ruang diesel, ruang listrik, dan ruang torpedo buritan. Monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952 yang pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda. Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia.