TOP

Selamatkan Gajah Lewat Sosial Media

WWF-Indonesia meluncurkan kampanye nasional untuk perlindungan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) pada 9 November 2014. Kampanye bertajuk #NasibGajah menampilkan kondisi Gajah Sumatera secara visual kepada publik melalui karya seni, yang dibuat oleh 20 orang seniman muda berbakat Indonesia, dan dipamerkan saat Car Free Day (CFD) Jakarta depan Menara BCA, menandai peluncuran kampanye ini.

Setelah itu, karya-karya seni tersebut akan dipamerkan di area-area publik seperti pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, kampus dan sekolah di Jakarta dan sekitarnya selama beberapa bulan kedepan. Dengan disebarkannya 20 karya seni ini di berbagai lokasi, masyarakat diberi kesempatan berfoto selfie bersama karya-karya seni tersebut sekaligus mendapatkan informasi tentang kondisi Gajah Sumatera. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam kompetisi #Selfielephant – yang berhadiah kunjungan bersama WWF-Indonesia ke pusat konservasi ex-situ Gajah Sumatera di Minas, Riau.

Tujuan kampanye ini adalah menggalang dukungan publik untuk  mendorong semua pihak dalam menjaga keaslian wilayah jelajah Gajah Sumatera, termasuk perusahaan sawit agar menerapkan Best Management Practices  (BMP) untuk menyelamatkan Gajah Sumatera di alam dan lembaga konservasi ex-situ – seperti kebun binatang dan pusat konservasi gajah – untuk melakukan pengelolaan satwanya dengan memperhatikan prinsip dan etika kesejahteraan satwa (animal welfare), yang mana disebutkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2012.

Masyarakat diberi ruang aktif untuk mendukung kampanye ini melalui media sosial untuk menuangkan harapan mereka akan nasib Gajah Sumatera, dengan mencantumkan tagar #NasibGajah.  Bagi para pengguna Twitter, harapan tersebut juga dapat disampaikan dengan mencantumkan akun Presiden Joko Widodo (@jokowi_do2) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (@humas_kemenhut). Selain melalui media sosial, publik juga dapat mengirimkan harapan mereka tentang nasib Gajah Sumatera melalui SMS ke TempoSMS Jurnalis Warga di 0811936687, dengan mencantumkan tagar #NasibGajah.

“Perkebunan sawit yang berada di sekitar kawasan habitat Gajah di alam liar dapat hidup berdampingan dengan menerapkan BMP, sehingga keberadaan perusahan-perusahaan tersebut tidak mengganggu kelangsungan hidup Gajah. WWF mengajak publik untuk peduli nasib Gajah, khususnya Gajah Sumatera yang jumlah populasinya terus menurun tiap tahun, serta meminta Presiden Joko Widodo dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup untuk menetapkan status Siaga I atas nasib satwa kharismatik itu,” ujar Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia.

Populasi Gajah Sumatera dikategorikan ‘kritis’ (critically endangered) dalam Daftar Merah lembaga konservasi dunia, IUCN. Gajah Sumatera juga berstatus ‘satwa dilindungi’ berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan merupakan salah satu spesies prioritas nasional. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Workshop Forum Gajah dan Kementerian Kehutanan di Bogor awal 2014, estimasi populasi Gajah Sumatera di alam liar saat ini diperkirakan tidak lebih dari 1.700 ekor. Populasi tersebut terus mengalami penurunan akibat fragmentasi habitat, konflik manusia dengan satwa, serta perburuan dan perdagangan ilegal untuk gadingnya.

“Populasi Gajah Sumatera mengalami penurunan sekitar 35 persen dalam tujuh tahun terakhir sejak 2007.  Sekitar 70 persen habitat gajah telah hilang dalam satu generasi atau kurun waktu 25 tahun. Fakta ini merupakan tamparan keras bagi kita semua untuk lebih peduli akan nasib Gajah Sumatera,” kata Sunarto, Ahli Satwa Liar dari WWF-Indonesia.