Ungguli Singapura, Jepang Jadi Destinasi Wisata Utama di Asia
Jepang kini mendominasi sektor pariwisata Asia dengan memecahkan rekor jumlah wisatawan, pendapatan pariwisata, dan kinerja hotel yang mengesankan. Negara ini berhasil bangkit dari dampak pandemi dan semakin mengukuhkan statusnya sebagai destinasi unggulan di dunia.
Pada tahun 2024, Jepang mencatat kedatangan lebih dari 33 juta wisatawan internasional, melampaui angka tertinggi sebelumnya yaitu 32 juta pada tahun 2019. Prestasi ini mengukuhkan daya tarik global Jepang, terutama dari negara-negara tetangga seperti Korea Selatan, yang menyumbang 732.100 pengunjung pada Oktober 2024.
Cina berada di posisi kedua dengan 582.800 pengunjung, disusul Taiwan dengan 478.900 wisatawan. Negara lain seperti Hong Kong dan Thailand juga menjadi kontributor besar, menegaskan daya tarik Jepang yang luas di seluruh Asia.
Pariwisata Jepang tidak hanya unggul dalam jumlah wisatawan, tetapi juga pendapatan. Dalam sembilan bulan pertama 2024, sektor ini menghasilkan JPY 5,8 triliun (sekitar Rp600 triliun), melampaui rekor tahunan sebelumnya sebesar JPY 5,3 triliun pada 2023.
Kinerja perhotelan Jepang juga mencatat angka luar biasa. Tingkat okupansi hotel di Tokyo mencapai 78 persen, dengan rata-rata tarif harian (ADR) sebesar $188 dan pendapatan per kamar tersedia (RevPAR) sebesar $148 pada paruh pertama 2024. Osaka mencatat okupansi yang lebih tinggi sebesar 79 persen, menggarisbawahi standar akomodasi premium yang ditawarkan Jepang.
Keberhasilan ini didukung oleh kombinasi budaya tradisional, atraksi modern, infrastruktur kelas dunia, dan keramahan Jepang yang terkenal. Kemampuan Jepang untuk memadukan warisan sejarah dengan fasilitas modern menjadikannya destinasi favorit berbagai jenis wisatawan.
Di sisi lain, Singapura tetap menjadi pemain penting di kawasan ini, tetapi belum mampu menyaingi Jepang dalam banyak aspek. Pada 2024, Singapura diperkirakan menarik 16 juta wisatawan, mendekati angka 15 juta pada 2019, tetapi masih jauh di bawah rekor Jepang.
Pendapatan pariwisata Singapura diperkirakan mencapai $24,5–$26 miliar pada 2024, meningkat dari $14 miliar pada 2023. Namun, angka ini tetap tertinggal dari pendapatan pariwisata Jepang yang mencapai $39 miliar dalam sembilan bulan pertama 2024.
Meskipun tingkat okupansi hotel di Singapura mencapai 80,1 persen pada 2023 dengan rata-rata tarif kamar (ARR) sebesar $282, performa ini masih di bawah standar perhotelan Jepang yang unggul.
Ukuran wilayah yang kecil dan keterbatasan atraksi menjadi tantangan bagi Singapura untuk bersaing dengan Jepang. Sementara itu, Jepang dengan berbagai atraksi budaya, sejarah, alam, dan fasilitas modern, mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dari berbagai segmen.
Dengan rekor pencapaian ini, Jepang kini mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin utama pariwisata di Asia, meninggalkan Singapura sebagai pesaing jauh di belakang.