Kastil-kastil di Bawah Langit Kelam
Awan tebal yang menggelantung di langit Copenhagen pagi itu membuat kaki berat untuk diseret keluar kamar penginapan. Semangat pun semakin mengendur ketika prakiraan cuaca hari itu mengatakan bahwa mendung akan bertahan sepanjang hari dengan kemungkinan besar akan turun hujan. Namun mengingat jadwal di Denmark yang sempat berantakan gara-gara penerbangan yang dibatalkan, saya membulatkan tekad untuk tetap keluar kamar dan mengunjungi Kastil Kronborg dan Frederiksborg sesuai rencana.
Kastil Kronborg berada di pesisir Helsingør dan Kastil Frederiksborg di Hillerød, yang keduanya berada di North Zealand, sebelah utara Copenhagen. Nama Zealand tidak ada hubungannya dengan negara Selandia Baru. Orang-orang Belanda memberi nama New Zealand (Nieuw-Zeeland, atau awalnya disebut Nova Zeelandia) berdasarkan Provinsi Zeeland di negara mereka. Zealand di Denmark dieja Sjælland dalam bahasa setempat. Otoritas setempat sendiri lebih suka memakai kata Sealand untuk promosi wisata dalam Bahasa Inggris.
Gerbang Berlapis-lapis
Setelah hampir 45 menit menyusuri pantai timur Zealand sambil sesekali menembus belantara, kereta yang saya naiki berhenti di Stasiun Helsingør. Angin laut yang kencang dan dingin disertai gerimis menyapu wajah ketika saya melangkah keluar stasiun yang façade-nya juga menyerupai kastil. Sambil menunduk, saya berjalan menuju Kronborg yang berada di tengah kompleks Benteng Kronborg di tepi pantai yang dikelilingi tembok dan gerbang berlapis-lapis, serta dikelilingi parit karena benteng yang awalnya bernama Krogen ini dibangun pada 1420-an untuk pertahanan.
Mendekati bangunan kastil, tampak patung Neptunus sang Dewa Laut dan Merkurius sang Dewa Perdagangan bagai sedang menjaga gerbang terakhir kastil sebelum akhirnya kaki berada di halaman dalam (inner courtyard). Memasuki halaman dalam, bangunan kastil seakan mengepung saya dari empat penjuru. Raja Frederik II merombak habis Benteng Krogen pada 1574 dan mengubah nama kastil menjadi Kronborg. Gaya renaisans yang diterapkannya memang lebih simpel dan tidak sementereng gaya gotik khas abad pertengahan yang merupakan desain aslinya. Puas memandangi kastil dari halaman dalam, saya masuk ke tempat penjualan tiket di balik pintu kecil di sisi kanan gerbang.
Keliling Kastil
Yang paling menarik perhatian saya adalah contoh hidangan untuk keluarga kerajaan yang ditata di ruang makan, di antaranya roti, pai, semacam pound cake, buah fig, serta sepiring game pie yang di atasnya bertengger seekor burung besar dengan sayap terkembang ke belakang. Sedangkan yang menjadi hidangan utamanya adalah sewadah besar tiram yang diletakkan di tengah meja. Meski komposisi menunya menarik, menurut saya presentasinya kurang “wah”, mungkin karena taplak meja dan wadah-wadah makanannya yang polos serta minimnya peralatan makan.
Puas menjelajahi ruangan dan koridor kastil, saya beranjak ke ruang bawah tanah yang disebut casemates. Menyusuri lorong-lorong sempit dengan atap yang rendah dan lantai berbatu yang rata bukanlah hal mudah. Terlebih dalam kondisi penerangan yang amat terbatas dan bau lembap yang menyengat.
Menuju Hillerod
Lewat tengah hari, saya meninggalkan Kronborg. Ketika itu langit belum berubah biru dan sepertinya memang prakiraan cuaca hari itu tidak meleset. Perjalanan ke Hillerød yang terletak 23 kilometer arah barat-daya Helsingør memakan waktu 30 menit naik kereta. Hujan menyambut saya di Stasiun Hillerød, sehingga harus mengurungkan niat untuk berjalan kaki ke Kastil Frederiksborg dibangun di atas tiga pulau kecil di tengah sebuah danau.
Sebelum memasuki gerbang paling dalam kastil, lagi-lagi saya mendapati Neptunus, yang kali ini berdiri di atas sebuah monumen di tengah air mancur yang konon hal ini melambangkan posisi Denmark sebagai kekuatan utama di wilayah Baltik pada awal abad ke-17.
Frederiksborg yang namanya diambil dari Raja Frederik II adalah tempat Raja Christian IV, putera Raja Frederik II, dilahirkan pada 1577. Setelah naik tahta pada awal abad ke-17, Raja Christian IV merombak total bangunan kastil ini dan mendirikan bangunan berarsitektur renaisans terbesar di wilayah Skandinavia untuk ia tinggali.
Menjelajahi Frederiksborg sehabis mengunjungi Kronborg mendatangkan kesan yang nyaris bertolak belakang. Dengan dinding bercat warna-warni pastel dan sebuah taman bergaya barok di seberang danau, suasana di sini terasa lebih “bersahabat” dibanding Kronborg yang “garang”. Kabarnya, Frederiksborg merupakan kastil pertama di Denmark yang fungsi utamanya bukan untuk pertahanan karena Raja Christian IV memang membangunnya sebagai tempat tinggal.
Teks & foto: Christy Wulan Kambey
Artikel lengkapnya dapat dibaca di majalah Panorama edisi September – Oktober 2016