Menyepi di Giethoorn, Desa Tanpa Jalan Raya
Berada di Giethoorn artinya Anda tak akan dibuat pening dengan lalu lintas yang padat kendaraan atau klakson-klakson mobil yang dibunyikan tanpa henti di tengah kemacetan. Hanya ada kedamaian yang menyelimuti desa menyenangkan ini, bahkan saking heningnya, suara paling besar yang biasa didengar adalah suara bebek dan burung.
Berada di provinsi Overijssel, Giethoorn tidak memiliki jalan raya. Sehari-harinya warga Giethoorn memanfaatkan kanal dengan perahu unik yang disebut whisper boat yang digerakkan dengan motor listrik karena desa ini melarang penggunaan mesin diesel. Jika datang ke desa ini menggunakan mobil, pejalan mesti meninggalkannya di luar desa dan menyewa perahu untuk berkeliling. Beberapa area memiliki jalan setapak untuk jalur jalan kaki atau bersepeda, namun banyak rumah yang dapat dijangkau hanya menggunakan perahu.
Sebelum mengunjungi Giethoorn, ketahuilah beberapa fakta menarik mengenai desa yang dijuluki Venesia-nya Belanda.
- Sejarah Giethoorn
Ada beberapa asumsi yang beredar mengenai siapa yang pertama kali mendirikan daerah ini. Konon, Giethoorn didirikan para biarawan Fransiskan pada abad 13, tapi ada juga yang mengklaim bahwa pelarian asal Mediterania-lah yang pertama kali menetap di sini.
- Nama Giethoorn
Zaman dulu sekitaran Giethoorn banyak ditemukan kambing bertanduk, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya banyak tanduk kambing yang diyakini mati akibat banjir besar di St. Elisabeth pada 1170. Tanduk kambing dalam bahasa Belanda adalah Geytenhorn, yang kemudian diadaptasi menjadi Giethoorn.
- Penambangan Gambut
Dulunya, sekitar Giethoorn terdapat area penambangan gambut. Untuk mengangkut gambut, dibangunlah kanal-kanal yang kini menjadi jalur transportasi utama di desa ini.
- Tersembunyi Selama Bertahun-tahun
Giethoorn menjadi rahasia kecil Belanda selama bertahun-tahun sampai sebuah film berjudul Fanfare (1958) dibuat di sini. Sejak itu, nama Giethoorn menjadi pembicaraan di kalangan pejalan dan tiap tahun desa ini makin sering didatangi wisatawan.
- Rumah-rumah Unik dan Lawas
Yang menyenangkan dari kunjungan ke Giethoorn adalah suasana asri yang langsung terasa ketika menelusuri kanal-kanalnya yang diapit rumah-rumah yang walau tampak sederhana, namun menawarkan arsitektur unik juga dihiasi aneka bunga penuh warna (terutama di musim semi dan panas). Rumah-rumah di Giethoorn sebagian sudah berumur lebih dari 100 tahun, tentunya sangat menarik bagi peminat arsitektur dan fotografi saat membidik objek di desa ini.
- Yang Menarik di Giethoorn
Memang naik perahu keliling Giethoorn adalah aktivitas yang direkomendasikan kepada pejalan, namun desa ini dapat dinikmati dengan berjalan kaki atau bersepeda. Selagi berjalan atau bersepeda, ada sejumlah toko yang dapat dieksplor, seperti toko kerajinan lokal, menikmati pizza atau es krim di restoran lokal, mengunjungi Museum Giethoorn yang menampilkan sejarah desa ini atau menyambangi Gloria Maris Shells Gallery.
Tip Perjalanan ke Giethoorn
-Waktu terbaik untuk mengunjungi Giethoorn adalah pertengahan April dan pertengahan Oktober, sebaiknya hindari Giethoorn saat Agustus yang ramai dipadati turis. Jika datang saat musim dingin, pejalan dapat menyaksikan warga lokal memanfaatkan kanal-kanal yang membeku untuk bermain seluncur es.
-Giethoorn bisa dijadikan sebagai perjalanan sehari dari Amsterdam, namun jika ingin menikmati desa ini lebih lanjut, sediakan satu-dua hari untuk bermalam dan menghargai ketenangan Giethoorn.
-Tersedia beberapa penginapan yang terletak di sepanjang kanal di sisi utara Giethoorn atau menyewa rumah pertanian kecil melalui Airbnb.
-Pastikan untuk mencicipi kuliner di The Fanfare, salah satu restoran di Giethoorn yang menjadi populer sejak film Fanfare yang melakukan syuting di desa ini.