TOP

Bira, Negeri Layar Terkembang

Bila tak ada desa di Sulawesi Selatan ini, mungkin lagu “Nenek Moyangku Seorang Pelaut” tak pernah tercipta.

Pekerjaan pertama saya belasan tahun lalu adalah menjadi penulis untuk sebuah website pariwisata Indonesia. Ketika sedang membolak-balik buku referensi tentang Sulawesi, mata tertuju kepada sebuah tulisan tentang desa bernama Tana Beru di Tanjung Bira, Sulawesi Selatan. Di sinilah tempat pembuatan Pinisi, jenis kapal yang telah membuahkan reputasi nenek moyang bangsa Indonesia sebagai pelaut handal yang keahliannya dalam menaklukkan samudera tak diragukan lagi.

Di buku tersebut diceritakan bahwa kapal semegah Pinisi dibuat tanpa terlebih dulu membangun pola, melainkan hanya mengandalkan insting, kearifan lokal, dan keahlian yang diperoleh secara turun-temurun. Hebatnya lagi, para pembuat Pinisi tak pernah mengenal perhitungan rumit. Mereka hanya berbekal rumus sederhana warisan leluhur, seperti mengukur keseimbangan dengan melihat permukaan air laut karena batas antara langit dan laut membentuk horizon yang sempurna. Karena penulis buku berasal dari budaya Barat, ia juga sempat membandingkan konstruksi Pinisi dengan kapal-kapal modern.

TEKS: FRANSISKA ANGGRAINI | FOTO: ASRI

Selengkapnya baca di Majalah Panorama edisi Maret-April 2013.