TOP

Menyelami Keindahan Alam Bawah Laut NTT

Matahari bersinar terang ditemani angin sepoi-sepoi di tengah luasnya laut biru berarus tenang. Jernihnya air memanjakan mata dengan keindahan terumbu karang yang dilalui oleh ikan warna-warni.

Begitulah kondisi ekosistem laut di kawasan perairan sekitaran Nusa Tenggara Timur saat tim gabungan ekspedisi laut hendak menyelam di Flores dan Alor untuk memantau kondisi terumbu karang dan populasi ikan beberapa waktu lalu.

NTT3Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Alor dan Flores terletak di antara gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini tidak hanya dikenal dengan keanekaragaman hayati perikanan yang tinggi, tetapi juga keindahan ekosistemnya yang banyak dimanfaatkan untuk wisata bahari. Di beberapa titik unik dari kedua perairan ini juga merupakan habitat hiu, lumba-lumba, dugong dan tuna, serta jalur migrasi paus. Dengan ekosistem laut yang masih berkondisi baik, kedua perairan ini kerap menarik sejumlah nelayan yang datang dari dalam maupun luar kawasan untuk menangkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, sehingga sumber daya alamnya dapat terancam punah. 

05_WWF-Indonesia

Foto: Fakhrisal S.

Ekspedisi yang dimulai dari tanggal 13 Maret hingga 2 April 2014 ini berlayar menggunakan Kapal Layar Motor FRS Menami. Kapal yang namanya berarti ‘ikan napoleon’ dalam bahasa Wakatobi ini khusus didatangkan dari Wakatobi untuk membawa tim berkeliling ke lokasi pemantauan seperti Pulau Alor, Solor, Pantar, Adonara, dan Flores Timur. Walaupun sempat terhenti akibat beberapa kendala, tim ekspedisi yang beranggotakan 15 peneliti muda ini tetap semangat dan dapat menyelesaikan pemantauan ini tepat waktu. 

 

NTT1Hasil sementara yang ditemukan selama pemantauan pun tidak mengecewakan. Banyak terumbu karang berkondisi sehat dengan populasi ikan yang terhitung cukup banyak, baik untuk jenis ikan demersal (ikan karang) maupun pelagis (ikan laut dalam). Namun tidak jarang juga ditemui terumbu karang yang rusak bahkan mati akibat pemboman dan penyemprotan potas yang dilakukan oleh sejumlah nelayan tidak bertanggung jawab untuk menangkap ikan.

Terumbu karang yang sehat akan menunjang perikanan yang baik. Terumbu karang tidak hanya bermanfaat sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang dan ombak laut, tetapi juga merupakan habitat penting dari ikan berprotein tinggi seperti kerapu dan baronang. KKP Alor dan Flores Timur yang merupakan bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) berkontribusi penting untuk sektor perikanan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kedua KKP ini perlu dijaga sebaik mungkin, karena akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan bangsa. Tidak hanya pemerintah, sektor bisnis bahkan masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjaga kelestariannya. Dimulai dengan langkah penangkapan ikan tanpa menggunakan bahan peledak atau potas oleh para nelayan, penerapan rencana pengelolaan perikanan yang berkelanjutan oleh pengusaha bisnis, hingga implementasi gaya hidup hijau oleh para konsumen dengan memilih makanan laut yang diambil dengan langkah yang ramah lingkungan.

03_WWF-Indonesia_Fakhrizal S_Survey di Pulau Ternate, KKPD Alor.

Foto: Fakhrisal S.

Indahnya Alam Bawah Laut NTT
Selama kegiatan ekspedisi berlangsung, tim ekspedisi tidak hanya bekerja memantau terumbu karang dan perikanan di lokasi dari pagi hingga sore. Mereka juga menikmati indahnya kekayaan laut Alor dan Flores, seperti melihat ‘atraksi’ spontan sekelompok lumba-lumba yang sedang asyik bermain saat matahari terbenam, bertemu dengan penyu hijau saat sedang menyelam dan menikmati kehidupan bawah laut di malam hari, hingga menari dengan sejumlah kawanan hiu karang.

Bahkan, walapun sedang berada di tengah hamparan laut luas, tim #XPDCFloresAlor dan sejumlah kru FRS Menami pun tidak mau ketinggalan untuk menyemarakkan Earth Hour yang berlangsung pada tanggal 29 Maret 2014. Tepat pukul 20.30 waktu setempat, saat sedang ‘buang sauh’ di sekitar perairan Teluk Hading, Flores Timur, Kapten FRS Menami mematikan sejumlah lampu di haluan, lantai atas, dan samping kapal selama satu jam. Lampu di buritan tetap dinyalakan untuk alasan keamanan – agar FRS Menami tetap terlihat oleh kapal-kapal lain yang sedang melintas. Selama aksi switch off tersebut, tim dan kru menjalin keakraban mereka dengan berdiskusi dan berfoto bersama sambil menikmati taburan bintang yang malam itu terlihat sangat terang tanpa polusi cahaya maupun polusi udara.

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ekspedisi laut ini, kunjungi wwf.or.id/xpdcfloresalor.

TEKS: NOVERICA WIDJOJO (MEDIA RELATION OFFICER WWF INDONESIA)