TOP

Lembongan & Ceningan, Paralel Universe Bali

Si kembar Nusa Lembongan dan Ceningan bagai paralel universe seandainya Bali tak pernah menjadi salah satu tempat berlibur favorit warga dunia. Bali yang tanpa jaringan hotel mewah tempat selebriti dunia melangsungkan pernikahan rahasia mereka dan Bali yang tanpa music trance yang diputar oleh DJ ternama kelas dunia.

Pesawat subuh dari Jakarta mendarat tepat waktu di Denpasar yang berada di zona waktu satu jam lebih cepat, sehingga saya punya cukup waktu untuk meluncur ke Sanur untuk mengejar kapal ke Nusa Lembongan yang berangkat pukul 09:00 WITA. Staf Lembongan Beach Club & Resort yang menerima reservasi kamar saya telah mewanti-wanti untuk tiba di Bali sebelum pukul 08:00 WITA.

Walau hampir setiap tiga bulan ke Bali, saya belum pernah menjejakkan kaki di Nusa Lembongan, sehingga kali ini sengaja menjadwalkan kunjungan ke Bali hanya untuk ke pulau mungil di tenggara Bali tersebut.

Kombinasi kurang tidur, belum mendapatkan asupan kafein, dan harus mengantre bagasi di terminal kedatangan domestik Ngurah Rai, di mana dua conveyor belt diantre enam maskapai yang baru mendarat bukanlah awal yang baik untuk menikmati liburan di Nusa Lembongan. Renovasi terminal domestik di Ngurah Rai berjalan sangat lambat, padahal terminal internasionalnya yang megah itu telah selesai sebelum APEC pada Oktober 2013.

 

Cuma 30 Menit

Staf Lembongan Beach Club & Resort yang sudah menunggu di luar terminal kedatangan menyambut ramah. Melihat saya mengenakan celana panjang, ia pun menyarankan untuk berganti celana pendek karena untuk naik perahu dari Sanur, kadang harus masuk ke air setinggi paha orang dewasa. “Numpang ganti di kedai kopi saja sambil minum kopi dulu. Kita masih punya waktu, kok!” katanya. Saya melirik jam tangan miliknya, saat itu menunjukkan pukul 08:30.
“Kapal ke Lembongan punya grup yang sama dengan hotel, jadi kalau ada tamu hotel ya kita tunggu. Jam 9 lebih-lebih sedikit lah. Toh, dari sini ke Sanur hanya 20 menitan,” jelasnya lagi, seakan bisa membaca pikiran saya.

Benar saja, setelah meneguk secangkir double espresso dan berganti celana pendek, holiday mood perlahan baru terasa. Hanya 30 menit duduk di atas kapal, tak terasa kapal kemudian melambat dan merapat di Pantai Jungutbatu. Bila naik Equator, kapal berwarna biru dengan kapasitas sekitar 35 orang ini akan berhenti tepat di pantai Lembongan Beach Club & Resort, sebuah resor cantik dengan 26 unit, tempat saya akan melewatkan dua malam di Nusa Lembongan.

 

Tiba di Jungut Batu

Karena masih pagi dan kamar belum siap, maka diminta menunggu di restoran. Antara lapar dan tak sabar untuk segera mengeksplor Lembongan, akhirnya saya memutuskan untuk memilih opsi kedua. Toh, nanti di jalan juga akan menemukan restoran! Setelah bertanya kepada staf hotel, mereka memberi tahu saya bahwa motor dapat disewa dari Security hotel seharga Rp 100.000 per hari. Ketika sedang membuka dompet untuk membayar sewa motor, sebuah mobil bak terbuka yang telah dimodifikasi – diberi atap dan ditaruh jok – memasuki area hotel.

Supirnya menghampiri saya. “Sudah siap?” tanya Pak Supir yang sepertinya salah orang. Ia mengira saya salah satu tamu hotel yang akan mengikuti sightseeing keliling Lembongan naik mobil modifikasi tersebut.

Berdurasi sekitar dua jam, paket keliling pulau yang disediakan Lembongan Beach Club & Resort ini membawa tamu ke berbagai tempat menarik di pulau seluas delapan kilometer persegi ini. Memang Lembongan paling ideal dieksplor dengan naik sepeda motor, namun bagi yang belum pernah ke sini, mengikuti paket sightseeing naik mobil seharga Rp 150.000 per orang ini merupakan cara yang efisien untuk mengeksplor tempat baru. Lagipula karena hotel tidak menyediakan peta, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti sightseeing yang disediakan Lembongan Beach Club & Resort dan menunda menyewa motor. Toh, bila dari tempat-tempat yang dikunjungi tersebut ada yang ingin dikunjungi lagi, saya bisa ke sana sendiri dengan naik motor keesokan harinya karena sudah tahu letaknya.

 

TEKS FRANSISKA ANGGRAINI | FOTO ASRI

Selengkapnya baca di Majalah Panorama edisi Juli-Agustus 2014.