Cepat Saji, Dipicu Industri
Istilah fast food makin terkenal seiring dengan masuknya istilah tersebut sebagai salah satu entry dalam kamus Merriam-Webster pada 1951. Sebelumnya, restoran yang menjual makanan siap saji disebut quick service restaurant (QSR). Awal perkembangan gerai fast food dimulai pada abad 19 ketika Amerika Serikat memasuki era industri yang menyebabkan banyak pekerja hanya mempunyai jam istirahat pendek karena jam kerja yang panjang. Alasan itulah yang mendorong mereka beralih ke makanan cepat saji, seperti ayam goreng, nugget, burger, dan sosis.
Fast food identik dengan konsep drive-through yang pertama kali diperkenalkan tahun 1930-an, ketika restoran-restoran di Amerika Serikat mendedikasikan salah satu jendela besar di propertinya sebagai konter khusus untuk memesan makanan tanpa harus turun dari kendaraan.
Karena merupakan produk olahan agar dapat cepat disajikan, makanan-makanan ini tidaklah menyehatkan karena kandungan nutrisinya sudah hilang, selain mengandung bahan kimia, sehingga kemudian hidangan cepat saji dijuluki sebagai makanan sampah atau junk food.
Junk food mengandung kalori tinggi dan terutama berbahaya bagi penderita diabetes. Karena mengandung lemak trans yang tidak dapat diserap tubuh, jika dikonsumsi terlalu banyak maka dapat menyebabkan penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah dan memicu serangan jantung koroner, stroke, atau penyakit kardioviskular lainnya. Karena itu, hindari terlalu sering menyantap fast food. Itu pun sebaiknya ketahui dulu kandungan nutrisinya, yang dapat diintip dari situs produsen fast food.
Selain itu, hindari minuman bersoda, dan ganti dengan air mineral atau jus buah, Hal ini karena minuman bersoda yang kerap disandingkan dengan junk food mengandung sembilan sendok teh gula pasir per kaleng. Padahal kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari empat gram atau satu sendok teh sehari.
Gerai fast food tidak selalu mendapat sambutan hangat di seluruh dunia. McDonald’s misalnya, banyak menghadapi protes di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Belgia, Belanda, India, Rusia, Swedia, dan inggris karena dituding menawarkan makanan tidak sehat kepada anak-anak, serta menggantikan makanan dan budaya setempat.