Mengikuti Pesta Toa Pekong
Ramai! Itulah yang terjadi di Tegal siang itu. Jalan utama dari gedung DPRD sampai lampu merah pertama dipenuhi orang. Saya terlambat hampir satu jam. Keramaian penonton ternyata tinggal sebagian. Menurut tukang parkir yang saya temui, sebagian kerumunan masyarakat ikut pergi ke pelabuhan untuk mengikuti prosesi pencucian patung dewa serta pelarungan sesaji. Ini adalah acara Toapekong, sebuah ritual turun temurun dari warga keturunan Tionghoa.
Saya bergegas menyusul ke pelabuhan. Benar saja, suasana tak kalah ramai saya jumpai di sana. Sayangnya saya hanya bisa menyaksikan pelarungan sesaji dan penyiraman air bekas pencucian patung ke warga. Sebagian warga meyakini air bekas ini mempunyai berkah tersendiri.
Setelah ritual pencucian patung dewa dan pelarungan sesaji selesai maka arak-arakan pun dimulai. Tarian yang dilakukan sembari membawa tandu patung dewa menjadi pertunjukan utamanya. Dengan berat tandu yang tidak enteng hal ini tidak menjadikan suatu kendala bahkan mereka bisa menikmati tarian yang menurut saya adalah totalitas sebuah keyakinan. Beberapa warga keturunan yang memiliki keyakinan pada dewa-dewa ini sudah menunggu di depan rumah mereka yang kebetulan menjadi jalur iring-iringan festival dan tak lupa dupa sembahyang telah mereka persiapkan.
Ada sebuah spot yang mengharuskan tandu dewa ini untuk berhenti sebentar. Sebuah kuil kecil yang terdapat patung Buddha berwarna emas di dalamnya nampak sebuah meja panjang berisi buah dan sesaji lainya menyambut rombongan iringingan dewa-dewa. Kemudian ada juga beberapa orang sudah menunggu untuk memberikan berkat dan ada juga yang bersembahyang di depan tandu dewa ini.
Saya baru sadar ketika seorang bapak menggebrak meja yang sedang saya kagumi dan sedang saya abadikan lewat foto,saya kira bapak itu marah karena saya melewati batas pagar ternyata itu ritual pengusiran roh halus jahat.
Ada seorang bapak yang membakar kertas seperti kwitansi di depan altar. Setelah saya Tanya, bapak itu menjelaskan, “Saya habis nyumbang buat klenteng.Ini kwitansi saya kirim ke alam sana buat bukti saya nyumbang, jadi orang lain ndak perlu tahu. Cuma saya dan yang di atas yang tahu”.
Acara Toapekong berlangsung hingga selepas Maghrib dengan pesta kembang api dan penyalaan lampion. Sayangnya waktu saya terbatas dan tak bisa menyaksikannya.
TEKS & FOTO OLEH: DIMAS WIDI