TOP

Menguak Misteri Gunung Padang

IMG_0669Sejak membaca artikel mengenai Situs Megalit Gunung Padang, saya jadi tak sabar untuk berkunjung ke sana. Tapi masalahnya adalah teman yang bisa menemani ke sana. Karena tidak semua orang tertarik melihat situs peninggalan zaman batu ini. Dan walaupun bisa dikunjungi dalam sehari, tetap saja cukup jauh dan pastinya macet, karena lokasinya yang berada di Cianjur. Itu berarti harus melewati kawasan Puncak yang sangat padat saat week end.

 

 

Perjalanan panjang

IMG_0678Perjalanan panjang dimulai dari melintasi tol Jagorawi hingga Cisarua dan Cianjur. Setelah itu berbelok menuju ke situs Gunung Padang dengan jalan yang tak mulus. Sebelum tengah hari, saya sampai di Stasiun Lampegan dengan terowongannya yang sudah dibangun sejak zaman VOC. Terowongan ini merupakan terowongan pertama di Jawa Barat yang letaknya di lintas kereta api yang menghubungkan Batavia-Bandung lewat Bogor dan Sukabumi.

Perjalanan berlanjut dengan melalui Perkebunan Teh Gunung Manik sebelum akhirnya tiba di areal parkir Gunung Padang. Situs ini berada di ketinggian 885 meter di atas permukaan laut, dan beralamat lengkap di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.

 

Penuh misteri

batu dengan jejak tapak kaki harimauUntuk sampai ke areal teras pertama Gunung Padang, saya harus mendaki anak tangga terlebih dulu. Ada dua macam anak tangga yang dapat dipilih. Pertama, sangat curam karena merupakan tumpukan batu berbentuk tangga yang masih asli peninggalan situs tersebut. Sedangkan tangga kedua lebih landai karena merupakan tangga buatan untuk lebih memudahkan orang menuju ke situs. Saya dan teman saya, Ira, memilih tangga pertama yang lebih curam, karena saya kira tangga yang curam lebih cepat sampai daripada yang satu lagi. Tetapi ternyata sama saja!

Sampai di atas, pemandangan batu beraneka ukuran terpampang jelas di depan mata. Ada beberapa lokasi batu yang diberi pembatas tali di mana para pengunjung tidak boleh memasuki areal tersebut karena masih dalam proses penelitian.

Gunung Padang sendiri adalah bangunan yang wujud asalnya berupa punden berundak, yang menurut penelitian berasal dari zaman 4.000 tahun sebelum Masehi. Bahkan menurut penelitian para ahli, usianya lebih tua dari Piramida di Mesir dan bahkan setara dengan Machu Piccu di Peru!

Menurut Pak Yusuf, pemandu kami, lokasi ini merupakan tempat persinggahan Prabu Siliwangi pada saat beliau berkuasa. Tempat ini menjadi pilihan bagi pendiri situs tersebut pada zaman dahulu karena lokasinya yang strategis dan dikelilingi oleh beberapa gunung, yaitu: Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Pasir Pogor, Gunung pasir Gombong, dan Gunung Pasir Domas. Pemandangannya memang sangat cantik dengan udara yang sejuk dan pepohonan yang tumbuh di sana membuat tempat tersebut adem.

Gunung Padang memang masih menjadi misteri. Banyak peneliti datang dan pergi dengan berbagai peralatan canggih. Tapi hingga kini sejarah situs ini masih belum terkuak. Saat ini, beberapa penelitian masih ditangguhkan karena penelitian lanjutan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak situs tersebut.

Dengan panduan dari pak Yusuf, kami diberitahu tentang batu-batu yang mempunyai tanda tertentu. Ada batu yang mempunyai lekukan-lekukan khusus di ujungnya yang diperkirakan sebagai alat musik. Ada batu yang mempunyai tanda seperti kujang, senjata khas masyarakat tanah Sunda, ada batu yang dipergunakan sebagai upacara tertentu karena bentuknya yang datar, ada pula batu yang mempunyai lekukan khusus seperti tapak maung atau harimau. Ada juga batu besar yang agak misterius, karena tidak dapat dipindahkan oleh sembarang orang.

 

Bermain air

IMG_0735Setelah puas menikmati situs ini, saya melanjutkan perjalanan ke Curug Cikondang yang beralamat di Desa Sukadana, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Perjalanan menuju Curug ini ternyata cukup jauh, melewati jalan yang berbatu-batu sehingga kami terguncang-guncang sepanjang perjalanan. Petunjuk arah menuju kesana juga tidak ada, sehingga beberapa kali panitia harus bertanya untuk memastikan arah yang benar ketika sampai di persimpangan jalan.

Curug Cikondang yang memiliki ketinggian sekitar 50 meter dan terletak di antara hamparan kebun teh PTP VIII Panyairan ini, ternyata bukan bentukan mata air asli, tetapi karena tumpahan air sungai yang jatuh melalui tebing. Walaupun sungainya tidak terlalu besar, ketika jatuh ke bawah airnya tampak deras sekali. Sehingga sebenarnya cukup asyik untuk bermain air di sana. Sayang, hari sudah mulai malam dan saya harus mengejar waktu untuk segera kembali ke Jakarta, setelah puas berfoto dengan berbagai gaya.

 

TEKS & FOTO OLEH: ERVITA WIDYASTUTI