
MENJELAJAH ALAM WAKATOBI
“Ingin diving bersama hiu!” Mungkin keinginan ini terdengar agak aneh. Tapi itulah yang menjadi tujuan utama saya untuk liburan tahun ini. Pukul 12.00 WIB saya sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta untuk menumpang pesawat dengan tujuan Kendari, Sulawesi Tenggara.
Kendari menyambut saya dengan keramahtamahan dan kehangatan pihak hotel tempat saya menginap. Selain itu, wisata kuliner tentunya juga menjadi paket pelengkap “penyambutan” saya di ibukota Sulawesi Tenggara ini. Hari pertama di kota ini saya habiskan dengan wisata kuliner dengan menu juaranya adalah Sinonggi, makanan yang terbuat dari tepung sagu.
Esok paginya saya kembali bergegas menuju bandara untuk terbang ke Pulau Wangi-Wangi, pusat pemerintahan Kepulauan Wakatobi. Setelah menempuh penerbangan selama satu jam, saya disambut pemandangan indah di bandara Matahora, Wangi-Wangi Selatan.
Wakatobi sebetulnya merupakan singkatan dari empat nama pulau yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara ini, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko. Keempat gugusan pulau cantik ini tentu saja menjadi tujuan wisata yang kian populer bagi para turis saat mengunjungi Sulawesi Tenggara.
Siang hari tiba di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, saya langsung dimanjakan oleh pemandangan pohon-pohon kelapa dan laut biru yang indah. Saya melanjutkan perjalanan menuju hotel tempat saya menginap. Tidak mewah, tapi hotel yang sederhana ini cukup nyaman dan yang pasti, harganya bersahabat dengan kondisi kantong saya.
Warna langit, awan, laut dan pohon kelapa merupakan kombinasi yang cantik saat mengambil gambar di siang hari. Di pantai ini kita juga bisa melakukan berbagai aktifitas seperti berenang, bermain di pasirnya yang putih atau sekedar leyeh-leyeh dengan alam indah Wakatobi.
Masyarakat Wakatobi yang tinggal di pesisir pantai ini mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani rumput laut. Hasil laut ini ditanam di sekitar perairan Wakatobi dan menjadi sumber mata penghasilan mereka.
Meskipun terdiri dari berbagai suku, agama dan memiliki bahasa yang berbeda-beda, masyarakat Wakatobi tetap hidup berdampingan. Di Wangi-Wangi Selatan sudah terdapat berbagai fasilitas seperti puskesmas, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum, masjid dan gereja.
Waktunya Menyelam!
Wakatobi tak hanya kaya akan pemandangan alam di daratnya, tapi juga di bawah laut yang tentunya menambah daya tarik wisatawan yang datang ke Wakatobi. Hari kedua saya melakukan penyelaman di salah satu spot terindah di Wangi-Wangi Selatan. Persiapan sudah dilakukan sebelum melakukan penyelaman pertama, mulai dari fin, tank, pemberat, wetsuit sampai kapal.
Suhu menunjukkan angka 23 derajat dengan kedalaman diving maksimum 20 meter selama kurang lebih 40 menit. Dive spot di sini memang terkenal dengan ikan hiu dan hewan-hewan kecil lainnya yang tak saya temui di dive spot lain. Tentunya ini menambah rasa penasaran saya!
Penyelaman hari ini memang luar biasa. Selain ditemani dive buddy yang pintar mencari hewan-hewan kecil underwater yang unik, kami juga akhirnya berjumpa dengan hiu yang selama ini saya cari-cari. Ada kepuasan tersendiri saat bisa bersama hiu yang selama ini sering jadi pembicaraan di masyarakat tentang keganasan dan kelangkaannya di laut. Hiu memang sosok predator penting dalam keseimbangan rantai makanan di laut. Itu sebabnya hiu harus dilindungi. Hiu yang saya temui ini sedang berenang dengan gagah mencari makanan di pinggir karang.
Crocodile fish adalah hewan yang sering saya temui saat menyelam. Namun kali ini tampak berbeda. Ikan itu tampak lebih seksi sambil berdiam di atas karang. Nudibranch (sejenis siput laut) juga saya temui saat diving di sini. Selain warna tubuhnya yang hitam putih, Nudibranch ini juga lucu dan unik. Saya bisa memotret seluruh anggota tubuhnya dan tampak jelas degradasi warnanya.
Penyelaman ini mengajarkan saya banyak hal. Timbul kesadaran saya untuk terus menjaga laut Indonesia dengan segala keindahannya ini. Alam memang selalu bersahabat dengan kita, apalagi jika kita mau menjaga dan menghormatinya.
Setelah cukup lama melakukan penyelaman, saya memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi pulau Wangi-Wangi. Saya berhenti di sebuah tempat yang menjadi lokasi berkumpulnya warga Wangi-Wangi Selatan jika menggelar event atau pertandingan sepak bola. Tempat ini terdiri dari lapangan, masjid dan pemakaman. Keramahan masyarakat terlihat dari saat mereka bermain, saling bercerita dan cara mereka menyambut wisatawan seperti saya.
TEKS: KAREN SETIA