Mozaik Unik Philadelphia
Di salah satu sudut Philadelphia, beberapa bagian dinding menarik perhatian saya. Potongan kecil keramik berwarna-warni menghias dinding hingga tinggi di atas kepala. Sambil asyik mengamatinya dengan mata terbuka lebar, tak henti-hentinya saya bertanya-tanya. Wow, siapa yang dengan telaten membuat mozaik dengan bidang seluas itu dan punya cukup banyak waktu?
Puas mengamati dan mengambil fotonya, saya kembali menyusuri jalan dan menemukan beberapa dinding lain yang berhiaskan mozaik sampai kemudian saya melihat bangunan mungil yang bagian depannya biasa saja seperti rumah-rumah lainnya, tetapi dikerumuni serombongan anak sekolah yang sedang antri memasukinya. Di pintunya tertulis, “Philadelphia’s Magic Gardens. Open Every Day.”
Begitu membuka pintu itu dan mengintip ke dalam, berbagai mozaik tampak di mana-mana – dari dinding sampai ke langit-langit! Bahkan bagian depan meja penerima tamu pun penuh potongan keramik warna-warni. Justru lantainya yang tampil polos dan tertutup karpet. Setelah membayar tujuh dolar per orang, tamu pun bebas masuk dan melihat-lihat.
Hampir tak ada sejengkal pun ruang di dinding yang kosong. Semua penuh kepingan keramik yang ditata apik, berpadu dengan warna-warni semen yang mengisi celah-celah di antaranya. Tempat ini juga menyediakan aksesoris, seperti kalung, gelang, dan anting yang bertemakan mozaik, meskipun jumlahnya tak banyak. Keping-keping penyusunnya, yang lebih banyak berupa bebatuan berwarna, berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kepingan keramik yang menempel di dinding. Para pengunjung dapat melihatnya di dalam etalase dekat meja front-office dan menghubungi petugas jika berminat membelinya.
Tempat yang unik ini berawal dari kreativitas seorang seniman, Isaiah Zagar, yang memiliki visi bahwa karya seni tidak harus selalu dibatasi dinding-dinding museum. Seni juga harus dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang dekat. Oleh karena itu, Zagar sangat aktif menciptakan karya-karya mozaik yang menghiasi semua ruangan di rumah kecilnya. Di luar ruangan, di halaman samping, dan di belakang yang memiliki lorong-lorong berkelok, mozaik juga memenuhi dindingnya. Bedanya, dinding luar ruangan diisi oleh benda-benda bekas yang sudah tak terpakai, seperti botol kaca, piring, pecahan cermin, kipas angin rusak, bahkan pelek sepeda. Karena itulah, mozaik di bagian ini terlihat memiliki tiga dimensi. Zagar telah menunjukkan bahwa sampah pun bisa diubah menjadi karya seni dengan sentuhan kreativitas.
Zagar juga membuka tempat ini untuk disewa oleh keluarga-keluarga yang hendak mengadakan pesta ulang tahun, perkawinan, atau reuni. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa merayakan momen spesial bersama kerabat atau teman-teman dekat di tempat yang sangat unik adalah pengalaman yang sangat luar biasa.
Tak berhenti sampai di situ, Zagar juga mengajak komunitas sekitarnya untuk melakukan hal yang sama: mengubah barang-barang bekas menjadi sesuatu yang dapat memperindah lingkungan mereka. Ia mengundang masyarakat luas untuk mendonorkan dinding rumah atau bangunannya agar dapat dihiasi mozaik. Ia juga membuka kesempatan pada siapa saja yang ingin bergabung dengannya menempeli dinding-dinding kosong dengan mozaik. Syaratnya mudah, mereka hanya harus membawa sarung tangan demi keselamatan diri sendiri, karena pecahan cermin dan pinggiran keramik yang tajam bisa melukai tangan ketika mereka bekerja.
Itulah Magic Garden, tempat yang tak hanya menawarkan keindahan karya seni, tetapi juga mengedukasi para pengunjungnya untuk mengembangkan daya kreasi, mengubah barang-barang bekas menjadi karya bernilai seni.
TEKS: YUDITH LISTIANDRI