Terpesona Cappadocia
Saya tiba di Nevsehir dengan sebuah bis malam dari Antalya di pagi buta. Setelah menempuh perjalanan sepuluh jam, badai salju tanpa ampun menghantam saat bis memasuki kota Nevsehir. Penunjuk temperatur udara yang terpasang di dalam bis menunjukkan udara di luar minus sepuluh derajat Celcius. Tujuan saya adalah kota Goreme, yang terletak sekitar 15 kilometer dari Nevsehir.
Banyak Kemudahan
Industri pariwisata Turki telah sangat maju. Tak hanya sistem transportasi antarkotanya yang sangat nyaman, namun banyak sistem pendukung lainnya yang tak kalah memudahkan para wisatawan. Sesampainya di terminal bis Goreme, misalnya, penumpang yang semuanya turis asing diminta untuk menuju Accommodation Office. Kantor ini memberikan layanan gratis untuk menelpon hotel tujuan masing-masing agar orang hotel yang bersangkutan segera mengirimkan jemputan ke terminal. (Hampir semua turis berbekal selembar kertas reservasi hotel yang dilakukan melalui Internet!)
Tidak sampai lima menit, sebuah mobil van menjemput saya. Seperti kebanyakan hotel di Cappadocia, hotel yang saya pilih pun mengadaptasi gaya hidup manusia gua. Kondisi geografis Cappadocia yang berbatu-batu akibat letupan gunung api yang terjadi sekitar sembilan juta tahun lalu membuat wilayah ini dihiasi gua dan bongkahan pilar batu. Kontur permukaannya yang tidak rata berbatu-batu sekilas mengingatkan akan permukaan bulan. Di masa lalu, manusia yang mendiami tempat ini menggali lubang di dalam batu besar untuk tempat berlindung. Pengalaman itulah yang ingin dihidupkan kembali untuk pariwisata melalui berbagai hotel yang menawarkan kamar serasa di dalam gua yang hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas.
Salah satu prosedur yang dilakukan oleh semua hotel di Cappadoccia terhadap tamu yang baru check-in adalah menawarkan pilihan paket tur harian, yaitu Red Tour dan Green Tour. Red Tour meliputi tempat-tempat wisata di utara Goreme, sedangkan Green Tour adalah tempat-tempat menarik di selatan Goreme. Ditawarkan dengan harga terjangkau, tur sudah termasuk makan siang dan guide berbahasa Inggris. Demi menjaga kenyamanan, grup tur pun biasanya terdiri dari maksimal 12 orang.
Tanpa pikir panjang, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kedua tur tersebut. Salah satu keuntungan berkunjung ke Turki di musim dingin adalah potongan harga untuk mengikuti tur-tur harian yang ditawarkan.
Cuaca Berbaik Hati
Keesokan harinya cuaca berbaik hati sesuai perkiraan. Saya menset alarm ke pukul 04:30 waktu setempat untuk menaiki balon udara, salah satu kegiatan yang tidak boleh dilewatkan bila berkunjung ke Cappadocia.
Mobil jemputan operator balon tiba tepat waktu di lobi hotel pada pukul 05:00. Minibus berisi turis yang kebanyakan dari berbagai negara di Asia itu membawa kami ke sebuah padang rumput tempat balon-balon yang digembungkan dengan gas propane dan siap mengudara. Sambil menikmati minuman panas dan kudapan ringan, peserta diberikan pengarahan tentang tata cara naik balon beserta teknik keselamatannya. Biaya untuk naik balon ini memang tidak murah (mulai dari 120 Euro), namun ini merupakan kesempatan sekali seumur hidup yang harus dicicipi. Tersedia pilihan untuk menikmati pemandangan unik Cappadocia dari udara selama satu jam dan tiga jam dari atas balon.
Setiap keranjang balon terisi oleh 10-15 orang dan seorang pilot yang akan mengendalikan arah terbang balon. Bila angin terlalu kencang, biasanya balon batal terbang demi keselamatan. Keranjang yang diterbangkan balon terangkat dari tanah dengan mulusnya. Tak terasa, tahu-tahu balon telah berada di udara. Dengan demikian, orang yang takut ketinggian pun bisa ikut menikmati atraksi naik balon ini.
Sensasi hangatnya matahari musim dingin yang mengintip malu-malu dan hamparan bebatuan di bawah kaki adalah pengalaman tak terlupakan. Sementara sejauh mata memandang di langit, puluhan balon warna-warni mengudara. Tak ada yang bisa berhenti mengklik shutter kamera dari keranjang balon. Pendaratan pun semulus pengudaraannya, alias tanpa goncangan sama sekali. Balon langsung mendarat di atas truk dan para kru bersorak-sorai menyambut para penumpang. Tak lama kemudian, sang pilot membagikan sertifikat sambil menyodorkan segelas sparkling wine. Meneguk alkohol sebelum jam 08:00 pagi sebelum sarapan? Kenapa tidak!
Dari Batu ke Batu
Red Tour yang saya ikuti hari itu ternyata merupakan tur privat. Pemberhentian pertama tur seharian penuh itu adalah di Goreme Open Air Museum yang berisi beberapa gereja di dalam gua yang dihiasi lukisan dinding yang memukau. Inilah salah satu dari tempat di Turki yang pada 1984 ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia. Gereja-gereja yang ada di sini dibangun antara abad ke-10 hingga ke-12. Selain gereja, di tempat ini juga terdapat tempat tinggal para misionaris.
Setelah puas mengagumi arsitektur tebing batu, kami beranjak ke Zelve, sebuah kota hantu yang dulunya didiami umat Islam dan Kristen dengan rukun hingga tahun 1924. Umat Kristen yang didominasi bangsa Yunani kemudian melarikan diri dari Lembah Zelve ketika mayoritas Turki pindah ke wilayah tersebut. Namun kemudian umat Islam pun dipaksa untuk meninggalkan Zelve karena bahaya erosi yang mengancam. Mereka kemudian membangun desa baru yang dinamai Yeni Zelve (Zelve Baru). Jalan yang agak menanjak membuat setiap sengalan nafas terbayar ketika tiba di puncak lembah.
Setelah makan siang, kami dibawa untuk mengagumi fairy chimneys yang juga menjadi lambang wilayah Cappadocia. Bangunan menjulang tinggi ini terdiri dari dua bongkah batu itu bagian atasnya dilubangi untuk hunian. Melihat pendaran api yang dinyalakan di dalam batu pada malam hari sempat membuat masyarakat berpikiran batu tersebut dihuni oleh jin dan makhluk gaib (fairy). Itulah kemudian julangan batu yang mirip cerobong asap (chimney) di Cappadocia sepakat dinamakan fairy chimneys.
Penuh Tempat Persembunyian
Green Tour adalah pilihan tur sehari penuh yang membutuhkan sepatu nyaman untuk berjalan, berhubung agenda tur ini terdiri dari trekking ringan. Bis yang membawa rombongan sebanyak 12 orang itu melaju ke arah Gunung Hassan yang rata tertutup salju untuk menuju ke pemberhentian pertama, yaitu Kota Bawah Tanah Derinkuyu.
Di Cappadocia terdapat sekitar 36 kota bawah tanah dan Derinkuyu, yang terletak sekitar 40 kilometer dari Goreme, merupakan salah satu yang terbesar dan masih dalam keadaan baik. Dibangun di dalam formasi batu vulkanik yang lunak, Derinkuyu memiliki sebelas lantai sedalam 85 meter dari permukaan tanah. Hunian yang dibangun pada abad ke-8 SM ini memiliki sekolah, kandang hewan, tempat pembuatan anggur, dapur, gudang, kuburan, hingga gereja, serta dapat menampung hingga 50.000 jiwa. Derinkuyu memiliki lubang ventilasi sebesar 55 meter dan 600 pintu yang tersembunyi di ladang atau perumahan di atas tanah.
Semasa kekuasaan Kerajaan Persia, kota bawah tanah ini dijadikan persembunyian, sementara pada masa kekuasaan Bizantium, tempat ini dijadikan suaka untuk menjalankan ajaran Kristen. Merangkak dan menunduk di lorong-lorong sempit dan misterius di kota bawah tanah ini merupakan pengalaman seru, walau sesekali harus mengalami sesak nafas.
Sekembalinya ke atas tanah dan menghirup oksigen dalam-dalam, rombongan dibawa untuk menikmati kecantikan Lembah Ihlara yang menawarkan pemandangan mirip Grand Canyon di Amerika Serikat. Di tempat ini juga terdapat sekitar 60 gereja dari masa Bizantium yang dibangun penganut Kristen yang melarikan diri dari kejaran tentara Romawi. Tempatnya yang dikelilingi suplai air melimpah menjadikan Lembah Ihlara sebagai persembunyian yang ideal.
Di sinilah rombongan akan dibawa untuk trekking sepanjang 5 kilometer menyusuri sungai dan canyon. Rute yang ditempuh sekitar satu jam itu akan berakhir di deretan restoran udara terbuka yang menyajikan menu tradisional Turki. Di sinilah biasanya para operator tur akan mengajak para tamunya untuk makan siang. Meja yang diatur berderet di tepi sungai dan di bawah pohon rindang merupakan tempat yang sempurna untuk menyantap makan siang. Terlebih di hari itu matahari bersinar terang sehingga udara musim dingin jadi terasa lebih hangat.
TEKS: FRANSISKA ANGGRAINI (@fransiska_angg)