
Aku Punya Dua Kekasih, Negara Asalku & Paris
Sangatlah sulit untuk tidak jatuh hati pada Paris. Setelah tinggal sembilan tahun di kota ini, tidak sekali pun saya bosan berjalan di pinggir sungai Seine, atau melihat patung kuning keemasan di atap Opera Garnier. Kota ini sangat memabukkan!
Josephine Baker asal Amerika Serikat menyanyikan J’Ai Deux Amours yang liriknya menyebutkan bahwa ia memiliki dua kekasih, yaitu negara asalnya dan Paris. Terlepas dari gemerlapnya Champs-Elysées dan megahnya Eiffel Tower, setiap liukan jalan di kota ini menyembunyikan kecantikan.
Ritual Jumat Sore
Suasana meriah akhir pekan dimulai sejak Jumat sore, di mana penghuni kota memenuhi bar atau kafe untuk ber-Happy Hour bersama teman-teman kantor. Harry’s New York Bar (5 rue Daunou, Paris 75002) dengan piano di bar bawah tanahnya, merupakan tempat untuk mendengarkan genre jazz gubahan Cole Porter sambil menyeruput martini yang terinspirasi dari tokoh James Bond. Jangan terkejut, bila memesan martini di Perancis, yang tersaji adalah segelas vermouth sebagai aperitif – bukan segelas cocktail campuran gin, vermouth, dan buah zaitun yang mengapung seperti biasa. Untuk pengganjal perut, favorit saya di tempat ini adalah hotdog ala New York (sosis yang diapit dua roti empuk, bukan baguette yang keras).
Tempat lain yang menjadi favorit saya untuk melewatkan Jumat sore adalah sebuah wine bar bernama Les Rubis (10 rue du Marche Saint-Honore, Paris 75001). Yang paling saya suka dari tempat ini adalah sepiring keju, ham, dan rillettes (suwiran daging atau ikan yang dimasak dengan lemaknya dan dihaluskan sehingga bisa dioleskan di atas roti) sambil mencicipi aneka wine murah – salah satu keuntungan tinggal di negara penghasil anggur. Namun, yang paling mencuri hati saya adalah suasananya yang akrab, di mana pelayan berlaku sebagai tuan rumah yang sedang menjamu tamu-tamu pribadinya. Berada di bar yang menebarkan suasana hangat kekeluargaan, anggapan Paris dengan penduduk yang arogan seketika lenyap.
Pagi Penuh Energi
Sarapan adalah jam makan favorit saya karena apa yang dimakan di pagi hari akan berpengaruh terhadap mood sepanjang hari. Bila bosan makan croissant, biasanya saya pergi ke Rose Bakery (30 rue Debelleyme, Paris 75003) untuk menyesap secangkir Mocha Soja (Cafe Latte dengan susu kedelai) dan sebuah scone yang renyah. Bakery ini didirikan oleh wanita Inggris yang memfokuskan diri menjual makanan organik. Banyak ragam kue manis maupun asin yang dipajang di etalase, selain berbagai jenis salad untuk menemani quiche atau pizzette (pizza berukuran mungil). Tak hanya sehat, namun bersantap di sini akan membuat perut tahan lapar sampai siang.
Di akhir pekan, setelah mengenyangkan diri di Rose Bakery, saya meneruskan perjalanan ke Marché des Enfants Rouges (39 rue de Bretagne, Paris 75003). Terletak tak jauh dari bakery favorit saya itu, pada abad ke-16 konon berdiri sebuah panti asuhan yang anak-anaknya mengenakan seragam berwarna merah. Arti harafiah pasar ini adalah Pasar Anak Berbaju Merah. Pengunjung tidak sekadar berbelanja, tetapi juga makan siang atau melakukan brunch di sini, berhubung Marche des Enfants Rouges merupakan salah satu pusat kuliner di Paris. Deretan kios-kiosnya tak hanya menjajakan makanan Perancis, tapi juga berbagai makanan dari Jepang, Maroko, Antillaise, Italia, dan masih banyak lagi. Walau datang dengan perut kenyang, namun melihat deretan kios makanan ini, saya pasti tergoda untuk mencicipi.
Teks & foto Alvina Hendradi-Delattre
Selengkapnya baca di Majalah Panorama edisi Juli-Agustus 2014.