TOP

Dunia Penuh Mimpi

Bagi mereka yang tinggal di Jawa, Papua merupakan destinasi yang sebatas mimpi. Dan memang sesampainya di sana, siapa pun bagai sedang memasuki alam mimpi.

Berulang kali berencana ke Papua dan berulang kali gagal, akhirnya kesempatan itu tiba kembali. Saya harus melewati tiga kota, yaitu transit di Makassar dalam perjalanan menuju Biak dan Jayapura, untuk kemudian berganti pesawat kecil yang akan menembus deretan pegunungan menuju Wamena.

Wamena terletak di dataran tinggi. Makanya walau matahari bersinar terik, namun angin yang bertiup membuat saya harus merapatkan kancing wind breaker. Setibanya di bandara, kami langsung menaiki mobil untuk menuju Desa Aikima yang berjarak tujuh kilometer dari Wamena.

Biarpun baru duduk sebentar di mobil, namun berkali-kali mata kami dikejutkan dengan pemandangan yang ada di luar jendela. Seperti ketika mata kami mendapati sebuah bukit batu yang dikelilingi pasir halus berwarna putih, sehingga dari kejauhan tampak bagai bukit yang bersalut salju. Pasir halus itu mengingatkan saya akan tipikal pasir di pantai-pantai di Indonesia. Sesuai namanya, penduduk lokal menamakan bukit tersebut Pasir Putih.

Legenda bercerita, konon di sinilah perahu Nabi Nuh berhenti sesaat kala banjir besar menutupi bumi. Aikima memang disinyalir pernah tertutup air laut di masa sebelum Masehi. Dan wilayah Lembah Baliem pun dulunya merupakan danau besar bernama Danau Wio. Namun, gempa yang terjadi di tahun 1813 mengubah kontur geografis wilayah ini. Air danau yang mengering menyisakan cerukan lembah yang kemudian dikenal sebagai Lembah Baliem.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Selengkapnya baca di Majalah Panorama edisi Mei-Juni 2013.

TEKS & FOTO: MARISCHKA PRUDENCE