TOP

Festival Ekowisata di Jantung Borneo

Pada 25-28 Oktober 2018 mendatang, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia akan meluncurkan Festival Danau Sentarum yang menjadi bagian dari 100 Wonderful Events Indonesia. Mengusung tema “Memacu Ekowisata Lintas Batas di Jantung Borneo”, festival ini bertujuan untuk mendorong ekowisata sebagai lokomotif untuk mempromosikan kearifan lokal dan budaya, konservasi alam, serta salah satu cara untuk mendukung peningkatan mata pencarian lokal di sekitaran Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Dalam konferensi pers yang berlangsung di kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, hadir Bupati Kapuas Hulu, A. M. Nasir, yang dalam sambutannya menyatakan, “Dalam festival ini akan digelar berbagai kegiatan untuk menarik minat pengunjung, seperti Parade Perahu Tradisional, Danau Sentarum Cruise, Festival Minum Madu, dan bersepeda di Jantung Borneo II. Kami memastikan bahwa tiap pengunjung yang datang tidak hanya akan mendapatkan pengalaman wisata tapi juga dapat mengenal mengenai komunitas lokal di sekitaran Kapuas Hulu, termasuk turut dalam melestarikan alam dan segala isinya.”

Sejalan dengan peluncuran Festival Danau Sentarum, WWF-HoB (World Wildlife Fund Heart of Borneo) dan TFCA (Tropical Forest Conservation Act) Kalimantan menyelenggarakan pameran hasil kegiatan mitra dan masyarakat lokal sebagai dukungan bagi pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dalam mempromosikan Visit the Heart of Borneo – kampanye multi tahun untuk menjadikan kawasan Jantung Borneo sebagai tujuan ekowisata. Ditunjang dengan predikat sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO, festival ini diharapkan akan menampilkan keindahan Danau Sentarum dan sekitarnya, berikut juga kearifan lokal yang dimiliki masyarakatnya.

Sekilas Danau Sentarum

Berpredikat Taman Nasional Danau Sentarum, danau seluas 127.393,4 hektar ini juga ditetapkan sebagai Situs Ramsar (lahan basah yang dilindungi karena keanekaragaman hayatinya) pada 1994. Memiliki ekosistem hutan hujan tropis, kawasan ini terbagi menjadi area lahan basah danau (salah satu yang terbesar di Asia) dan hutan rawa air tawar. Kawasan danau yang terbentuk pada zaman es ini memiliki 675 flora yang terdiri dari 97 famili, di mana 13 di antaranya termasuk yang langka dan endemik di Borneo. Fauna seperti orangutan, bekantan, beruang madu, dan ikan arwana dapat pula ditemui di kawasan ini.

Danau Sentarum merupakan aset penting bagi kehidupan karena berperan sebagai pengatur tata air alami bagi Sungai Kapuas. Airnya berwarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Jika musim hujan tiba, kedalaman danau bisa mencapai 6-8 meter, tetapi saat musim kemarau, pemandangan Danau Sentarum layaknya sebuah hamparan tanah yang luas, bahkan bisa mengering, dan habitat ikan yang ada di dalam danau akan mengumpul di kolam-kolam kecil yang tersisa.

Sekitaran Danau Sentarum hidup Suku Dayak yang terdiri dari kaum Dayak Iban, Sontas, Sebaruk, Kenyah, dan Punan yang masih hidup secara tradisional. Keunikan suku asli Kalimantan ini adalah tempat tinggal mereka yang disebut Rumah Panjang (Betang) yang dapat dihuni hingga 30 kepala keluarga. Pada Festival Danau Sentarum tahun lalu, komunitas lokal ini turut dilibatkan melalui ritual adat yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan alam dan para leluhur, memohon agar festival berjalan lancar.