TOP

Pertama Kali ke Italia

Bagi pelancong Indonesia, Italia tidak selalu menjadi destinasi utama. Namun, Negara Pizza ini lebih unggul dari Prancis dalam hal bahasa dan didukung warga lokal yang lebih bersahabat dengan pendatang, sehingga akan memudahkan pejalan ketika mengunjungi negara ini. Pelancong yang ingin berkunjung ke Italia untuk pertama kali, perhatikan beberapa hal ini. 

Jabat Tangan, Cium Pipi

Orang Italia memang dikenal sebagai penduduk yang ramah, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Hal yang lazim jika sering menemukan bentuk keramahan mereka yang terlihat melalui aksi jabat tangan dan cium pipi. Bukan tak mungkin wisatawan pun akan mendapatkan sambutan yang serupa, karena hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Jika hal ini terjadi, jangan kaget, apalagi tidak membalas keramahan mereka, sama saja dengan tidak menghargai kultur yang dianut. 

Museum

Kota-kota di Italia dipenuhi dengan bangunan-bangunan bersejarah dan museum yang wajib untuk dikunjungi, sebut saja Colosseum di Roma, Museum Vatikan, atau Uffizi Gallery di Florence. Sayangnya, kunjungan ke atraksi-atraksi wisata ini akan disambut dengan antrian pengunjung yang mengular di pintu masuk, apalagi saat musim panas tiba. Memotong antrian tentu tidak disarankan, tapi pengunjung bisa mengurangi waktu menunggu dengan memesan tiket secara daring. Opsi lain, datanglah saat pagi atau sore hari, ketika antrian mulai berkurang. Perihal waktu kunjungan juga memengaruhi ramai-tidaknya pengunjung, seperti di Museum Vatikan, pada Selasa dan Kamis lebih minim pengunjung dibandingkan hari lain. Cek pula waktu buka tiap museum yang kerap berbeda satu sama lain, tapi kebanyakan museum tutup pada Senin. Ingin tiket masuk gratis? Wisatawan bisa mengunjungi museum pada Minggu pertama setiap bulannya. 

Riposo

Sebagai pelancong, kita mesti beradaptasi dengan irama kota atau negara yang sedang dikunjungi, begitu juga di Italia yang memiliki tradisi unik, yaitu riposo, istirahat panjang setelah makan siang, sama dengan siesta di Spanyol. Efek dari tradisi ini adalah warga lokal akan menutup museum, gereja, toko-toko suvenir, juga restoran selama beberapa jam untuk pulang ke rumahnya dan tidur siang. Bahkan, di hari Minggu sebagian toko tutup. Awalnya hal ini menganggu rencana perjalanan, apalagi jika kita memiliki jadwal yang padat. Sedari awal pastikan jam buka dan tutup masing-masing destinasi yang akan dikunjungi, sehingga bisa memperkirakan durasi yang dibutuhkan di tiap-tiap tempat tersebut. Ide lain, manfaatkan suasana yang lenggang dan jauh dari keramaian dengan eksplor sudut-sudut kota dengan jalan kaki atau naik sepeda. 

Beda Kota, Beda Hidangan

Banyak wisatawan yang masih salah kaprah saat memesan makanan di Italia. Kita sering mengeneralisir makanan Italia pasti akan ditemukan di seluruh wilayah di negara itu, tapi pada kenyataannya, hidangan-hidangan tertentu hanya dimiliki oleh daerah tertentu saja. Jangan sampai Anda memesan carbonara di Milan, yang sebenarnya terkenal dengan risottonya. Sebelum berangkat, pastikan untuk mengenal hidangan-hidangan khas dari masing-masing daerah, seperti bistecca di Florence, salumi dan parmiggiano di Bologna, pizza di Naples, arancini di Sisilia, makanan laut di Calabria, dan orecchiette di Puglia. 

Etika Minum Kopi

Minum kopi di kedai kopi menjadi ritual hakiki bagi warga Italia, namun, minum kopi di Italia berbeda dari biasanya, terutama bagi pelancong Indonesia yang terbiasa duduk-duduk lama hanya untuk menyeruput secangkir kopi. Lupakan kebiasaan di tanah air dan nikmati kopi a la warga lokal yang ternyata ada etikanya, yaitu tiba di kedai kopo, pesan kopi yang diinginkan, bayar di kasir, ambil tanda terima, berikan pada barista. Begitu kopi tiba, bisa diminum sambil berdiri di samping meja bar dan biasanya diseruput dalam waktu cepat. Pengunjung bisa saja memililih duduk di tempat yang disediakan, namun akan memakan waktu lebih alam dan harganya akan lebih mahal. Cappucino paling populer dinikmati saat sarapan dan kerap dipasangkan dengan cornetto segar (croissant khas Italia).


Beli Pemandangan

Tergoda untuk duduk-duduk santai sambil minum kopi dan menikmati suasana di Piazza San Marco atau menghadap Duomo di Milano, sebaiknya pikir ulang ide tersebut. Memang terlihat menyenangkan, apalagi bisa menikmati bangunan-bangunan ikonik tersebut tanpa batas, namun, restoran maupun kafe dengan pemandangan kota ataupun bangunan-bangunan sejarah akan menguras isi dompet, karena biaya minuman yang terlalu mahal, rasa makanan yang biasa saja, bahkan ada beberapa tempat yang memiliki pelayanan yang buruk. Sebelum memutuskan untuk singgah di salah satu kafe sejenis, sebaiknya perhatikan apa yang akan didapat selain pemandangan yang cantik. 

Tip

Sama seperti di Indonesia, Italia tidak terbiasa memberikan tip dalam jumlah besar, karena sebagian restoran sudah menyertakannya di bon tagihan. Jika tidak tercatat, wisatawan bisa meninggalkan satu atau dua euro untuk makan di trattoria dan pizzeria, berbeda dengan bar yang tidak mengharuskan untuk memberi tip. Tamu restoran biasanya akan dikenakan biaya tambahan untuk pane e coperto (sajian roti), bahkan ketika tamu tidak meminta atau memakannya.