
Tren Luxury Travel 2020
Semakin banyak orang melakukan perjalanan karena menginginkan pengalaman transformatif yang lebih dari sekadar emosi (perasaan bahagia melihat keindahan alam atau kemegahan bangunan, misalnya) atau momen berkesan yang ditemui di perjalanan.
Perjalanan kini dilakukan sebagai ajang untuk mempelajari hal baru dan memahami tempat yang mereka datangi agar sepulangnya dari sana, mereka jadi semakin kaya secara batin dan wawasan, serta bukan tak mungkin juga dapat mengubah hidup dan cara pandang. Oleh karena itu, orang tak lagi cepat terkesan dengan hotel yang bagus dan paket tur yang menarik.
Karena menginginkan nilai tambah dan belajar sesuatu (yang baru), mereka akan sangat senang bila selama liburan dapat bertemu orang-orang yang inspiratif, seperti fotografer, chef, seniman, musisi, atau pembuat minuman anggur, misalnya. Tak setiap hari orang dapat menjalani rencana mereka, sehingga begitu ada waktu luang, mereka akan segera memanfaatkannya.
Immersive Travel

Itulah sebabnya pada 2020, immersive travel akan semakin banyak diincar para pejalan. Definisi immersive travel itu sendiri adalah mengenal suatu tempat layaknya warga. Keberhasilan konsep Airbnb yang menyewakan kamar atau rumah mereka untuk ditinggali para wisatawan ternyata meninggalkan kesan mendalam.
Untuk bersaing dengan Airbnb, hotel-hotel konvensional pun mulai jeli menawarkan berbagai pengalaman lokal, entah sekadar rekomendasi restoran atau bar sekitar hingga tempat-tempat non turis yang harus dikunjungi, agar para tamunya mendapat kesan mendalam selama menginap di hotel yang bersangkutan. Karena itulah juga, kini para pejalan rela mengalokasikan waktu dan biaya lebih untuk mengenal tempat, sejarah, dan masyarakat ketika melakukan perjalanan karena mereka tak lagi hanya puas berfoto di atraksi-atraksi ikonik.
Orang juga akan lebih kritis terhadap pengalaman menginap di hotel. Mereka tak lagi hanya puas disuguhi kamar yang bagus, ranjang yang nyaman, dan kamar mandi berfasilitas lengkap. Melainkan, mereka mengharapkan hotel yang operasional sehariharinya ramah lingkungan dan memegang teguh nilai-nilai keberlanjutan.
Menurut data dari booking.com, 73 persen dari pejalan internasional setidaknya pernah satu kali menginap di hotel yang eco friendly dan setidaknya 70 persen di tahun depan akan memprioritaskan tinggal di hotel yang ramah lingkungan dan berkontribusi dalam memajukan perekonomian masyarakat sekitar.

Akomodasi berkonsep unik juga akan semakin dicari. Misalnya, tenda mewah di tengah taman nasional atau hotel terapung serta kamar-kamar berdinding kaca akan mencuri perhatian para pejalan. Untuk pasar luxury, perjalanan dimulai sejak seseorang keluar rumah untuk menuju tujuan mereka.
Memenangkan target hati pasar luxury adalah memberikan layanan yang tidak membuat para tamu repot-repot check-in hotel atau berganti pesawat maupun moda transportasi lainnya. Mereka dapat tinggal duduk manis dan menikmati perjalanan tanpa kemacetan maupun transit hingga ke tempat tujuan. Inilah sebabnya perjalanan dengan kereta dan pelayaran mewah banyak diincar mereka yang ingin menikmati pengalaman luxury.
Ingin menikmati hidangan gourmet atau perawatan spa, semuanya pun dapat dinikmati di satu tempat tanpa harus beranjak ke tempat lain dengan naik transportasi. Luxury juga berarti pengalaman yang sangat terbatas dan tidak dapat dinikmati semua orang. Itulah sebabnya konsep restoran pop-up di lokasi-lokasi yang unik kemudian menjadi sangat populer.
Di Luar High Season

Demi kenyamanan dan agar lebih optimal menikmati sebuah destinasi, pasar luxury di 2020 justru banyak yang tertarik untuk pergi di luar high season. Misalnya, ketimbang mengunjungi Taman Nasional Serengeti di Tanzania pada Juni hingga Agustus untuk melihat migrasi hewan melintasi Sungai Mara, mereka akan lebih memilih melihat migrasi hewan di April yang suhunya lebih bersahabat dan kans mendapatkan akomodasi di kawasan taman nasional lebih besar.
Karena lebih sepi pengunjung, maka binatang pun akan lebih berani menampakkan diri. Atau, jika selama ini buku panduan menyarankan bahwa saat terbaik mengunjungi Islandia adalah di musim dingin, terlebih bila ingin melihat Aurora Borealis, akan semakin banyak yang mengunjungi Islandia justru di luar musim dingin, begitu mereka menyadari musim panas di negara itu pun tak kalah menawan.
Tak hanya cuacanya lebih bersahabat dan siang yang lebih panjang, namun juga kesempatan untuk hiking di gunung-gunungnya yang selama ini hanya dapat dikagumi dari jauh akan terbuka lebar. Pegunungan Laurentian di Quebec yang di musim dingin merupakan destinasi ski, di musim panas berubah menawarkan atraksi kano, ziplining, dan trekking yang tak kalah seru.

Selain itu, yang tak kalah mencuri perhatian adalah industri pariwisata makin serius menggarap pangsa pasar wellness karena pejalan di kategori ini tak seperti pejalan pada umumnya. Di Asia-Pasifik, pejalan wellness mancanegara mengeluarkan uang 33 persen lebih banyak, sementara warga Asia-Pasifik yang melakukan perjalanan wellness mengeluarkan uang 120 persen lebih banyak daripada pejalan biasa.
Pejalan wanita adalah pasar khusus yang dilirik oleh para operator wisata wellness, berhubung maraknya grup tur khusus wanita selama 10 tahun terakhir. Data yang dikumpulkan dari perusahaan tur tercatat adanya pertumbuhan 200 persen untuk permintaan tur khusus wanita. Di Bali, tawaran yoga retreat khusus wanita semakin banyak, sementara di Nepal, perjalanan trekking khusus wanita pun juga semakin diminati.
Para wanita di Cina, Hong Kong, Singapura, Filipina, Korea, dan Jepang pun telah memiliki gaya hidup bepergian dengan teman dekat sesama wanita, di mana salah satu aktivitas yang dilakukan adalah yang berhubungan dengan wellness.