TOP

7 Places in Indonesia to Get Inspired

Banyak tempat di Nusantara yang ketenaran namanya tak lepas dari peran seorang tokoh, entah karena ia sekadar menumpang lahir, besar, ataupun berkarya, sehingga bukan tidak mungkin sang tokoh pun menjadi alasan untuk merencanakan perjalanan ke tempat-tempat tersebut.

UBUD, BALI

Ubud menawarkan suasana yang berbeda dari kebanyakan tempat di Bali. Hamparan sawah yang berpadu dengan lembah hijau dan gemericik air pegunungan menebarkan aura spiritual yang menjadi inspirasi, sehingga tak heran, banyak seniman mancanegara berkumpul di sini. Kini ada lagi alasan untuk menjadwalkan kunjungan ke Ubud, yaitu festival-festival bertaraf internasional yang semakin sering digelar. Sebut saja Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang diselenggarakan setiap Oktober selama empat hari. Festival ini telah dinobatkan sebagai festival sastra dan budaya terbesar dan paling terkenal di Asia Tenggara.

Digagas oleh Janet De Neefe, seorang penulis dan pemilik restoran asal Australia yang telah lebih dari 20 tahun tinggal di Bali, proyek ini awalnya bertujuan untuk mengembalikan geliat pariwisata di Bali pasca Bom Bali I. Setelah 11 tahun, festival ini secara konsisten diselenggarakan untuk merayakan keindahan karya-karya sastra yang telah berani mengungkap berbagai permasalahan global maupun ide-ide besar bagi kemanusiaan. Tahun ini UWRF akan jatuh pada tanggal 28 Oktober hingga 1 November 2015.

Selain UWRF, Janet De Neefe juga akan menggelar Ubud Food Festival pada 5 hingga 7 Juni 2015 yang bertujuan untuk mengedukasi akan pentingnya kebugaran tubuh dan konsumsi makanan sehat, warisan makanan Indonesia yang beraneka ragam, serta sejumlah isu global, seperti rekayasa genetika dan budidaya padi.

Sedangkan pada 31 Maret hingga 5 April 2015, untuk ketujuh kalinya diadakan festival yang bertujuan  merayakan kekayaan budaya melalui yoga, ritual penyembuhan, meditasi, hingga bentuk ekspresi yang lebih kreatif, seperti tari dan musik. Sebagai salah satu festival yoga terbaik di dunia, BaliSpirit Festival tahun ini akan menampilkan nama-nama terkemuka, seperti Anjasmara dan Deera Dewi (Indonesia), Noah Maze (Amerika Serikat), Simon Borg-Olivier (Australia), serta Kishan Shah (India).

WaltyertWalter Spies

Lahir di Jerman dan menetap lama di Moskow, sebelum kemudian pindah ke Ubud pada 1927, di sinilah Walter Spies menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah binaan raja Ubud, Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. Pada 1936 Spies mendirikan kelompok seniman Pita Maha bersama Rudolf Bonnet. Kelompok ini mencoba melestarikan seni rupa Bali yang mulai berubah menjadi seni pesanan demi memenuhi permintaan pasar. Pita Maha membuka cakrawala bagi para pelukis Bali dalam hal tema, pewarnaan, hingga perspektif dan permainan cahaya. Spies juga kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari, ia bekerja sama dengan seniman setempat, I Wayan Limbak, untuk memoles sendratari Kecak hingga menjadi seperti yang sekarang dikenal luas.

 

BATU, JAWA TIMUR

Berkat udaranya yang sejuk, Batu mendapat julukan sebagai De Klein Switzerland atau Swiss Kecil. Saking ternamanya kawasan ini semasa kolonial, keluarga Sarkies yang terkenal sebagai pendiri dan pemilik hotel-hotel mewah di Asia Tenggara mendirikan vila khusus di Batu sebagai tempat peristirahatan pada 1891. Hingga kini, bangunan bergaya arsitektur Eropa tersebut masih dipertahankan dan menjadi Kartika Wijaya Batu Heritage Hotel. Lobinya memiliki desain klasik dengan nuansa kayu serta atap dan pilar yang menyerupai bangunan di Swiss, selain juga terdapat kaca mozaik bergambar Pulau Jawa, sementara teras kamarnya langsung menghadap pemandangan Gunung Panderman.

???

Banyak yang dapat dilakukan di Batu, terutama bila berkunjung bersama keluarga. Alun-alun Kota Batu yang bersih adalah salah satu cara terbaik untuk menikmati kota sambil mengamati denyut kehidupan masyarakatnya. Jatim Park memiliki aneka wahana seru, seperti Museum Satwa dan Batu Secret Zoo yang jauh lebih bersih dan menarik daripada kebanyakan museum dan kebun binatang di Indonesia. Eco Green Park yang termasuk dalam kawasan Jatim Park merupakan tempat wisata berkonsep ramah lingkungan yang menampilkan sejumlah produk daur ulang kreatif, seperti  gajah  dari tumpukan televisi dan komputer. Tak jauh dari Jatim Park, terdapat Batu Night Spectacular yang buka pukul 16:00 hingga 24:00 dan memiliki sejumlah wahana yang membuat adrenalin mengalir deras, seperti Rumah Hantu, Megamix, Sepeda Udara (bersepeda di linstasan setinggi sekitar 20 meter), dan Mouse Coaster, selain Lampion Garden yang merupakan tempat sempurna untuk berfoto sepuasnya dengan latar lampion dalam aneka bentuk dan warna. Pastikan bawa tripod untuk hasil foto terbaik!

Museum Angkut yang baru buka Maret 2014 lalu menjadi tempat wisata pertama di Asia Tenggara yang mengusung tema transportasi dan dikemas dengan memadukan seni budaya. Terdapat lebih dari 300 jenis angkutan mulai tradisional hingga modern dengan paduan berbagai lanskap dan model bangunan eksotis dunia. Sementara Taman Rekreasi Selecta menjadi tempat pelarian sempurna, terutama bagi penyuka  taman bermain air dan kebun bunga yang luas.

Munir 2Munir

Munir Said Thalib Al-Kathiri, seorang pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), meski lahir di Malang, ia tinggal dan besar di Batu. Setelah lulus dari Universitas Brawijaya Malang, ia lalu bergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum dam mulai aktif sebagai pembela HAM, seperti menangani kasus Marsinah hingga menjadi penasehat hukum keluarga korban penembakan mahasiswa di Semanggi I dan Semanggi II. Lelaki keturunan Arab ini meninggal di dalam pesawat yang menuju Amsterdam pada 7 September 2004. Untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia pada 10 Desember, didirikan Omah Munir di Jalan Bukit Berbunga, Batu, yang memajang koleksi pribadi Munir, rekaman kisah perjuangannya, hingga beragam informasi yang terkait dengan sejarah perjuangan HAM di Indonesia selama rezim Orde Baru hingga  reformasi.

 

TANGERANG, BANTEN

Sebutan China Benteng disematkan bagi warga keturunan Tionghoa di sekitar Sungai Cisadane, Tangerang, berhubung di sinilah pernah didirikan benteng pertahanan VOC untuk menahan serangan kerajaan Banten. Ada beragam versi kedatangan leluhur Tionghoa di sekitar Cisadane. Konon sebagian dari mereka adalah keturunan pasukan Cheng Ho yang sempat melakukan pendaratan di Cisadane, sementara sebagian lagi adalah para pengungsi yang melarikan diri dari Batavia ketika terjadi pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa pada 1740.

Museum Benteng Heritage didirikan untuk menyimpan benda-benda yang menjadi asal-usul dan perkembangan masyarakat China Benteng di Tangerang. Bangunan tua dua lantai berarsitektur Tiongkok yang dibangun sekitar abad ke-17 ini merupakan bangunan tertua di Tangerang. Kondisinya sebelum dijadikan museum sangat memprihatinkan karena letaknya di tengah-tengah deretan kios Pasar Lama yang ramai. Menyadari rumah tersebut yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi, pada November 2009 Udaya Halim mengambil alih bangunan di Jalan Cilame tersebut. Saat merestorasi bangunan, Halim dan adik-adiknya mengkaji banyak ide agar bangunan tersebut tetap terlihat megah dan cantik tanpa mengubah bentuk aslinya. Kakak-beradik itu merenovasi rumah tua itu selama dua tahun, sebelum kemudian meresmikannya sebagai museum agar dapat dinikmati bersama bagi siapa pun yang tertarik dengan sejarah dan budaya masyarakat China Benteng pada 11 November 2011 pukul 11:00.

Dengan tiket sebesar Rp 20.000 per orang, setiap pengunjung (satu grup maksimal 20 orang) akan dipandu keliling museum setelah diwanti-wanti tidak boleh memotret di dalam museum. Lantai pertama berisi foto-foto suasana Pasar Lama di masa lalu, sementara di lantai dua terdapat replika kapal yang digunakan Cheng Ho dan Christopher Columbus untuk perbandingan bahwa Tiongkok lebih siap dalam pelayaran mengarungi dunia ketimbang negara Barat. Ada juga meja mahyong, timbangan opium, serta baju adat pengantin  China Benteng, selain koleksi komik Tiongkok, alat musik kuno, beragam guci, dan patung dewa-dewi. Di lantai dua pengunjung juga akan dipertontonkan video tentang pabrik kecap, berhubung Tangerang di masa lalu terkenal sebagai sentra pembuatan kecap.

Eduard Douwes Dekker

Pada 1838 Eduard Douwes Dekker tiba di Batavia sebagai kelasi yang belum berpengalaman. Dengan bantuan relasi ayahnya, ia kemudian dipekerjakan di kantor Pengawasan Keuangan Batavia, sebelum diangkat menjadi asisten residen Lebak di selatan Karesidenan Banten yang bertempat di Rangkasbitung. Di sanalah ia melihat pemerasan melalui upeti dan rodi oleh VOC terhadap masyarakat pribumi. Dengan nama pena Multatuli – dari bahasa Latin multa tuli yang berarti “banyak yang aku sudah derita” – Eduard  menerbitkan novel berjudul Max Havelaar pada 1860, sebagai kritik atas perlakuan buruk penjajah terhadap masyarakat yang dijajahnya. Tulisan Multatuli ini tidak hanya mengilhami karya sastra, tapi juga mengobarkan semangat kebangsaan rakyat  Indonesia untuk merdeka.

 

TIDORE, MALUKU UTARA

Setelah Perang Salib, Eropa memblokir rute perdagangan ke timur, sehingga Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda bertekad untuk menemukan sendiri Kepulauan Rempah-rempah ini.  Vasco da Gama dari Portugis adalah pelayar pertama yang berhasil menemukan rute dari India menuju Maluku pada 1521 dan menginjakkan kaki di Ternate, Tidore, dan Banda. Saat itu, tiga pulau tersebutlah satu-satunya penghasil cengkih dan pala di dunia, sehingga saking berharganya, harga cengkih dan pala sebanding dengan emas.

Karena bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda yang datang ke Maluku berniat untuk memonopoli perdagangan, menguasai, dan menjajah daerah tersebut, telah terjadi beberapa kali pertempuran dengan sejumlah kerajaan di kepulauan tersebut. Belanda akhirnya berhasil merebut Maluku, dan pada akhir abad ke-16, untuk mengusir Portugis dan Spanyol, Gubernur Jendral Belanda Jan Pieterszoon Coen menghancurkan semua tanaman cengkih di Ternate dan Tidore serta menanamnya di Ambon. Tindakan yang dikenal sebagai ekspedisi hongi ini tak hanya melumpuhkan dominasi kekuasaan Kerajaan Ternate dan Tidore, namun juga seketika menghancurkan pendapatan utama penduduk pulau.

Pertempuran tersebut menyisakan dua benteng peninggalan bangsa Portugis di Tidore, yaitu Benteng Tohula dan Benteng Tore, yang dahulu berfungsi untuk memantau kapal-kapal yang hendak menyerang markas Portugis. Kini, kedua benteng tersebut lebih tepat disebut sebagai reruntuhan karena bentuk asli nya sudah tidak terlihat lagi, walau masih menunjukkan kekokohannya. Benteng Tohula berada di Soasio, ibukota Tidore, dan namanya berasal dari Pelabuhan Tohula, hasil karya arsitektur Spanyol yang letaknya tepat di depan benteng. Benteng Tore sendiri terletak dekat Benteng Tohula. Dari dua benteng ini, pengunjung bisa melihat sebagian Tidore serta Halmahera dan Ternate di seberang.

Selain peninggalan bersejarah, Tidore memiliki Pantai Ake Sahu dengan fasilitas yang memadai, mulai dari tempat duduk untuk bersantai hingga tempat untuk berganti pakaian dan membersihkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa pantai ini sudah dikelola dengan baik sebagai tempat wisata. Pantainya berpasir putih berhias air biru yang bening. Sesuai dengan namanya yang berarti air panas, di pantai ini ada sebuah sumur yang menjadi sumber air panas. Meskipun berada di laut, air di sumur rasanya tidak asin melainkan tawar dan segar.

Sultan Nuku

Bernama asli Muhamad Amiruddin, dalam sejarah perjuangan di Tidore, Sultan Nuku (1738-1805) dikenal paling gigih dan sukses melawan Belanda. Bertahun-tahun ia berjuang untuk mengusir Belanda dari seluruh Kepulauan Maluku, termasuk Ternate, Bacan, dan Jailolo. Perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan menyerahnya Belanda pada 21 Juni 1801, sehingga Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo kembali merdeka. Di masa Sultan Nuku inilah Tidore mencapai masa keemasannya dan menjadi kerajaan besar yang disegani. Karena jasanya itu, Sultan Nuku dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dan namanya diabadikan menjadi salah satu Kapal Republik Indonesia (KRI), yaitu KRI Nuku bernomor lambung 873 yang bertugas di bawah Komando Armada RI Kawasan Timur, salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut.

 

KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

Dunia pertama kali mengenal Kupang saat Perang Dunia II, ketika kota di barat daya Pulau Timor ini menjadi hubpenting untuk pengisian bahan bakar dan pendaratan pesawat dengan penerbangan jarak jauh dari Eropa ke Australia. Pilot Amerika bernama Lamij Johnson lah yang pertama kali mendaratkan pesawatnya di Bandara El Tari pada 1928. Pulau ini juga sempat menjadi jajahan Belanda di sebelah barat, sementara Portugis menduduki sebelah timurnya.

Meski kalah populer dengan Flores, Kupang pun sebenarnya memiliki alam yang tak kalah cantik. Pantai Tablolong yang sekitar 30 hingga 45 menit berkendara dari pusat kota menyajikan hamparan pasir putih yang luas untuk berjemur dan berenang. Memang di sini belum ada hotel, kafe, restoran, kios kecil  atau pedagang kaki lima, namun terdapat lopo (gazebo) untuk berteduh dari teriknya matahari dan toilet umum. Pantai lainnya adalah Pantai Kolbano dengan hamparan bebatuan beraneka bentuk dan warna di bibir pantainya.

Bila ingin terbebas dari teriknya sinar matahari, namun tetap berniat berendam di kala cuaca panas, kunjungi Gua Kristal di Desa Bolok yang memiliki lintasan semivertikal dengan jalan berupa bebatuan besar yang menurun terjal. Di dasar gua terdapat kolam berair jernih yang warnanya bakal terlihat biru berkilauan seperti kristal ketika terkena sinar matahari. Air Terjun Oehala, yang berjarak tempuh sekitar satu jam berkendara dari pusat kota, menawarkan pemandangan yang menakjubkan karena miliki tujuh tingkat. Di dasar air terjun terdapat kolam untuk bermain air, sementara pepohonan rindang di sekelilingnya membuat suasana semakin sejuk dan asri.

archive.budi.soehardi.cnnBudi Soehardi

Berawal dari rencana liburan keluarga keliling dunia yang berubah menjadi aksi kemanusiaan, Budi Soehardi, kapten pilot Singapore Airlines yang tinggal di Singapura bersama keluarganya saat itu terenyuh ketika melihat situasi Timor-Timur pada 1999 dari tayangan di televisi. Bersama istrinya Rosalinda Panagia Maria Lakusa dan tiga anaknya, mereka mengunjungi Kupang. Awalnya hanya untuk memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok saja, namun kemudian mereka kembali dan  mendirikan Panti Asuhan Yayasan Kasih Roslin pada 2002 di atas tanah warga yang dianggap tidak subur.

Dari pendapatannya sebagai pilot, Budi terus menafkahi panti asuhannya, hingga pada 2008 mereka memulai swasembada pangan dengan menanam padi dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Tanah yang tidak subur ia sulap menjadi sawah dan perkebunan, dan hasilnya tak hanya dapat memenuhi kebutuhan panti asuhan, tapi juga dibagikan pada warga yang membutuhkan. Budi Soehardi mendapatkan penghargaan CNN Hero of the Year pada 2009 dan pemenang Liputan 6 Awards kategori Pendidikan pada 2010.

CIREBON, JAWA BARAT

Berada di pesisir utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, sekalipun hawanya panas dan tidak memiliki terlalu banyak tempat wisata, namun Cirebon memiliki kekayaan kuliner yang unik akibat perpaduan banyak budaya. Mulai tahu gejrot hingga empal gentong, masakan ini memang yang terbaik dinikmati di tempat asalnya.

Empal gentong, bukanlah empal ala Rumah Makan Sunda, di mana potongan daging yang telah dipipihkan kemudian digoreng, melainkan lebih mirip soto dan disantap dengan nasi atau lontong. Alat masaknya menggunakan gentong tanah liat dan dimasak di atas kayu bakar, dengan isi terdiri daging sapi, usus, atau babat dengan kuah berbahan dasar santan yang gurih. Empal gentong paling nikmat disantap dengan sambal cabai rawit kering, taburan bawang goreng, emping, atau kerupuk rambak. Salah satu tempat yang terkenal untuk menyantapnya adalah di Empal Gentong Mang Darma (Jalan Slamet Riyadi) yang sudah beroperasi sejak 1948.

Sedangkan sego jamblang adalah nasi yang dibungkus daun jati. Awalnya nasi jamblang adalah makanan bagi para pekerja rodi zaman Belanda yang membangun jalan raya dari Anyer ke Panarukan melewati Cirebon, daun jati digunakan sebagai bungkus agar nasi tahan lama dan tetap pulen. Kini penjual nasi jamblang menggelar lauknya di meja rendah agar pengunjung dapat mengambil sendiri masakan yang diinginkan. Pilihan biasanya berupa sambal goreng, paru, semur hati atau daging, perkedel, aneka sate, aneka olahan telur, ikan asin, tahu dan tempe, potongan cabe merah, hingga blakutak, cumi-cumi yang dimasak bersama tintanya. Nasi jamblang yang tersohor adalah Nasi Jamblang Mang Dul yang berlokasi di seberang pusat perbelanjaan Grage Mall, di daerah Gunung Sari, dekat perempatan lampu merah Jalan Tuparev.

Dijuluki Kota Udang, Cirebon memang memiliki panen udang yang melimpah. Salah satu cara mengawetkannya adalah mengolahnya menjadi terasi dan menurut masyarakat setempat, terasi Cap Kepala Kerbau lah yang paling bagus kualitasnya. Warnanya hitam, basah, dan dibuat dari rebon (udang kecil-kecil) pilihan. Selain itu, ada juga Siroop Tjap Buah Tjampolay yang diproduksi Tan Tjek Tjiu sejak 1936. Tersedia aneka rasa, seperti rozen roos, asam jeruk, nanas, pisang susu, melon, stroberi, jeruk nipis, kopi mocca, leci, sirsak, kopyor, hingga mangga gedong.

Sunan Gunung Jati

Bernama asli Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Ayahnya adalah seorang musafir asal Gujarat, sedangkan ibunya keturunan Keraton Pajajaran. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah, sebelum kemudian berkembang menjadi Kesultanan Cirebon. Semasa pemerintahannya, ia mendirikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang kini dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantunya merancang masjid. Hingga kini, masjid yang terkenal dengan Azan Pitu (azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih ketika salat Jumat) itu masih berdiri di Keraton Kesepuhan.

 

BENGKULU

Dibangun oleh East India Company (EIC) pada 1713-1719 pada masa kepemimpinan Gubernur Joseph Callet, Benteng Marlborough di Bengkulu ini tak hanya merupakan benteng pertahanan Inggris di kawasan pantai barat Sumatera, tapi juga tempat untuk mempertahankan Bengkulu sebagai daerah monopoli lada dan perdagangan. Benteng ini dianggap sebagai benteng terkuat kedua milik Inggris di wilayah timur setelah Benteng St. George di Madras, India.

Nama Marlborough diberikan oleh pemerintah Inggris kepada John Churchil yang bergelar Duke of Marlborough I sebagai tanda penghormatan. Dilihat dari arsitektur bangunannya, benteng ini lebih mirip seperti hunian di tengah kota daripada benteng atau pusat perdagangan.Di dalamnya terdapat ruang tahanan, gudang persenjataan, ruang perkantoran, beberapa meriam, ruang perlindungan, serta terowongan sepanjang enam meter dan lebar dua meter.

Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda dengan komoditi emas. Setelah komoditi emas habis, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Soekarno pada 1930-an. Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno yang berada di Jalan Soekarno-Hatta ini kini menjadi objek wisata sejarah. Di dalamnya tersimpan benda-benda peninggalan yang memiliki nilai sejarah, seperti tempat tidur, buku-buku, meja kerja, hingga sepeda yang digunakan oleh Soekarno selama pengasingan.

Awalnya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian yang bekerja sebagai penyuplai kebutuhan pokok untuk Pemerintah Hindia Belanda. Rumah berornamen Tionghoa ini kemudian disewa oleh Belanda untuk menempatkan Soekarno selama diasingkan di Bengkulu. Di rumah ini pula Soekarno bertemu dengan Fatmawati, yang kemudian menjadi istrinya dan turut andil dalam Proklamasi 17 Agustus 1945 dengan menjahit Bendera Sang Saka Merah Putih.

iraffle001p1Sir Thomas Stamford Raffles

Sir Thomas Stamford Raffles tiba di Bengkulu pada Maret 1818 dengan didampingi oleh isterinya Lady Sophia Raffles, dan seorang Kepala Adat Jawa Raden Rana Dipura. Ketika Raffles tiba, Bengkulu dalam keadaan yang luluh lantak akibat gempa bumi, oleh karena itu disebut dengan istilah Tanah Mati. Akan tetapi, setelah itu Raffles bersama-sama dengan rakyat Bengkulu membangun dan membangkitkan kembali kota dari puing-puing. Maka tak heran bila sisa pengaruh Inggris masih terasa sampai saat ini. SelainRafflesia arnoldii, bunga terbesar yang lebarnya dapat mencapai 100 sentimeter dan ditemukan pertama kali oleh Raffles dan Joseph Arnold di Dusun Lubuk, sisa-sisa peninggalan Inggris lainnya adalah Benteng Marlborough (Fort Marlborough) yang masih kokoh berdiri hingga kini.

 

 

Selengkapnya di majalah Panorama edisi Maret-April