
Indonesia’s Look-Alikes
1. Air Terjun Moramo, Sulawesi Tenggara
Kemegahan Air Terjun Niagara di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada ternyata juga bisa dinikmati di Indonesia, tepatnya di Kawasan Suaka Alam Tanjung Peropa, Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe. Terletak sekitar 60 kilometer dari Kendari, meski tak sebesar Niagara, Air Terjun Moramo jatuh dari ketinggian seratus meter dan mengalir melalui tujuh undakan utama dan 60 undakan kecil yang membentuk kolam mungil dan salah satunya berfungsi sebagai pemandian dengan kedalaman sekitar satu meter.
2. Candi Sukuh, Jawa Tengah
Jawa Tengah memiliki candi mirip Chichen Itza di Meksiko, situs peninggalan suku Maya yang dibangun pada abad ke-7. Letaknya terpencil di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, atau sekitar 35 kilometer dari Solo. Candi Sukuh sering disalahartikan sebagai candi porno karena banyak terdapatnya relief lingga dan yoni (lambang kelamin pria dan wanita). Padahal lingga dan yoni dalam kepercayaan Hindu merupakan lambang kesuburan dan di masa lalu orang datang ke candi ini untuk memuja arwah leluhur sekaligus memohon kesuburan.
3. Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat
Walau bukan negara empat musim, ternyata Indonesia juga memiliki bunga sakura, tepatnya di Kebun Raya Cibodas, Cianjur. Kebun raya di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini kini membanggakan Sakura Garden yang memadukan kebudayaan Jepang dengan arsitektur Sunda. Taman seluas dua hektar tersebut memiliki gazebo dengan lantai berpola heksagon sebagai ciri bangunan Jepang namun beratapkan rumah khas Jawa Barat. Dari ratusan jenis sakura di dunia, taman ini memiliki lima jenis, yaitu Prunus sp., Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus jamasakura, dan Prunus lannesiana. Tak semua sakura di sini berasal dari Jepang.
4. Taman Nasional Wasur, Papua
Bukti bahwa Australia pernah menyatu dengan Asia tampak jelas di Taman Nasional Wasur, Merauke, yang juga merupakan habitat bagi kanguru serta sejumlah hewan Australasia lainnya. Dikenal juga sebagai Serengeti of Papua, lahan basah di taman nasional ini, terutama di Danau Rawa Biru, merupakan ekosistem paling produktif dalam menyediakan pangan dan perlindungan bagi berbagai jenis satwa. Mulai dari berbagai jenis ikan, udang, dan kepiting hingga buaya, kasuari, kesturi, burung cendrawasih, kuskus, sugar glider, dan kanguru pohon (Dendrolagus spadix), semua ada di sini. Sekilas, kanguru Papua mirip kanguru Australia. Namun dalam segi ukuran tubuh, kanguru Papua memiliki badan yang lebih mungil. Taman Nasional Wasur juga merupakan tempat persinggahan ribuan burung yang berasal dari Australia dan Selandia Baru.
5. Green Canyon, Jawa Barat
Bila Amerika Serikat memiliki Grand Canyon, Indonesia membanggakan Green Canyon yang terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Meski tak semegah Grand Canyon, Green Canyon juga tak kalah cantiknya dengan julangan batu berlumut yang bisa dinikmati dengan menyusuri sungai naik perahu. Transportasi yang mudah serta lokasi yang relatif dekat dari Bandung menjadikan tempat ini tak pernah sepi pengunjung. Nama Green Canyon dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada tahun 1993 karena tebing tinggi pada sisi aliran Sungai Cijulang ini menyerupai tebing pada aliran sungai Grand Canyon.
6. Parangkusumo, Yogyakarta
Padang pasir di Parangkusumo ini memang unik dan disebut-sebut sebagai Gurun Sahara-nya Indonesia. Bila umumnya gurun pasir hanya bisa dijumpai di negara beriklim kering, gurun ini malah berada di negeri tropis. Sejauh mata memandang, hamparan pasir terbentang luas hingga 15 kilometer. Sesekali angin laut yang bertiup mengubah bentuk gundukan gurun pasir yang tingginya bisa mencapai tujuh meter. Saat matahari terbenam, bias sinarnya menimbulkan warna keemasan yang cantik. Menurut kepercayaan penduduk setempat, Pantai Parangkusumo merupakan tempat pertemuan antara raja-raja yang memerintah Kerajaan Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul.
7. Gunung Padang, Jawa Barat
Bagai Machu Picchu, situs bersejarah Kerajaan Inca yang hingga kini masih menyimpan misteri, begitu pula dengan situs purbakala Gunung Padang di Kampung Cimanggu, Cianjur ini. Pertama kali disebutkan oleh seorang Belanda dalam Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan) di tahun 1914, Gunung Padang bukanlah hal asing bagi penduduk setempat yang telah mengetahui keberadaannya selama ribuan tahun. Disebut sebagai situs Megalitik terbesar di Asia Tenggara, sekilas situs ini hanya berupa serangkaian teras yang memiliki dinding pembatas dan tangga di antaranya.
Selengkapnya baca di Majalah Panorama edisi Mei-Juni 2014.
TeksĀ Melinda Yuliani