Mencari yang Unik di Korea Selatan
Selalu ada alasan untuk kembali ke Korea Selatan. Alasannya karena pejalan akan disuguhi pemandangan indah dari pantai, gunung, pedesaan, hingga suasana kota metropolitan. Korea juga kaya akan sejarah dan masih kental perpaduan sisi tradisional dan modern; kemudahan dalam bertransportasi; dan biaya hidup yang masih terjangkau.
Jika sebelumnya sudah pernah berkunjung ke Negeri Ginseng dan mengunjungi destinasi populer, saatnya untuk bertandang ke tempat-tempat unik untuk mencetak kenangan baru. Inilah rangkuman tempat-tempat unik di Korea Selatan yang dapat dikunjungi di perjalanan berikutnya.
Desa Yangdong (Yangdong Folk Village)
Seperti tipikal banchon, istilah untuk menyebut desa yang dihuni kaum terpelajar, Desa Yangdong merupakan desa tradisional terbesar di Korea Selatan saat era Joseon. Desa ini menganut tata letak rumah Neo-Konfusianisme, di mana status sosial menentukan letak rumah.
Misalnya, di kawasan dataran tinggi khusus untuk giwajip (rumah beratap genting) yang dihuni yangban (kalangan atas), sementara di dataran rendah untuk chogajip (rumah beratap jerami) yang dihuni para pelayan dan petani. Beberapa rumah di desa ini telah masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, juga telah beralih fungsi menjadi restoran yang terkenal degnan sajian kalguksu (mi kuah) dan cheongju (arak beras).
Penjara ini dibuka pada 1908 oleh pasukan Jepang untuk menegakkan ketertiban di wilayah yang baru dikuasainya, karena sebelumnya sistem pidana hampir tidak ada di Korea. Tempat ini kemudian digunakan untuk menahan, menyiksa, dan mengeksekusi aktivis Gerakan Kemerdekaan hingga 1945.
Ditetapkan sebagai situs bersejarah yang kemudian direnovasi menjadi museum, pengunjung dapat melihat ruang-ruang penjara, termasuk ruang penyiksaan yang dilengkapi sejumlah manekin yang memeragakan kejadian mengerikan di masa lalu. Aula eksekusi pun masih dipertahankan, lengkap dengan tiang gantung yang terletak dekat selokan untuk memudahkan membuang mayat.
Hingga 1945, gua kapur terbesar di Asia yang kini difungsikan sebagai museum ini merupakan tambang emas. Untuk memasukinya, pengunjung dapat berjalan kaki atau naik monorail untuk menuruni gua setinggi 90 meter, yang terdiri 365 anak tangga melalui lima area yang menampilkan kegiatan dan fasilitas pertambangan.
Di sini dapat disaksikan emas batangan seberat 18,5 kilogram, video edukasi, diorama, dan berbagai informasi lainnya tentang emas. Gua ini juga memiliki stalaktit, stalagmit, dan helektit (ornamen gua mirip cacing yang bergelantungan di atas).
Di museum ini, hampir seluruh objek yang dipajang terbuat dari kaca, sehingga pengunjung harus berhati-hati. Dibuat oleh sejumlah seniman mancanegara, seperti dari Jepang, Italia, dan Ceko, koleksinya sengaja diletakkan di area indoor maupun outdoor.
Di sini terdapat pohon kacang raksasa dari dongeng Jack and the Beanstalk, dol hareubang (patung khas Jeju), rak buku kaca lengkap dengan buku-bukunya yang juga terbuat dari kaca, ruang cermin yang menampilkan rasi bintang, serta taman yang bunganya terbuat dari kaca beserta jembatan dan labirinnya.
Third Tunnel of Aggression
Dibangun Korea Utara pada 1970-an, terowongan bawah tanah ini terentang hingga 1.653 meter, dengan tinggi dan lebar masing-masing dua meter. Ini adalah terowongan ketiga yang ditemukan Korea Selatan dan rumornya masih ada selusin lagi yang masih belum terungkap.
Saking besarnya terowongan, PBB memperkirakan bahwa dulu Korea Utara dapat mengirimkan sekitar 30.000 tentara ke bagian selatan setiap jam melalui terowongan tersebut. Pengunjung dapat berjalan sejauh 265 meter untuk melihat ruang video, patung-patung simbolik, dan toko suvenir sampai tiba di “garis pembatas” berupa kawat berduri dan senapan angin.
Jin Island (Jindo)
Setiap tahunnya, perairan di Jindo, yaitu Jeollanam-do terbelah bagai kejadian di kisah Nabi Musa, sehingga pengunjung dapat berjalan di celah kering di perairan tersebut untuk menuju pulau terdekat. Fenomena alam ini terjadi karena adanya perbedaan pasang naik dan surut, sehingga membentuk jalan sepanjang hampir tiga kilometer dan selebar antara 40 hingga 60 meter.
Peristiwa laut terbelah ini kemudian dimanfaatkan Jindo untuk menggelar Jindo Miracle Sea Festival yang dimeriahkan penampilan musik tradisional maupun K-Pop, parade, dan festival kembang api. Wisatawan pun dapat turut merasakan pengalaman unik ini, berjalan kaki di laut terbelah bersama warga lokal.
Cheomseongdae
Dibangun pada abad tujuh, observatorium tertua di Asia yang mirip menara kastel ini berbentuk silinder, yang terdiri 365 blok granit yang merepresentasikan 365 hari dalam kalender lunar. 27 lapisan lingkaran batu yang mengelilinginya, merujuk pada penguasa ke-27 dari Kerajaan Silla, yaitu Ratu Seon-deok yang sedang memerintah saat Cheomseongdae dibangun.
Di masa lalu, selain digunakan untuk meramal cuaca, para astronom juga melakukan pengamatan untuk memprediksi gerhana dan memetakan lintasan komet. Pengunjung dapat mempelajari sejarah Cheomseongdae dan melihat tampilan tiga dimensi dari rasi bintang di Virtual Cheomseongdae yang terletak di sebelah loket penjualan tiket.