TOP

Terbuai Keindahan Chubu (Bagian 2)

Terletak di antara Kanto dan Kansai, Chubu merupakan kawasan di tengah Honshu, pulau utama Jepang. Pesona Chubu terletak pada keindahan alamnya, yang didominasi perbukitan dan pegunungan, di mana semuanya akan menampilkan wajah yang berbeda-beda sesuai musim.

Tak sekadar berfoto, pengalaman yang didapat pun beragam, mulai dari mencoba memainkan binzasara, instrumen perkusi tradisional Jepang; mengenakan kimono sambil menelusuri distrik teh yang sudah ada sejak Zaman Edo; hingga mendekorasi peralatan makan menggunakan lembaran emas.

Jepang adalah negara yang ramah anak. Tak terkecuali Kanazawa yang juga memiliki banyak atraksi yang dapat membuat mereka betah beraktivitas dari pagi hingga hari beranjak gelap. Bagi yang ingin mengajarkan indahnya keragaman budaya sejak dini kepada anak-anak, di sinilah tempatnya.

Kota Emas dan Bangunan Antik

Anda dapat memulai perjalanan menjelajah Chubu bersama si kecil dengan mengunjungi Kanazawa, ibu kota Prefektur Ishikawa. Selain menempuh perjalanan tiga jam dari Nagoya, opsi lainnya adalah naik ANA dari Jakarta menuju Komatsu dengan transit di Tokyo, kemudian berkendara selama sekitar satu jam menuju Kanazawa.

Di zaman Edo, Kanazawa merupakan kota budaya dan pusat ekonomi Jepang karena Maeda Toshiie, penguasa wilayah Kaga yang kini merupakan Prefektur Ishikawa, membina para seniman setempat agar menghasilkan berbagai kerajinan sebagai bentuk persembahan kepada Shogun Tokugawa yang lebih berkuasa. Hal ini merupakan strategi Maeda supaya Tokugawa tidak menganggap dirinya sebagai ancaman, walaupun ia adalah sahabat Toyotomi Hidetoshi, musuh Tokugawa.

Sisa pesona dan kejayaannya itu masih dapat terlihat di jalan-jalan, berbagai bangunan, hasil kerajinan, dan budaya di kota ini. Berukuran kecil sehingga dekat ke mana-mana, bila tak punya banyak waktu dapat hanya menjelajah kawasan pusat kota, di mana Higashi Chaya-gai, Omicho Market, Kenroku-en, dan Kanazawa Castle terletak cukup dekat dari Kanazawa Station yang megah.

Stasiun ini juga menjadi landmark kota karena menggabungkan elemen kaca yang modern dengan elemen tradisional berupa gerbang kayu Tsuzumi-mon (dinamakan demikian karena memiliki dua pilar vertikal yang dibentuk menyerupai tsuzumi, sejenis drum yang digunakan dalam pertunjukan Noh, teater musikal klasik Jepang).

Kedai Teh dan Kaisendon

Disarankan untuk berkunjung ke Higashi Chaya-gai sebelum pukul 09:00, yaitu sebelum para turis berdatangan agar puas memotret deretan bangunan kayu tradisional yang menawan. Nama distrik bersejarah ini secara harfiah berarti Eastern Tea House District, karena dulunya terdapat banyak chaya (kedai teh) yang dihibur para geisha dengan tarian dan nyanyian. Mengingatkan akan kawasan Gion di Kyoto, di mana di masa lalu jalan ini pun kerap terlihat geisha dan maiko yang bekerja di berbagai tea house yang ada.

Kini, hanya ada dua chaya yang masih beroperasi, yakni Ochaya Shima dan Kaikaro, sementara bangunan lainnya telah beralih fungsi menjadi restoran dan toko Pengalaman Budaya Mendalam Jepang adalah negara yang ramah anak. Tak terkecuali Kanazawa yang juga memiliki banyak atraksi yang dapat membuat mereka betah beraktivitas dari pagi hingga hari beranjak gelap.

Tak jauh dari Higashi Chaya-gai, terdapat Omicho Market, pasar tradisional yang telah beroperasi lebih dari 400 tahun. Awalnya pasar ini merupakan pemasok suplai makanan bagi warga Kaga dan setelah menjadi pasar umum pada 1904, pamornya terus meningkat dan kini berjuluk Dapurnya Kanazawa.

Terdiri sekitar 170 toko yang menjual ikan segar, sayur-mayur, daging, penganan manis, dan berbagai kebutuhan sehari-hari, tempat ini tak hanya menjadi pusat kegiatan warga setempat, tapi juga merupakan tempat terbaik untuk mencicipi berbagai makanan khas Kanazawa, seperti kaisendon (donburi dengan topping seafood segar) dan kari Kanazawa yang sausnya berwarna cokelat pekat dan sangat kental sehingga bisa dinikmati dengan hanya menggunakan garpu.

Taman Cantik

Kenroku-en merupakan salah satu taman yang wajib dikunjungi saat berada di Jepang, terutama bila berada di Kanazawa. Taman milik keluarga Maeda yang memerintah Kaga pada abad 16 hingga 19 ini bersebelahan dengan Kanazawa Castle. Nama Kenroku-en secara harfiah berarti Taman Enam Kesempurnaan, di mana hal tersebut mengacu kepada enam kategori teori lanskap Tiongkok yang membuat sebuah taman layak dinilai sempurna.

Alokasikan beberapa jam untuk berjalan-jalan di taman luas yang dihiasi jembatan, kolam, kedai teh, air mancur, air terjun, patung, dan hamparan pohon pinus berusia ratusan tahun ini. Menjelang musim dingin, pohon-pohon pinus di sini akan dilindungi yukiduri atau jalinan tali yang mirip kerucut untuk menahan agar salju tebal tidak merobohkan pohon.

Museum Seni

Dirancang sekaligus sebagai taman kota, 21st Century Museum of Contemporary Art merupakan destinasi wajib bagi orangtua yang membawa serta anak-anaknya ke Kanazawa. Halamannya yang luas dipenuhi berbagai objek interaktif yang menarik, baik untuk indra penglihat maupun pendengar, selain konsepnya memang dirancang agar mengundang anak-anak untuk bermain di luar ruangan.

Sementara bangunannya yang berbentuk melingkar dan berdinding kaca memiliki beberapa ruang pameran dengan koleksi permanen maupun temporer, selain juga menawarkan perpustakaan, pusat penitipan anak, dan workshop untuk mengasah kreativitas anak. Tidak dipungut biaya, namun untuk melihat pameran temporer di dalam, pengunjung mesti membayar sebesar 450 yen untuk dewasa (dan gratis untuk anak-anak). Saat ini, museum tengah menggelar pameran Where We Now Stand —In Order to Map the Future yang berlangsung hingga 12 April 2020.