Bogor, Menjemput Impian Masa Kecil
Oleh: Nyoman Suparta
Akhirnya…….nama saya lolos menjadi TOP 6 Travelers of the year versi majalah Panorama. Bangga, senang dan sedikit memutar otak karena harus escape di hari kerja. Saya mendapat tugas berlibur di Bogor, and you know what? Ini menjadi tempat impian saya sejak kecil, di kepala saya langsung terbayang puncak dan Taman Safari Bogor, itinerary pun saya buat untuk 2 hari menjelajahi Bogor. Meski pernah ke Bogor tahun 2006, tapi belum sempat ke kebun Raya Bogor dan Taman Safari Cisarua.
Berangkat pukul 8 pagi dari Kantor Nissan di jalan MT Haryono, mobil Nissan Navara yang gagah ini akhirnya berpindah kepada saya. Berangkat bersama teman yang tahu lokasi dan satu lagi rekan yang bisa membantu saya memotret dan mengambil video. Mobil Nissan Navara memang sangat pas untuk petualang sejati, menawarkan tenaga pacu yang luar biasa, bahkan dapat digunakan untuk menderek kendaraan lain. Selain tampilannya yang gagah, Mobil 4×4 ini memiliki kesan mewah, sporty dan maskulin pada desain eksterior luarnya. Dengan bak terbuka pada bagian belakangnya yang bisa digunakan untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan travelling. Sanggup menampung 5 orang penumpang, kabinnya yang luas makin membuat nyaman saya dan rekan-rekan. Bahkan dilengkapi dengan fitur Fine Vision Meters memberikan informasi indikator berkendara agar aman dan nyaman saat berkendara. Fitur pendingin dan audio-nya berkualitas, sehingga saya makin betah di dalam perjalanan meski jalanan macet. Mampu menampung 80 liter bahan bakar, namun bahan bakar yang saya beli pun masih sisa meski saya gunakan berkeliling kota Bogor dan kawasan puncak. Mesinnya tangguh bahkan untuk medan off road yang berat, apalagi di jalanan mulus tol Jakarta-Bogor, serasa naik penerbangan di kelas bisnis.
Destinasi pertama, langsung meluncur ke Curug Bidadari, berada di areal di Sentul Paradise Park, kecamatan Madang, Bojongkoneng. Dulunya dikenal curug Bojongkoneng, hanya 1,5 jam perjalanan dari Jakarta. Keluar Tol jagorawi di gerbang Sentul city, langsung belok kiri, mengikuti arah Telaga Cikeas. Beberapa penanda Curug Bidadari cukup jelas terpampang di sepanjang jalan. Tiket per orang sebesar 30.000 rupiah dan biaya parkir mobil Rp.10.000. Setelah melewati loket pembayaran inilah, mobil Navara benar-benar diuji. Selain akses masih berbatu-batu dan tanah liat, di beberapa spot ada yang longsor dan berlubang sehingga jalan menyempit. Tiba di lokasi parkir mobil, air terjun Bidadari sudah terlihat, kita tinggal berjalan kaki beberapa meter saja menuju dasar air terjun. Dari lokasi pondok-pondok penginapan, kita bisa melihat dan mengambil foto dasar air terjun dengan jelas,. Untung tidak banyak pengunjung yang mengambil foto disini, kebanyakan pengunjung mengambil foto dari bawah air terjun. Air terjun setinggi 75 meter ini, dasarnya diapit 2 buah batu besar, terlihat sangat eksotis. Bila ingin merasakan kesegaran air terjun Bidadari, kita harus menuruni tangga dan melewati lapak-lapak penjual makanan dan suvenir. Turunan tangga tidak terlalu berat, justru kita akan makin dibuat kagum dengan batu besar yang menutupi dasar kolam air terjun. Ada akses jembatan diatas kolam dangkal yang biasa digunakan untuk berenang anak-anak. Air terjun yang merupakan hulu sungai Cikeas ini cukup deras, sehingga cukup berbahaya bagi anak-anak apabila berenang dibawah air terjun. Ada persewaan pelampung dengan berbagai bentuk yang unik dan lucu. Namun kurang afdol rasanya tanpa membawa oleh-oleh dari sini, rekan perjalanan saya membeli 1 sisir pisang seharga Rp.20.000 (setelah ditawar) untuk bekal dalam perjalanan berikutnya.
Perjalanan bersama rekan saya lanjutkan menuju Taman safari Indonesia di Cisarua. Namun karena jam makan siang, saya ingin mencoba menu di resto Cimory. Ada 2 resto Cimory, yang letaknya lebih bawah dan baru Cimory Riverside dengan view Sungai, tapi karena sangat ramai dan parkirnya penuh, saya putuskan mampir Resto Cimory yang lama, dengan view pemandangan perbukitan Cilember. Kami hanya memesan fish cake, karena kami memutuskan untuk melanjutkan ke Taman Safari, sebelum terkena jadwal buka-tutup jalan dan terbatasnya waktu. Sebenarnya rasanya enak dan harganya yang affordable, namun saat weekend kita harus ekstra sabar karena jumlah tamu membludak.
Jalanan menuju Taman Safari cukup padat dan tersendat, inilah sebabnya saya mengubah itinerary selama di Bogor, karena macet dan jadwal buka-tutup jalan yang baru saya mengerti. Bahkan saya sempat tertidur saking nyamannya teman mengemudikan mobil dan pendingin yang sejuk. Saya baru terbangun setelah sampai di pintu masuk Taman Safari, saatnya untuk membayar tiket masuk. Biaya per orang sebesar Rp.150.000, mobil pun bisa masuk dan berkeliling di sekitar hewan-hewan penghuni Taman Safari dan dikenai biaya Rp.15.000. Inilah kelebihannya dibanding Taman safari and Marine Park yang ada di Bali, selain memawarkan sensasi berpetualang, kita bisa puas mengambil foto hewan meski hanya dibatasi kaca mobil. Bahkan beberapa pengunjung terlihat antusias memberi makan langsung kuda Zebra dan hewan herbivora lainnya dari kaca jendela. Inilah impian saya sejak kecil, bisa melihat langsung singa dan harimau dari kaca jendela mobil dan datang langsung Taman Safari pertama di Indonesia. Meski sudah ada larangan untuk tidak membuka kaca mobil, namun demi kualitas foto yang OK, saya membuka sedikit jendela kaca mobil. Enaknya lagi, kita bisa puas memandangi hewan tanpa ada yang melarang, tanpa ada batasan waktu berapa menit kita bisa berdiam diri di dalam mobil. Seperti di kawasan gajah, saya sempat turun dan berfoto (jangan ditiru ya). Tidak hanya berkeliling dengan mobil pribadi, kita juga bisa naik kereta dan berkeliling ke baby zoo. Atau mencoba naik kereta gantung atau menunggang gajah, namun harus membayar biaya ekstra lagi. Satu hal yang paling membuat saya terkesan, dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan burung Cendrawasih (paradise bird) yang habitat aslinya di Papua, berseliweran terbang bebas di sekitar saya. Di dalam taman burung ini memang dibatasi oleh jaring-jaring yang cukup tinggi, sehingga burung-burung bisa terbang leluasa. Ada koleksi burung lainnya seperti nuri dan kakatua. Tempatnya bersih dan sama sekali tidak berbau kotoran burung. Ingin berfoto dengan tiger dan orangutan langsung juga bisa, namun hanya di jam-jam tertentu saja. Saat saya datang, si tiger sedang menikmati tidur siangnya, jadi tidak ada sesi foto bareng, biayanya cukup murah cuma Rp.20.000 per orang. Tempat wisata edukasi ini sangat pas untuk keluarga, selain mengajarkan kecintaan akan binatang sejak dini, sekaligus menjadi pusat konservasi hewan langka. Makan siang pun akhirnya saya tuntaskan Rainforrest resto, yang ada di dalam kompleks Taman Safari dengan menu nasi campur yang lezat.
Pilihan atraksi lain yang ada di Taman Safari, kita bisa menyaksikan live show hewan penghuni Taman Safari, show yang paling terkenal berjudul wild wild west. Tepat pukul 17.00 kami kembali menuju arah Bogor. Kita perlu tahu jam tutup-buka dari dan menuju Bogor, terutama di saat weekend dan libur panjang, bisa kita tanyakan kepada warga lokal. Apabila kita terkena penutupan jalan, cukup membuang waktu, karena harus menunggu di dalam mobil selama 2 jam. Suatu saat nanti saya harus kembali dan mencoba sensasi night safarinya, it’s gonna be exciting.
Saya menginap di Hotel Santika Bogor, hotel yang terletak di lokasi yang sangat strategis, dari kawasan puncak hanya sekitar 1 jam. Hanya jalan kaki menyeberang jalan utama saja, kita sudah bisa masuk ke Kebun Raya Bogor. Mau ngopi atau belanja keperluan, mall Botani Square ada di sebelah, bahkan hotel ini memiliki akses khusus ke dalam mall. Hotel yang memiliki desain elegan, memberikan kenyamanan bagi tamu yang menginap. Dilengkapi dengan AC, TV LCD, pembuat kopi, akses WiFi gratis, bahkan saya bisa menyeduh mie YOMP saat lapar melanda. Karena saya tiba di hotel malam hari, langsung saja nyebur di kolam outdoor-nya yang luas, segar sekali rasanya, setelah menempuh perjalanan jauh. Staffnya yang ramah dan responsif, jadi makin betah tinggal di hotel ini, sayangnya cuma semalam saja.
Pilihan kuliner malam, sesuai itinerary yang saya buat, saya langsung meluncur ke Taman kencana. Pertama belanja buat oleh-oleh pie di Rumah Apel spesialisnya apple pie di jalan Pangrango no.10. Ini kali kedua saya datang ke tempat ini, pertama kalinya 10 tahun lalu. Selain menjual pie beranekaragam rasa, resto ini juga menyediakan mini pie. Akhirnya oleh-oleh sudah terbeli. Waktunya lanjut ke macaroni panggang di jalan Salak no 24 dan sekalian makam malam di tempat ini. Kami memesan macaroni panggang ukuran medium sebagai pembuka dan ternyata ukuran medium itu besar sekali, bisa dibagi untuk 6 orang. Sementara kami sudah terlanjur memesan lontong sayur, gado-gado dan nasi goreng. Alhasil malam itu kami semua kenyangan, overdosis maccaroni panggang. Setelah makan malam, misi makan di apple pie dan macaroni terlaksana, kami balik ke hotel Santika menikmati kasur empuk dan posting day trip hari pertama di Instagram dengan koneksi andalan dari XL prioritas. Merasa prioritized dan privilege setelah menggunakan koneksi XL prioritas, tanpa LOLA-loading lambat dan tanpa kuatir kehabisan pulsa.
Saya paling suka sarapan pagi di hotel, mencoba semua menu yang ada, dan sarapan pagi merepresentasikan kualitas sebuah hotel. Menu sarapan yang ada di Hotel Santika Bogor ini melebihi ekspektasi saya. Banyak pilihan menu yang ditawarkan, mulai dari tradisional hingga western, bahkan ada jamu corner yang menyajikan beberapa jamu tradisional, jadi flashback ke jaman kecil saya dulu saat ibu sering membeli jamu beras kencur, benar-benar memorable. Saat saya coba pun, rasanya benar-benar otentik, persis seperti yang saya minum saat jaman kecil dulu.
Puas sarapan pagi, waktunya menjelajahi Kebun Raya Bogor. Kenapa kebun raya Bogor masuk itinerary saya? Bapak saya selalu bercerita tentang masa mudanya saat mengikuti pendidikan tentara, bangga telah berkunjung ke kebun raya ini. Terbayang di benak saya, suatu saat nanti, saya bisa seperti bapak, sampai di Bogor. And finally, i did it! Kebun Raya yang dikelola LIPI, terletak di tengah kota dan menjadi satu dengan istana kepresidenan Bogor. Kebun seluas 87 hektar ini memiliki koleksi 13.983 tanaman dan pohon, 3373 spesies dan 218 famili dari berbagai tempat, bahkan menjadi habitat bagi 50 jenis burung dan kelelawar. Kebun tertua di asia tenggara yang didirikan pada tahun 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda ini, dulunya merupakan hutan buatan pada jaman pemerintahan Prabu Siliwangi (1474-1513). Sesuai tulisan pada prasasti Batutulis, kebun ini diciptakan untuk melindungi bibit pohon langka. Tahun 1811, Stamford Raffles, letnan gubernur saat itu tinggal di istana dan membangun kembali taman bergaya Inggris.
Untungnya mobil Navara saya bisa masuk ke dalam kebun raya menjelajah hingga ke seluruh sudut, menghemat waktu karena harus menyesuaikan itinerary yang saya buat. Namun, bagi anda yang memiliki banyak waktu dan ingin lebih puas menjelajahi Kebun Raya Bogor, ada alternatif lain selain berjalan kaki, yakni menyewa sepeda gayung.
Tujuh bulan mendatang, Kebun Raya Bogor menyambut usianya yang ke-200, pihak pengelola makin berbenah dan mempercantik taman-tamannya. Kebun raya ini terbagi menjadi beberapa areal, diantaranya kolam gunting, pemakaman Belanda, kebun Araceae, Kebun Teijsmann, Water Garden, Medicine Garden, Griya anggrek, taman Meksiko, koleksi Amorphophallus titanium, dan museum Zoology Bogor. Di kawasan yang menjadi paru-paru kota Bogor ini, terdapat beberapa spot yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya jembatan bersuspensi warna merah. Jembatan dengan panjang 25 meter ini, menjadi lokasi wajib para instagrammer berfoto & berselfie, jadi sesuaikan hari kunjungan bila ingin terbebas dari antrian bberfoto. Monumen peringatan Lady Raffless, sebuah saksi cinta Stamford Raffles kepada istrinya Olivia Mariamme Raffles, yang meninggal dan dimakamkan di Batavia.
Saatnya kembali ke hotel dan mengemas barang-barang di hotel Santika, melanjutkan perjalanan ke kawasan Cilember. Tapi karena laper, sementara jam makan siang masih tanggung, perbekalan akhirnya dibongkar. Untung ada mie YOMP, porsinya pas, tidak ribet bikinnya, cukup diseduh air hangat dan didiamkan selama 3 menit, kemudian mie ditiriskan, dicampur bumbu dan daging ayam. Langkah terakhir taburi pangsit renyah, luar biasa bener rasanya, jadi bisa berpikir jernih setelah mendapat asupan makanan.
Maksud hati ingin menghindari buka-tutup kawasan puncak, ternyata hari senin rasa weekend masih terasa. Jalanan menuju puncak masih padat meski hari senin kawasan ini memang terkenal selalu macet. Untungnya jalan menuju Cilember tidak terlalu jauh, namun akses jalannya melewati jalan kampung yang cukup sempit, jadi harus ekstra hati-hati bila mengendarai mobil besar dan sedikit bersabar apabila berpapasan dengan mobil dari arah lawan. Sekitar 20 menit melewati jalan sempit dan deretan villa mewah, tibalah di lokasi parkir dan kita dikenakan biaya Rp.15.000 per orang untuk masuk ke dalam curug Cilember. Daya tarik kawasan ini, selain deretan hutan pinusnya yang hijau dan tinggi menjulang, kawasan Cilember ini memiliki 7 air terjun dan sering menjadi tempat berkemah. Curug Cilember ini berasal dari satu sumber yang terpecah menjadi 7 aliran. Saya langsung mendatangi curug 7, bukan karena angka keramat, namun bila saya lihat di peta, curug 7 paling mudah dijangkau, air terjunnya yang paling tinggi dan dekat dengan pintu masuk. Di curug 7 ini, air terjunnya bermuara di kolam kecil yang cukup dangkal yang dikelilingi batu-batu besar, sehingga aman untuk mandi di kolam ini. Namun saat musim hujan disarankan untuk tidak mandi di air terjun ini, dikhawatirkan air bah tiba-tiba datang. Airnya sejuk, mengalir menjadi anak-anak sungai dan pemandangan air terjun yang cantik. Berlama-lama menikmati pemandangan yang tidak tiap hari saya temui ini, syahdu rasanya. Saatnya membuka bekal chicken pie semalam yang kita beli dan menikmati minuman NUOCEANA, sea salt lemonade yang menyegarkan, sangat pas sebagai pengganti cairan tubuh yang terkuras melalui keringat setelah kita berjalan menuju curug 7. Kawasan hutan cilember ini juga menjadi bumi perkemahan, sejumlah tenda telah terpasang dan terpampang tulisan “disewakan” lengkap dengan nomor telepon pemilik tenda. Uniknya lagi di tempat ini, tersedia hiasan bunga yang disewakan sebagai latar untuk ber-selfie. Hiasan bunga-bunga segar ini ditempelkan pada tanah liat, membentuk nama si penyewa. Tidak jarang mereka sudah menyediakan tulisan dalam bahasa Arab, karena kebanyakan pengunjung tempat ini selain tamu domestik, juga berasal dari timur tengah. Hanya dengan membayar Rp.50.000, dan menunggu selama 10 menit, jadilah tulisan berhiaskan bunga. Hiasan yang menjadi latar selfie atau bukti kisah cinta atau apalah menurut anak muda jaman sekarang. Beruntung datang saat hari senin, lokasi wisata ini relatif sepi, jadi bisa puas berfoto-foto di air terjun.
Sayang sekali, rencana ke prasasti Batutulis dan Museum PETA terpaksa saya batalkan, karena terbatasnya waktu dan harus kembali ke Jakarta, mengejar pesawat yang terakhir pukul 21.55 WIB dari Cengkareng. Pengalaman yang sangat berkesan, bersyukur menjadi TOP 6 Travelers of the year, membuka wawasan baru dengan teman-teman beserta tim dari Panorama yang seru, mengeksplor destinasi baru dan saya semakin mencintai wisata dalam negeri.